BAGIAN VIII

14 0 1
                                    


─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───

"Halo"

Sebuah suara dari seberang sana terdengar samar-samar pada telinga lelaki tersebut. Ia rindu dengan kakak perempuannya. Disaat seperti ini tentunya hanya kakaknya lah yang selalu mengerti apa yang ia rasakan.

"Kak.." ucap lelaki itu dengan gemetar.

"Jemy, sayang kamu kenapa?" Suara lembut menyambut halus telinga lelaki tersebut.

"Kak Ula kapan pulang?" tanya lelaki itu dengan isak nangis.

"Aku belum tau. Aku masih takut Jemy, kamu disana ga boleh ngelawan papa oke? Aku usahain kalau aku siap aku pulang." ucap gadis itu dengan sungguh-sungguh.

Pertahanannya runtuh. Tangisnya semakin menjadi. Ia tau tak seharusnya ia menangis, tapi bagaimana pun Laura lah orang pertama yang akan menjadi pelindungnya sekaligus penenangnya dikala masalah datang. Laura lah yang amat begitu pengertian akan dirinya.

"Jemy, no aku usahain ya besok atau lusa. Maaf aku ga bisa pulang hari ini. Aku sementara waktu butuh ruang untuk nerima semua keadaan ini Jemy. Kamu jangan kasar sama Kirana ya, kakak bakal marah banget kalau kamu kasar ke Kirana. Ingat mama juga jangan kamu cuekin, aku tau kamu pasti kangen bunda."

Kalimat yang gadis itu lontarkan bagaikan sihir. Seketika tangisan lelaki tersebut berhenti dan dengan cepat ia langsung mengangguk walaupun gadis tersebut tidak dapat melihat dirinya meng-iyakan apa yang baru saja ia bilang.

"Nanti aku telepon lagi ya, aku mau selesaiin tulisan aku dulu." ucap gadis itu.

"Okay, bye kak," ucap lelaki tersebut, lalu ia matikan dengan sepihak.

Lelaki tersebut hanya bisa menghela napasnya. Ia yakin sang kakak tidak akan pulang dalam waktu dekat. Walaupun demikian ia akan menuruti apa yang kakaknya suruh. Ia akan menjadi seseorang yang bisa Laura percaya.

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang