8. That D

706 35 9
                                    

'I'm lookin' for the hoes. It ain't my fault.'
-Sexyy Red-

***

It was just a kiss.

It was just a kiss.

It was just a fucking kiss.

Sekeras apa pun mantra yang dirapalkan Poppy terhadap kilasan kejadian di lorong apartemen beberapa malam lalu, nyatanya sialan sia-sia. Dia selalu berperang batin antara harga diri yang dijunjung tinggi atau rasa penasaran yang menahannya supaya berlama-lama berdiam di sana.

Mengamati sekali lagi cara Heath memagut bibirnya bak orang kelaparan.

Menikmati lidah Heath mendominasi mulut Poppy dan membungkam semua cecaran sebelum berganti jadi erangan.

Akibatnya, ciuman itu menyisakan efek domino yang membolak-balikkan perasaan Poppy. Suasana yang mulanya sudah tegang kian panas bagai seseorang menuang bensin di atas api. Baranya menjilat-jilat tanpa bisa dipadamkan pun tak dapat meruntuhkan apa tujuan Heath menciumnya saat itu.

Poppy bukan tipikal gadis pengecut hanya karena satu cumbuan. Sungguh bukan! Hanya saja, sekarang dia tidak mampu memandang Heath dengan sudut pandang yang sama. Tidak! Tolong siapa pun jangan samakan hal ini dengan rasa suka di saat dunia tahu hubungan mereka bagai api dan air. Meski tidak dipungkiri kalau lelaki bertato itu benar-benar pencium handal!

Sialnya, Poppy tidak menemukan definisi yang pas atas sensasi yang menggelitiki pikirannya, kecuali...

Is he really fucking gay?

Hanya satu pertanyaan yang berputar-putar dalam benak Poppy. Walau saat itu kesadarannya melayang entah ke mana, masih terekam jelas kalau Heath ikut terangsang.

Ya, terangsang.

Sesuatu yang membengkak di balik celana chino Heath.

Berulang kali Poppy memastikan, nyatanya gundukan di pangkal paha Heath jelas-jelas bereaksi secara kimia dan fisiologis. Dia tahu dan sangat sangat tahu bagaimana seorang pria bila sedang bergairah.

Manalagi waktu itu, Heath menarik kakinya melingkari pinggul menambah daftar keraguan Poppy kalau sahabat kakaknya tidak murni penyuka lelaki.

Lagipula aku belum pernah melihatnya bergandengan tangan bersama pria.

Semakin dipikir, semakin pening kepala Poppy sampai-sampai sulit berkonsentrasi di akhir hari-hari latihannya sebelum cuti.
Alhasil, Harold mengomeli Poppy karena menangkap jiwa anak didiknya tidak berada di atas ring padahal gadis itu sendiri yang bertekad mengasah lompatan five quads untuk kompetisi.

"Ada masalah, Poppy?" tanya Harold saat Poppy meluncur ke pinggir arena usai tergelincir.

Gadis itu menggeleng cepat sambil mengibas-ngibaskan tangan. "Mungkin otakku butuh liburan."

Bola mata Harold memutar malas sembari berkacak pinggang. "Itu bukan alasan, Ms. Pearson. Terakhir kali kau latihan, lompatanmu sudah hampir sempurna. Kenapa sekarang menurun?"

"Aku janji pertemuan berikutnya, gerakanku lebih mantap."

"Aku pegang ucapanmu. Jangan sampai kau kecewakan aku, Poppy. Turnamen sudah di depan mata."

Poppy mengangguk cepat lalu keluar dari arena es, menyambar hard guards di atas tembok pembatas. Setelahnya dia mendudukkan diri, meneguk air minum tuk menjernihkan pikirannya dari Heath.

Lie With Me, BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang