22. Echo in My Mind 🔞

1.2K 26 3
                                    

'Don't forget about me, even I doubt you. I'm no good without you.'

-Twenty One Pilots-

***

Menggigiti kuku jari, Poppy duduk berhadapan bersama Joey setelah sarapan dan melepas kepergian Heath ke rumah sakit. Sebetulnya Poppy malas membahas masalah ini, namun kenyataannya rasa penasaran yang menjadi-jadi tentang suara gadis kecil itu meresahkan benaknya. Walhasil, Poppy tidak terlalu nafsu menghabiskan sepiring menu sarapan tradisional orang Inggris yang dibuat sepenuh hati oleh Joey.

"Ada apa? Kenapa mukamu sampai pucat seperti itu? Kau baik-baik saja kan?"

Mulut Poppy terkunci seakan-akan segudang kosakata dalam kepala menguap begitu saja berganti gelengan lemah. Dia menghindari tatapan penuh selidik Joey, menimang apakah ini waktu yang pas di saat kakaknya selalu bersikap berlebihan terhadap sesuatu.

"Look at me, Poppy," pinta Joey agak mendesak. "Tell me, what happened?"

Iris cokelat Poppy yang sama persis dengan Joey bertaut. Sejenak dia menghela napas panjang lalu berkata,"Bayangan itu." Dia terdiam sebentar, merangkai kalimat yang kiranya bisa dipahami Joey. "Anak itu... Aku melihatnya lagi. Dua kali."

"Apa?" Joey tercengang. "Kapan? Kenapa kau tidak memberitahuku? Ini pasti karena--"

"Shut up!" sela Poppy gemas. "Bisakah kau dengarkan aku dulu?"

Joey mengangkat tangan, menyilakan Poppy meneruskan ceritanya.

Gadis itu mengusap wajah begitu frustrasi akibat terngiang-ngiang suara bocah kecil. Dia benar-benar tidak tahu siapa dia, tapi entah kenapa anak tersebut seperti sudah mengenalnya cukup lama. Poppy berusaha menggali ingatan masa kecil, mengurai satu persatu muka teman-temannya.

Ah sial!

Manusia memang diciptakan memiliki daya ingat melebihi kapasitas komputer paling canggih. Sayang, terkadang memori itu tidak sepenuhnya akurat justru tergerus oleh kenangan-kenangan lain apalagi yang tidak terlibat emosi. Seingatnya, Poppy memang tidak punya banyak teman kecil sampai menginjak masa-masa sekolah.

Dia mendesis kesal, jemari kanannya mengetuk-ngetuk pelipis kenapa tidak ada satu pun yang cocok dengan suara gadis asing tersebut.

Siapa dia? Kenapa bolak-balik muncul di kepalaku?

"Aku memimpikannya saat tidur di kamar Heath," ungkap Poppy. "Aku bertanya padanya dan jawabannya sama denganmu. Itu sangat menyebalkan."

"Sorry." Joey mengatupkan bibir. "Biasanya tekanan--"

"Menimbulkan burn out pada otak sehingga muncul halusinasi tertentu," potong Poppy mampu menebak ucapan kakaknya yang lagi-lagi sama persis dengan Heath. "Itu mengarah ke depresi, oke. Aku tidak mengalaminya. Walau Harold memberiku jadwal neraka, aku masih bisa bernapas dan bersenang-senang. Tidak seperti kau!"

"Fine. Fine. Aku kalah lagi, sorry."

Poppy mencebik. "Lalu pagi ini, bukan hanya kilasan anak itu saja, melainkan suaranya, Jo. Suaranya memanggilku begitu jelas seolah-olah kami ... akrab."

Mulut Joey gatal ingin melayangkan komentar tapi terpaksa ditelan bulat-bulat saat Poppy memelototinya agar diam.

"Menurutmu, apakah aku pernah mengenal anak ini? Maksudku kau lebih tahu masa kecilku bagaimana, apa dulu aku pernah punya teman kecil yang cukup akrab? Kenapa aku tidak ingat siapa dia? Dan tujuannya apa mendadak menghantuiku seperti ini?" Poppy mengusap wajahnya lagi. "Aku tidak bisa melihatnya, tapi sosoknya begitu familiar, Jo. Apa kau tahu?"

Lie With Me, BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang