34. The Truth Hurts

178 21 5
                                    

'A trauma no one knows. The scars I never show. The voices in my fucking head, they won't leave me alone. '

-Anth ft Jared Krumm-

***

Didekap amarah, Heath dihadapkan dilema kala tangan kanannya masih menggenggam dua lembar foto yang diam-diam dibawa Poppy. Foto di mana sebagian besar rahasia Heath terselubung selama belasan tahun. Berulang kali dia menyugar rambut gondrongnya akibat dilanda resah juga gelisah. Bagaimana tidak, jutaan tanda tanya masih menggerayangi pikiran atas tindakan gila Poppy.

Kenapa? Batin Heath tak terima sambil terus mengamati tubuh tak berdaya berandal kecilnya di ruang P1. Kenapa Poppy harus menggali sesuatu yang tidak ingin Heath ingat lagi? Kenapa Poppy masih bersikukuh menembus dinding pertahanannya? Kenapa?

Heath berpaling, memejamkan mata seraya mendesis pelan kala merasakan hantaman memori masa lalu bagai ingin menghancurkannya dalam sekejap. Dia nyaris terhuyung ke belakang andai kata kakinya tak mampu menahan betapa berat beban yang selama ini dipikul seorang diri. Kedua tangan Heath mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih tanpa memedulikan foto dalam genggamannya bakal rusak.

Kematian.

Kemurkaan.

Penyesalan.

Segala gerak-gerik puluhan manusia serta bisingnya suara perlahan-lahan memudar lalu menyeret Heath memasuki lorong waktu. Atmosfer yang tadinya hangat kini berubah kaku kering berteman sepi. Begitu juga aroma tak asing langsung menyeruak indera penciumannya seperti memaksa kotak pandora yang lama terkunci tuk terbuka kembali.

Iris abu-abunya menggelap kala menangkap sosok bocah laki-laki tengah meringkuk di sudut kamar gelap nan lembap. Heath ingin bergerak mundur, namun bumi yang dipijak tak mengijinkannya berpindah barang satu senti pun. Sekujur tubuhnya turut menegang seolah-olah dipaksa menyaksikan kenangan itu kembali. Manalagi Heath mendengar secara jelas isak tangis pilu menyayat hati, ditambah dia melihat secara jelas bekas cambukan berdarah-darah menghiasi punggung telanjangnya yang ringkih.

"Dasar tak tahu diuntung! Kau membunuh istri dan putriku, Heath!" pekik Miguel terus memecut tubuh putranya dengan selang air tanpa ampun. "Kau pembunuh! Tidak semestinya kau hidup!"

"Não!" jerit Heath memohon-mohon agar sang ayah menghentikan tindakan anarkisnya. "Para com isso, Papa!" imbuhnya dibarengi air mata juga rasa perih menjalari sekujur tubuh kecilnya.

(Tidak!)
(Hentikan, Papa!)

"Cala-te, Puta!" bentak Miguel menendang Heath sampai tersungkur membentur lantai. "Não quero falar contigo!"
(Diam, Bajingan!)
(Aku tak mau bicara denganmu lagi!)

"Pa-papa ..." gumam Heath terbata-bata akibat entakkan adrenalin mengalir deras di setiap pembuluh darah. Ketakutan terhadap sosok sang ayah tak lantas luntur walau tahun-tahun telah berlalu. Dia ingin menghindar. Dia ingin menghilang. Andai bisa pun, ingin sekali Heath menghapus lapisan kenangan ini agar tak menghantuinya lagi dan lagi.

Tak ada yang tahu bahwa bahu bidang nan tegap itu kini merosot bak pengecut. Badannya gemetaran bukan main saat merasakan kembali betapa sembilu luka cambuk bagai ingin mengulitinya hidup-hidup. Bulir keringat sebesar biji jagung bermunculan memenuhi kening ketika bayangan pecutan kedua, ketiga, dan ke sekian kalinya Heath terima secara paksa.

Potongan adegan di depannya berganti ke masa di mana Heath kecil pertama kali menemukan raga tak berjiwa sang ibu tergantung di kamar. Mata sayu yang telah kehilangan sinar kehidupan itu menatap Heath seperti tak rela mati pun enggan meneruskan kehidupan lagi.

Lie With Me, BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang