𐙚; toxic
"maaf alexis kamu harus datang jauh-jauh ke bandara"
"gapapa, santai aja lyn"
mata ness menatap seorang anak kecil yang kini digendong oleh avelyn, ia benar-benar tak menyangka bahwa anak laki-laki itu sangat mirip dengan kaiser.
avelyn menyadari hal tersebut ia tersenyum pelan kepada ness, "daniel memang anak kaiser"
ness tahu hal yang menimpa avelyn, ia sebenarnya merasa bersalah karena avelyn harus melewati itu semua sendiri. meskipun kaiser juga mencari tahu keberadaan avelyn, lelaki itu tak pernah bisa menemukan jejak avelyn. mungkin ada alasan tersendiri dari gadis itu memilih menghilang daripada meminta kaiser bertanggung jawab atas perbuatannya.
"kamu bisa ngasih tahu kaiser tentang hal ini. dan foto ini" ucap avelyn seraya menyerahkan foto daniel saat masih bayi.
"aku harap ini bakal bikin dia berhenti nyari aku, dan tolong jangan kasih tahu kalo aku pindah ke swedia. aku cuman mau hidup tenang dan fokus buat ngebesarin daniel" lanjut avelyn.
ness mengangguk mengerti, setelah itu avelyn bergegas menuju gate bersama ibunya. pemuda itu menatap kepergian avelyn, dan hanya bisa mendoakan hal baik selalu beriringan dengan langkah avelyn.
ia pun memutuskan untuk bertemu kaiser, dan memberikan foto daniel ke lelaki itu. karena jujur saja selam tiga tahun terakhir ini pun pemuda itu terlihat kesusahan karena tak ada avelyn disisinya.
kaiser terkejut pelan saat ness memberikan sebuah foto seorang bayi. ia menatap lamat-lamat foto tersebut dan menyadari bola mata bayi itu begitu mirip dengannya.
"ini..."
"daniel, anak lo. avelyn cuman ngasih tahu itu, dan dia mau lo berhenti buat nyari dia tapi yang pastinya dia hidup dengan baik sekarang" ujar ness.
"dia dimana?"
"gue gak bisa ngasih tahu itu, gue udah janji sama dia"
kaiser mengusap lembut foto bayi laki-laki tersebut entah mengapa itu mengobati rindunya pada avelyn, rasa sesak yang ia rasakan selama tiga tahun ini dirasa sedikit mereda. kalau ada kesempatan ia ingin sekali bertemu dengan avelyn meskipun untuk terakhir kalinya.
***
tiga bulan setelah kepindahannya dan sekarang resmi menjadi warga negara swedia, hari-hari yang avelyn lalui begitu tenang mengenal lingkungan yang baru meskipun ia agak kesusahan untuk beradaptasi dengan bahasa baru.
disuatu sore ia memutuskan untuk mengajak daniel jalan-jalan ke sebuah taman. tentu saja bocah lelaki itu sangat senang, usianya yang masih tergolong aktif dan selalu ingin mencari tahu.
avelyn hanya tersenyum pelan, anaknya benar-benar tumbuh menjadi anak yang sehat. daniel begitu antusias saat di jalan dan tangan kecilnya memegangi jemari avelyn.
"daniel kenapa bawa bola?"
"aku main bola, ada om yang jago banget main bola! dia ajarin aku main bola" jawab daniel dengan mata yang berbinar-binar.
avelyn menyernyit pelan, seingatnya terakhir kali melihat daniel bermain bola satu minggu yang lalu. itupun saat avelyn mengajak daniel bermain di taman juga, dan ia tak menyadari bahwa daniel bermain dengan seseorang.
"siapa sayang?"
"omnya gak ngasih tahu namanya, nanti mama pasti liat. soalnya omnya tinggal didekat situ" jelas daniel.
avelyn sedikit penasaran dan juga sedikit was-was, ia sedikit menduga kalau saja itu adalah kaiser. tetapi ia juga percaya pada ness tak akan mengatakan sesuatu tentang kepindahannya.
terlalu tenggelam dalam pikirannya membuat ia tak menyadari bahwa kini daniel hilang dari genggamannya. panik, membuat ia bertanya pada orang sekitar taman.
"MAMA!"
avelyn menatap ke sumber suara tersebut dan kini melihat daniel yang tengah digendong oleh seseorang. dengan cepat avelyn menghampiri anaknya tersebut dan seketika ia terkejut pelan saat melihat orang yang menggendong daniel.
"aiku?" ucapnya.
"hei..."
kini avelyn dan aiku duduk di salah satu bangku taman sembari mengawasi daniel yang tengah bermain. keduanya terdiam cukup lama, hingga akhirnya aiku mencoba buka suara.
"kamu sudah menikah dengan kaiser?"
"i'ts was a mistake..."
"panjang kalo diceritain, tapi intinya aku sama kaiser gak punya hubungan apapun. dan aku memilih buat ngebesarin daniel sendiri" jelas avelyn.
aiku hanya tersenyum pelan, entah apa yang telah dilalui oleh wanita disampingnya ini. pemuda itu memberikan sebuah usapan lembut di pucuk kepala avelyn.
"pffft, kamu kenapa aiku?"
"kasih semangat? you're good mom lyn..."
"terimakasih banyak aiku"
"danie butuh papa gak?"
pertanyaan tersebut mengundang gelak tawa avelyn, jujur saja didalam hati avelyn ia tak pernah terpikirkan untuk mencari seseorang untuk menemaninya. ia benar-benar hanya ingin fokus membesarkan daniel.
"kamu kok bisa ada disini?" tanya avelyn.
"pulang kampung atau semacamnya haha"
avelyn hanya ber'oh' ria, tak lama setelah itu suasana seketika hening. avelyn hanya diam sembari mengamati daniel yang tengah asik bermain, sedangkan aiku sesekali curi pandang menatap avelyn.
"om, temanin aku main bola!"
tiba-tiba saja daniel menghampiri keduanya, ia menarik tangan aiku. kemudian avelyn berlutut di depan daniel dan menasehati anaknya itu.
"daniel, yang sopan sayang..." ingat avelyn, ia menyeka beberapa keringat di wajah anaknya itu.
lalu kemudian aiku menggendong daniel dan mengajak daniel bermain bola, avelyn yang melihat itu dari kejauhan hanya tersenyum pelan. seperti melihat daniel bermain bersama ayahnya, namun seketika avelyn menggeleng kuat dan menepis pikirannya tersebut.
"apa-apaan sih..."
↷ ⋯ ♡ᵎ
KAMU SEDANG MEMBACA
ꊥꊥ. 𝗧𝗢𝗫𝗜𝗖 ꒱ ☑
Fanficㅤㅤ⭑๋܂෨ㅤ𝗠𝗜𝗖𝗛𝗔𝗘𝗟 𝗞𝗔𝗜𝗦𝗘𝗥 ❝𝘵𝘰𝘹𝘪𝘤 𝘳𝘦𝘭𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯𝘴𝘩𝘪𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘪 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘭𝘢𝘩 𝘤𝘶𝘬𝘶𝘱 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘪𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴𝘬...