Kelvin masuk ke dalam rumahnya di sambut oleh Tara yang sedang menangis di dekapan Rita. Kelvin menghampiri Istrinya yang sejak tadi khawatir menunggu kepulangan kedua anaknya.
"Mas, dimana mereka?"
"Tara, tenang dulu."
"Mereka baik-baik aja, kan?"
Kelvin menghela napas berat. "Mereka di culik."
Tara terkejut, suara tangisannya semakin keras. Rita dan Udin yang tidak tahu apa-apa juga ikut bersedih. Tiba-tiba mendapat kabar duka seperti itu membuat Kelvin sendiri tidak bisa berpikir jernih. Pasalnya buat anak mereka saja yang di culik, tapi banyak korban.
"Mas, bawa mereka semua pulang." pinta Tara diiring isak tangis. Tak terasa Kelvin juga meneteskan air mata. "Iya, aku bakal bawa mereka pulang dengan selamat."
"Den, apa nggak sebaiknya kita lapor polisi?" tanya Udin menyalurkan pendapat.
"Aku sudah lapor polisi, Pak. Antaris sama Anya juga sedang mencoba untuk melapor."
"Mas, aku ikut cari mereka ya?" Tara ingin terus bersama Kelvin kemanapun dia pergi untuk mencari anaknya. Kelvin menggeleng tidak setuju. "Nggak, Tara. Kamu harus di rumah. Terlalu berbahaya kalau kamu ikut sama aku. Aku sama yang lain bakal cari mereka, karena bukan anak kita aja yang di culik."
"Maksudnya?"
"Anak-anak inti Bradiz lainnya juga hilang."
Tara semakin terkejut. Ia tidak menyangka semua anak-anak sahabat Tara juga ikut menjadi korban. Tiba-tiba Kelvin berjalan menuju gudang, membawa beberapa peralatan yang dia butuhkan. Saat melewati dapur, Kelvin dengan mata penuh dendam mengambil pisau dan menaruhnya ke dalam tas. Kelvin sudah gelap mata, dia tidak peduli dengan nyawa pelaku.
Sebelum pergi Kelvin kembali menghampiri Tara. "Aku keluar dulu ya? Aku janji bakal bawa anak-anak kita pulang. Bantu aku Tara, bantu aku dengan doa."
Di cium nya kening Tara cukup lama. Tara mengangguk, membiarkan Kelvin keluar bersama teman-temannya untuk menyelamatkan banyak korban. "Hati-hati ya, Mas Kelvin."
Tara melihat kepergian Kelvin pilu. Bibirnya tak berhenti untuk melantunkan doa. Tara memejamkan matanya dengan penuh kecemasan, dan berkata lirih di dalam hati. "Asya, tolong jaga mereka."
Di lain tempat, semua orang sudah berkumpul di markas Bradiz. Banyak orang disana, para inti gang motor yang pernah bergabung dengan Bradiz pun datang. Ini sudah termasuk bentuk solidaritas mereka. Satu anak anggota Bradiz termasuk anak mereka semua.
Meskipun terasa sangat berat, para kaum Ibu dari anggota Bradiz yang anaknya menjadi korban tidak lagi menangis. Hati mereka memang sakit, tapi dendamnya lebih dari itu. Semua orang sudah di buat gelap mata atas berita ini.
"Rencana apa yang bakal kita lakuin, Bang?" Sandra angkat bicara.
"Kita harus lapor masalah ini dulu ke polisi. Anya, lu udah lapor sama atasan?" ucap Arga dengan langkah penyelamatan mereka yang pertama. Anya mengangguk. "Udah, mereka bakal bergerak besok pagi."
"Apa nggak kelamaan? Anak-anak pasti udah ketakutan." timpal Ivana.
"Percaya sama gue, mereka pasti saling melindungi." jawab Dirga. Kelvin mengangguk setuju, juga memberi harapan yang sanggup menenangkan. "Ada Zavin dan Zavina disana, gue harap mereka bisa lindungi adik-adiknya."
"Yang kita butuhkan sekarang cuma tekad dan doa. Jangan pernah berhenti untuk berdoa." imbuh Andra berbicara.
"Selanjutnya?" Moza menanyakan rencana selanjutnya. Nathan mencoba untuk ikut berpikir, namun Nathan merasa ada satu rencana yang akan membuat berita ini naik. "Kita harus bawa kasus ini sampai ke Komnas Perlindungan Anak. Supaya kasus ini lebih di lihat banyak orang, dan pemerintah segera mengambil keputusan."
KAMU SEDANG MEMBACA
MOODYCLASS 3 : THE LAST WAR
Novela Juvenil10 tahun kemudian... "Zavin, malu punya Mama cacat!" Setelah saling berpencar, dan hidup bersama keluarga kecilnya masing-masing, seluruh pasukan inti mulai dari Bradiz Boy, Bradiz Girl, Katradoz dan Amorvoz kembali bersatu karena insiden yang telah...