11. Confession (1)

811 100 1
                                    

Sambil bersenandung, Shani meletakkan telur mata sapi di atas potongan roti mentega yang sudah terhidang. Di sampingnya ada semangkuk sup beraroma sedap yang masih mengepulkan asap. Sarapan sudah siap untuk gadis yang sedang demam. Shani tidak tidur semalaman hanya untuk menjaga Gracia dan mengganti kompresnya. Dan kondisi Gracia yang lebih baik pagi ini cukup mengobati lelahnya. Ia bisa beristirahat lagi nanti.

Shani membawa nampan berisi sarapan Gracia serta setangkai bunga mawar segar sebagai pelengkap. Ia ingin membuat Gracia tersanjung dan merasa dicintai. Faktor tersebut juga akan membuatnya pulih lebih cepat.

Sampai di kamar, Gracia tampak sudah duduk dan bersandar di kepala tempat tidur. Ia sudah mengenakan t-shirt longgarnya lagi. Wajahnya merona merah ketika Shani memasuki kamar dan duduk di tepi tempat tidur. Shani meletakkan nampan berkaki itu di atas tempat tidur, tepat di hadapan Gracia.

"Selamat makan," ucap Shani.

Gracia memandangi hidangan di depannya sebentar, lalu menatap Shani.

"Kenapa kau bersedia melakukan ini semua? Aku memiliki manager."

"Karena aku menginginkannya. Aku tidak ingin cinta sejatiku sakit lebih parah."

Gracia mendengus pelan.

"Kau masih mempercayai wanita itu?"

"Kenapa tidak?"

Akhirnya Gracia menghela napas. Ia lebih memilih untuk menyantap sarapannya daripada berdebat dengan Shani. Walau di dalam lubuk hatinya, ia juga memiliki perasaan yang sama. Tapi ia masih belum bisa mempercayai Madame Ruby begitu saja. Wanita itu sangat aneh.

Shani memandangi Gracia dalam diam. Ia telah menyiapkan obat untuk diminum Gracia kemudian beranjak ke sofa. Shani merebahkan kepalanya di punggung sofa. Tubuhnya juga lelah dan mengantuk. Dan tak lupa kalau suhu tubuh Gracia semalam mempengaruhinya pagi ini.

"Kau boleh tidur di kamar tamu jika mengantuk," ucap Gracia tiba-tiba. Ia sadar kalau Shani berjaga semalaman demi merawatnya.

"Tidak, aku baik-baik saja. Aku akan menunggu sampai kau kembali tidur," jawab Shani lalu tersenyum lemah.

"Lalu kau bisa membuka bajuku lagi? Menyebalkan."

Shani terkekeh hingga bahunya terguncang. Gracia sudah kembali ke sifat aslinya. Ia benar-benar sudah sembuh.

Tiba-tiba ponsel Shani bergetar di saku celananya. Ia mengeluarkannya dengan malas. Jika yang menghubunginya orang lain selain Lydia, ia tidak ingin menjawab. Ia masih ingin bersama Gracia di sini. Namun orang yang menghubunginya adalah managernya.

Shani segera menjawab.

"Halo?"

"Shan, kau di mana? Kenapa tidak ada di apartemenmu?"

"Bukankah aku sedang libur? Untuk apa mencariku?"

"Kak Melody ingin bertemu denganmu. Ada sebuah tawaran pekerjaan yang harus ditanyakan padamu terlebih dahulu."

Shani berdecak malas. Ia hanya memiliki waktu libur selama 3 hari, kenapa mereka masih saja mengusik? 3 hari adalah waktu yang singkat!

"Tidak bisakah ditunda dulu sampai masa liburku berakhir?"

"Tawaran ini sangat bagus Shani. Kau ingin tahu?"

Shani bergumam bosan.

"Kau dan Shania Gracia akan mendapatkan iklan bersama. Warga Indonesia dan internasional tahu betapa kuatnya kalian berdua. Dan project kali ini akan memberi keuntungan besar pada perusahaan kita!!

As Big As The OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang