9. Awake (1)

1.4K 139 16
                                        

Shani tersentak bangun dengan napas tersengal. Tubuhnya basah kuyup oleh keringatnya sendiri. Ada rasa tercekat di lehernya, lantas ia segera meraba-raba dengan tangan gemetar. Tubuhnya pun bergetar hebat. Dengan liar matanya memandangi sekujur tubuhnya yang masih utuh, tidak kurang satupun. Giginya beradu, menimbulkan suara keras di rongga mulutnya.

Tidak ada laut, tidak ada badai, apalagi ikan hiu.

Shani mulai memandangi sekelilingnya. Ia berada di kamarnya, persis seperti ia beranjak tidur malam itu. Pakaiannya pun masih utuh di tubuh.

Perlahan kesadaran menghampiri Shani. Mimpi yang benar-benar terasa nyata. Ia bahkan masih bisa merasakan kehangatan tubuh Gracia di tubuhnya, panasnya bibir Gracia di bibirnya.

Tunggu dulu, Shani mengerutkan dahinya bingung.  "Gracia?" ucap Shani lirih. "Di mana Gracia? Jam berapa sekarang?"

Dengan tangan yang masih gemetar, Shani bangkit dari tempat tidurnya dan berlari ke arah pintu. Matanya sempat melirik ke jam yang terpajang di dinding. Sudah jam 10 pagi? Jadi ia sudah sangat terlambat untuk penerbangannya ke Indonesia?

Shani mengumpat dalam hati. Untuk saat ini ia tidak ingin memikirkannya. Ia tahu kemana ia harus pergi, sekarang juga! Shani segera membuka pintu dan tersentak ke belakang sebab seseorang ternyata sudah bersiap akan mengetuk pintunya.

Lydia, managernya

"Astaga Shani Indira, akhirnya kau bangun juga. Kau tahu, kita sudah ketinggalan pesawat karena tadi kau tidur seperti orang mati. Aku terpaksa harus mem—"

"Kak Lid, tolong antarkan aku ke tempat Madame Ruby sekarang. Aku mohon!"

Lydia terperangah.

"Ke... kemana?"

"Kediaman Madame Ruby. Apa Kakak tahu di mana ia tinggal? Kita bisa meminta bantuan Peter."

Melihat ekspresi Shani yang sangat panik, membuat wanita yang selalu setia menemani Shani itu mengangguk patuh. Ia menutup pintu kamar Shani dan menyusul langkah-langkah panjang gadis itu. Shani bahkan tidak menyadari kalau ia tidak mengenakan alas kaki.

Pikirannya sangat kacau saat ini. Ia merasa baru saja berpindah dari dunia lain. Dan hatinya bertanya-tanya, apakah Gracia juga mengalami mimpi yang sama? Apa yang terjadi sebenarnya? Shani bisa mendengar Lydia sedang menghubungi koneksinya yang mengetahui nomor ponsel Peter Utz. Ia hanya berharap bisa menemui Madame Ruby secepat mungkin dan meminta penjelasan pada hal yang sangat tidak masuk akal yang baru saja terjadi padanya.

Tak lama kemudian sebuah mobil menjemput Shani dan Lydia di depan lobi. Mereka memasuki mobil tersebut yang ternyata akan langsung mengantarnya ke kediaman Peter. Shani berharap Peter bisa langsung mengantarnya ke tempat Madame Ruby.

"Shan, sebenarnya apa yang terjadi padamu? Wajahmu pucat sekali dan berkeringat. Apa kau demam?" Lydia bertanya khawatir.

Shani menggelengkan kepalanya. "A-aku baru saja di makan ikan hiu."

Kedua mata Lydia melotot. "Hah? K-kau jangan bergurau."

Shani menelan ludah. Siapapun tidak akan mempercayai cerita konyolnya. Tapi jika ada Gracia saat ini, mungkin Shani akan menemukan orang yang sama tak waras seperti dirinya.

"Apa Kak Lid tahu di mana Shania Gracia menginap?" Shani bertanya dengan suara gemetar.

"Shania Gracia? Dia menginap di hotel yang sama dengan kita, Shan."

Kening Shani mengernyit. "Benarkah? Aish, kenapa aku tidak mencarinya terlebih dahulu?"

"Mencarinya? Oh, sepertinya tidak mungkin. Staffnya sudah bersiap akan berangkat ke bandara. Mereka hanya menunggu Gracia bersiap-siap di dalam kamarnya. Penerbangan mereka satu jam lagi."

As Big As The OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang