Angin berhembus sangat cepat, memberikan rasa yang menusuk-nusuk pada setiap kulit yang tak terbalut kain, siapapun yang saat ini tengah berada di luar ruangan sungguh sial nasibnya, karena harus menerima cuaca drastis ini.
Wajah langit begitu indah perpaduan jingga dan kuning menyatu tak sempurna namun paduan nya sangat indah, tak seperti wajah wajah para manusia yang tengah sibuk di pagi hari ini.
Di sebuah danau yang indah, dengan daun hijau rapih bunga-bunga bermekaran dengan cantik serta puluhan orang tengah beraktifitas di tempat ini, mereka semua di baluti kesibukan dan kedinginan sampai-sampai satu orang berbicara dengan lantang.
"Oke semuanya syuting akan segera di mulai, mohon untuk kerja sama nya."
"Tim makeup percepat jangan sampai matahari terang dengan sempurna."
"Kameramen? Cari lebih benar sudut pencahayaan nya."
"Sagara! Perbaiki aktormu, sedang apa dia? Apa masih tidak berani keluar?"
Itu adalah suara dari sang sutradara, pemeran utama yang mengatur semua pekerjaan di pagi hari ini, tampak terlihat jelas bahwa pria itu tengah di kejar oleh waktu.
Namun ada satu orang yang terlihat jelas tertekan oleh suara tersebut.
Sagara
"Hufftt..." pria itu menghelai nafas berat.
Dengan langkah berat pun ia memaksakan diri berjalan menuju tenda artis untuk bermakeup, pria itu tak melihat sama sekali sang empun yang sudah membuatnya berjalan kemari "dimana abintara." Ucap dirinya setelah tak melihat sama sekali aktor papan atas tersebut membuat dirinya kembali pusing, khawatir bila ia kembali melarikan diri.
Saat berjalan mencarinya, ia menemukan kedua orang yang tengah larut dalam percakapa tanpa menyadari dirinya.
"aku benar-benar takut." Kata seorang pria di belakang tenda tersebut, tentu saja itu adalah abintara, pria yang ia cari.
Senyuman terangkat di kedua sudut bibir seseorang yang sedang berada di hadapan abintara, tangan nya terangkat mengambil kepala pria tersebut, dan menatap matanya dengan dalam.
"Kamu hanya takut, bukan tidak berani, benar? Aku tahu ini bukan kali pertama untukmu keluar dari zona bersembunyi, tapi kamu juga manusia, punya hak untuk menikmati segala kenikmatan alam, angin pagi hari, ataupun matahari, kamu masih manusia."
"Sea..."
Yah itu adalah Lilly yang menemani abintara berada di lokasi syuting saat ini, dan dialah yang membawanya kemari, bagaimana bisa? Tentu saja tidak mudah, mereka memiliki kesepakatan tersendiri.
Kesepakatan yang telah mereka janjikan, entahlah apa itu sagara tidak mau tahu menau tentang mereka, hal yang ia inginkan hanyalah abintara datang kelokasi syuting dan membereskan pekerjaan dirinya.
"Abintara, hanya beberapa dialog lakukan, fokus dan selesai, mudah bukan?" Lilly berkata seakan-akan hal yang mudah, namun ketika abintara menatap mata gadis di hadapannya ia terasa terhipnotis dan mengganggukan kepalanya.
"Abintara! Kembali ke lokasi atau matahari akan terbit dengan penuh." Abintara terkejut ketika melihat sagara sudah berada di depan sana, dengan teriakan dan wajah menyebalkan khas diri nya, ia pun menarik nafas dan menghampiri sagara.
"Mana naskah ku?" Kata Abintara dengan ketus, dan sagara menatap kembali padanya yang memiliki raut wajah tak merasa bersalah, padahal ini hal yang serius.
"Kau bahkan belum menghafalnya? Aku tahu kau pintar dan cepat menghafal tapi ahh, sudahlahh..."
Ia sudah muak untuk marah, dan dengan cepat pun melempar naskah yang ia genggam pada abintara, lalu ia berjalan mendahului pria tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/368862554-288-k295300.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Abintara&Universe
RandomAku berkata... semesta harus mengetahui Rupa, dan raga yang begitu indah di hadapanku, Bahkan jika kuadukan indahnya matahari, pelangi, kerlipan ribuan bintang, sinar bulan di malam hari, matahari yang tenggelam, atau semua keindahan alam semesta...