Hari berlalu begitu cepat, sudah seminggu sejak pembahasan pada saat itu, tidak ada lagi pembahasan yang berlanjut, pertanyaan tergantung serta terhalang banyak nya pekerjaan yang mereka kerjakan.
Fansa masih bekerja dengan Gemintara namun dari mereka berdua tidak ada basa-basi untuk sekedar berbincang hal hal sepele, semua yang keluar dari mulut hanyalah tentang pekerjaan.
Bahkan untuk saat ini pun suasana di ruangan Gemintara tampak begitu dingin dan hening, yang terdengar hanya suara ketikan laptop serta email-email yang masuk pada ponsel mereka masing-masing.
"Asalamualaikum... " ucap Sagara yang masuk ke ruangan gemintar, pria itu melakukan salam karena menghormati agama Gemintara yaitu islam meskipun dirinya bukan islam.
"Waalaikum salam." Jawab Gemintara dengan melihat pada sagara dan pria itu pun kembali menatap kembali laptop, tak ingin melihat seseorang di samping ujung sana.
Sedangkan Sagara sendiri ia mengerutkan dahi dengan bingung melihat dari keduanya yang berjauhan, Fansa memang selalu terduduk di sofa untuk bersantai, mengerjakan beberapa tugasnya, ataupun bermalas-malasan seperti dirinya, tapi tidak di jam kerja, sedangkan ini masih jam kerja, hal yang tidak mungkin fansa lakukan untuk bersantai-santai di sofa, karena pandangan nya melihat pria itu tengah sibuk bekerja dengan berbagai tumpukan kertas.
"Fansa.." sagara pun memanggil.
"Kenapa?"
"Mengapa kau bekerja di sofa? Pindahlah kemejamu, badanmu akan membungkuk jika bekerja dengan seperti itu."
Setelah mendengar pertanyaan Sagara, Fansa menatap pasa meja dirinya, meja yang berada di samping Gemintara, dan Gemintara pun menatap pada Fansa yang sedang melihat meja miliknya.
"Tak perlu, aku akan segera pulang ini hampir selesai, kau mau bersantai kan? Silakan." Fansa menjawab dengan ketus dan kembali menatap pada laptop.
Selang beberapa menit pun, rasa tidak nyaman bermuncul setelah lama nya Sagara hanya berdiri menatap pada mereka, lalu Fansa bergeser dengan kesal biasanya Sagara akan mungusir dirinya, namun kali ini pria itu hanya menatap nya dan menunggu, entah apalah yang sedang sagara tunggu atau amati, yang jelas Fansa ingin sekali pria itu mengusir dirinya agar ia bisa pergi dan Sagara bebas bermalas-malasan disini.
Beres atau pun tidak, tanpa peduli Fansa pria itu membereskan semua barang miliknya kedalam tas, tanpa memperdulikan pekerjaan dirinya yang belum usai, lalu ia mengangkat beberapa tumpukan kertas yang sudah ia periksa dan akan di tanda tangani oleh Gemintara.
Ia membawanya dan menyimpan di meja kerja milik dirinya lalu matanya kembali menatap gemintara, pria itu hanya tertunduk tak menatap Fansa yang membuat nya kesal. "sudah saya cek dan hanya tinggal di tanda tangani, sebagian pekerjaan saya yang belum saya bereskan akan di lanjutkan menjadi pekerjaan rumah, karena jam kerja sudah habis saya akan pamit untuk pulang, terimakasih... dan mohon maaf atas keterlambatan nya..." lepas berbicara pun Fansa menginggalkan tempat, tanpa menunggu jawaban dari gemintara, dan itu mampu membuat Sagara sontak kaget bukan main.
Pria itu mengangkat tubuhnya, dan menghampiri Gemintara dengan tatapan marah, lalu Sagara menggebrakan meja, alhasil dapat membuat Gemintara mengangkat kepala dan menatap pada nya. "Inikah yang kalian lakukan selama seminggu?" Tanya Sagara dan pria itu pun menganggukan kepala tanpa ragu.
Sagara kembali terkejut haruskah mereka bertingkah sedingin ini? Padahal dirinya tau pasti seberapa dekat mereka sampai-sampai lupa antara Abintara atau Fansa yang menjadi adik Gemintara.
Kesal dengan Gemintara yang kembali tertunduk pada laptop, sagara pun menutup nya dengan keras, kembali membuat pria di hadapan nya menatap Sagara dengan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abintara&Universe
RandomAku berkata... semesta harus mengetahui Rupa, dan raga yang begitu indah di hadapanku, Bahkan jika kuadukan indahnya matahari, pelangi, kerlipan ribuan bintang, sinar bulan di malam hari, matahari yang tenggelam, atau semua keindahan alam semesta...