06 - weekend

2.2K 171 1
                                    

🧸🖤Komen dan Vote nya jangan lupa! Dan juga, tandain kalau ada typo ya!💕
🧸Selamat membaca🧸

❥❥❥

Alana menggeliat dari tidur nyenyak nya. Perlahan kelopak mata itu sedikit demi sedikit terbuka karena cahaya matahari pagi yang masuk melalui jendela kaca. Alana melirik jam weker  yang terletak diatas laci nakas samping ranjang, sudah pukul tujuh pagi.

Ting!

Bunyi notifikasi yang masuk di ponsel gadis itu. Tangannya terulur untuk mengambil benda pipih yang terletak samping jam wekernya. Melihat ternyata pesan dari Elio

Elio
Mochi coklat nya 10
Elio share location.

"Akhhhh lo tau gak ini weekend! Gue mau istirahat!" Pekik Alana frustasi depan ponselnya. Namun percuma, Elio tidak akan bisa mendengar pekikannya

Dengan malas, Alana meletakkan kembali ponsel itu, berniat akan mandi karena akan melaksanakan kerja sampingannya. Tak sengaja pandangannya jatuh pada secarik kertas yang di lipat di atas meja.

Alana mengambilnya, lalu membuka kertas itu.

Tugas mu merubah takdir Elio, Alana. Bukan menyusahkan nya!

Alana tidak suka membaca tulisan yang tertera di kertas tersebut.

"Heh, ini pasti dari lo kan, gumpalan asap!" Seru Alana, matanya berkeliaran ingin melihat gumpalan asap itu apakah ada di kamarnya, namun tak ada sahutan atau wujudnya.

"Enak aja gue nyusahin" Alana tak terima dengan kalimat yang tertera di kertas itu. Ia meremasnya kuat lalu melemparkan di tempat sampah.

❥❥❥

Ting tong

Elio yang sedang santai di sofa ruang tengah beranjak untuk membuka pintu. Ia sudah mengetahui siapa tamu yang datang dirumahnya.

Ceklek!

Pintu terbuka menampilkan Alana yang menenteng paper bag di kedua tangannya. Tidak di suruh masuk Alana langsung masuk melewati Elio.

"Siapa yang nyuruh lo masuk?" Tanya Elio. Sembari berjalan mendekati Alana yang sudah duduk di sofa.

"Gak ada yang nyuruh, makanya gue masuk" balas Alana. Mengeluarkan isi yang ada di paper bag tersebut bersamaan dengan Elio yang mendaratkan bokongnya di samping Alana.

Alana tak memesan mochi, ia memutuskan untuk membuat sendiri sambil mencari tutorial di YouTube. Usahanya tak mengkhianati hasil. Ia membuat banyak, dengan berbagai macam rasa. Satu paper bag lagi terisi makanan, ia juga yang membuatnya. Maka dari itu Alana tiba di rumah Elio jam sepuluh siang.

Alana tahu, Elio tinggal sendiri dan kadang kalau ia malas memasak lelaki itu hanya memesan makanan secara online. Sebagai teman yang baik, Alana rela membuatkan makanan untuk Elio.

"Spesial buat lo" Alana mengeluarkan kotak bekal dari paper bag. Membuka kotak bekal tersebut tepat di depan mata Elio. "Taraaa, ayam bakar kecap"

Melihat itu, bukannya senang, Elio menatap curiga Alana. "Kenapa setiap makanan yang lo kasi ke gue, selalu makanan kesukaan gue?"

"Oh ya? Bagus dong" Alana meletakkan kotak bekalnya di atas meja, beralih membalas tatapan Elio "mau ngga? Kalau ngga yaudah"

"Mau" jawab Elio cepat

Elio melihat makanan yang sudah banyak terletak di atas mejanya. Kebetulan ia memang belum memasak apapun dari pagi karena pulang kerja tengah malam.

"Ambil piring sama sendok, kita makan berdua" suruh Alana. Segera Elio pergi ke dapur untuk mengambil benda yang disuruh Alana.

Mereka makan berdua di ruang tengah, dalam hati Elio memuji masakan yang Alana buat karena rasanya sangat enak. Belum selesai dengan makanan mereka, pintu rumah Elio terbuka. Steven masuk dengan wajah datarnya. Berjalan mendekati Alana dan Elio

"Siapa dia?" Tanya Steven, mulai menduduki dirinya di sofa berhadapan dengan Alana dan Elio

"Siapa yang nyuruh lo masuk?" Tanya Elio tak suka. Mengabaikan pertanyaan Steven

"Gue nanya, dia siapa" ulang Steven

"Bukan urusan lo"

Steven mendengus. "Lo ngebiarin orang asing masuk dirumah lo?"

"Gue emang gak izinin orang asing masuk rumah gue, Steven."

"Kenapa nih perempuan ada dirumah lo?" Steven semakin tidak suka saat melihat makanan berserakan di atas meja "dan lo gak takut memak---"

"Alana bukan orang asing. Yang asing itu lo, Steven"

Elio cepat memotong ucapan Steven. Elio memancarkan tatapan tak sukanya atas kehadiran Steven yang mengganggunya. Sedang Alana, ia terlihat santai, sambil sesekali membalas tatapan tak suka Steven.

"Gue cuma gak mau lo milih perempuan yang gak baik buat lo. Gue harap lo paham maksud gue"

"Bukannya kemarin gue udah bilangin, lo, gak usah ikut campur urusan gue. Apalagi keluarga lo"

"Keluarga lo juga, Elio." Bantah Steven

Elio terkekeh "Percuma, Lo doang yang mengakui."

Melihat perbincangan yang tak mengenakan itu. Alana berinisiatif untuk segera pergi.

"El, gue pulang ya" ucapnya. Alana tak enak mendengar arah pembicaraan mereka tentang keluarga. Meski Alana sudah mengetahui itu semua, namun tetap saja tak enak jika berbicara terang terangan di depannya

"Jangan." Elio melihat Steven "mending lo pergi sekarang. Gue mau keluar sama Alana" usir Elio

Elio menyuruh Alana menunggunya sebentar, sementara ia akan membersihkan diri. Elio pergi meninggalkan kan Alana bersama Steven yang sedikitpun belum beranjak. Tak lupa berbalik memperingati Steven

"Jangan bikin Alana takut" ucapnya dingin pada Steven

Steven acuh, sementara Alana sedikitpun tak ada rasa takut membalas tatapan Steven yang sedari tadi melayangkan tatapan tak sukanya

"Ngapain lo deket-deket Elio?" Tanya Steven tiba-tiba

Alana menaikkan sebelah alisnya, "Urusannya sama lo?"

"Gue kakaknya, gue berhak tau siapa aja yang berteman dengan adik gue" balas Steven

"Kakak?" Alana mencondongkan tubuhnya, tersenyum remeh memandang Steven. "Kakak yang diem aja saat adiknya di siksa keluarga sendiri?"

"Kakak yang menuruti perkataan orang tua untuk menjauhi adiknya sendiri? Atau... Kakak yang malu mengakui adiknya sendiri? Dan satu lagi. Kakak, yang gak mau, berinteraksi sama adiknya karena tak mau orang tau kalau Elio adalah adik dari Steven. Bukan kah cuma orang terdekat saja yang tau, anak berlian?"

DEG!

-To be continued-

World's NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang