31 - kebenaran

926 69 0
                                    

🧸🖤Komen dan Vote nya jangan lupa! Dan juga, tandain kalo ada typo ya!!💕
🧸Selamat membaca🧸

❥❥❥

Dua orang pria dewasa tampak tampan dan gagah dengan setelan jas mahal yang melekat di tubuh atletis mereka. Dua orang yang saling melempar pandangan berbeda-beda. Pria yang duduk di samping sang istri melempar tatapan tajam dan menusuk untuk pria yang duduk di hadapannya kini. Pria yang selama ini hilang bak di telan bumi akhirnya kembali muncul.

Sementara sang istri sedari tadi senantiasa menggenggam tangan sang suami lembut.

"Kurasa permintaan maaf sudah tidak berguna lagi." Riki menghela nafas berat, merapikan jas mahal nya dan menegakkan tubuhnya, menatap dua pasang suami istri itu dengan mimik wajah serius

"Tapi bagaimana pun aku harus meminta maaf sebesar-besarnya untuk tuan Dexter yang terhormat, karena aku, rumah tangga kalian selama belasan tahun ini menjadi tidak baik." Lanjut pria itu

"Langsung ke intinya saja, apa yang ingin kau bicarakan?" Ucap Dexter. Pria itu sangat tidak suka bertele-tele

"Tentang anak yang selama ini kau kira bukan anak mu, Dexter. Bocah itu memang anak mu, anak kandung mu" ungkap Riki

Mendengar kalimat yang Riki ungkapkan, membuat Dexter sempat tak berkutik sejenak. Tapi tak berselang lama, ia hendak beranjak untuk pergi sebab menurutnya omongan yang keluar dari bibir Riki hanya bercanda, dan ia tidak punya waktu untuk meladeni

Rindy cepat mencegah, ia mencekal tangan sang suami kemudian menariknya pelan untuk duduk kembali.

"Dengarkan penjelasan dia dulu, mas." Suruh Rindy

Mau tak mau Dexter kembali duduk. Sedang Riki masih terlihat santai, ia berfikir jika Dexter masih tidak mau mempercayainya, ini sudah bukan kesalahannya.

"Tidak bisa kah kau mendengar penjelasan ku dulu? Jika bukan karena anak pertama mu yang merengek menyuruh ku berbicara kebenaran ini, aku sangat tidak sudi berbicara dengan mu" ungkap Riki terdengar malas.

Ternyata ulah Steven pikir Dexter. Meskipun malas Dexter mempersilahkan Riki untuk melanjutkan

"Lanjutkan"

Sebelum lanjut Riki melirik arloji di yang melingkar di pergelangan tangannya, kemudian kembali melihat sepasang suami istri itu. "Aku tidak banyak waktu. Jadi dengar baik-baik, sebelum kau melihat ku bersama istri mu di dalam kamar berdua dalam keadaan naked, istri mu memang sudah hamil.  Kau tau? Aku tidak sempat memasukkan milik---"

"Riki" tegur Rindy, membuat sang empu mengatup mulutnya rapat kemudian melanjutkan dengan serius.

"Maaf. Jadi begini, kalau kau masih tidak percaya, kau bisa lakukan tes DNA. Jika tidak mau, berarti memang kau yang tidak mau mengakui bahwa anak itu adalah anak mu. Dan satu hal lagi, aku belum sempat menyentuh Rindy, hanya sempat menelanjangi" Riki melihat Rindy, menaikkan sebelah alisnya "benarkan, mantan?" Lanjut nya bertanya

"Dan itu sudah cukup membuat ku kenya---"

"Pergi atau nyawa mu melayang detik ini juga Riki" potong Dekter yang kini menodongkan Riki sebuah pistol. Pria itu memang selalu membawa pistol di belakangnya jika ingin berpergian. Pun tidak ingin mendengar Riki berbicara lagi, untuk masalah ini, biar dirinya saja yang mengurus. Lagipula memang tes DNA tak pernah ia lakukan.

Sementara itu, Steven yang memang sejak tadi pasang telinga untuk mendengar, duduk tak jauh dari orang tuanya itu sampai menepuk jidatnya sendiri.

"Apa cuma gue yang ngerasa kalau hal serius ini dibikin enteng sama mereka?" Gumamnya tak habis fikir.

World's NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang