bab 15.

21 4 0
                                    

*********

petugas ambulance sudah mulai membawa tubuh zaky ke dalam mobil. polisi juga sudah mengevakuasi basecamp itu agar bisa di selidiki lagi, sedangkan anggota Ignition mulai pergi menggiring ambulance .

" nona muda dan tuan muda, bisa ikut Dengan saya untuk proses lebih lanjut " ucap ketua polisi tersebut yang mulai nanya nanya tentang apa yang terjadi.

"bisa pak" jawab karina mulai berjalan di samping seleno, mengikuti langkah polisi tersebut.

"apakah nona membawa motor?"

"iya pak"

"demi keamanan kalian berdua, bagaimana kalau kalian ikut sama saya menggunakan mobil, dan motor kalian akan di bawa oleh teman saya".

karina mengalihkan pandangannya ke arah seleno menunggu persetujuan dari pria di sampingnya itu. seleno pun hanya mengangguk sebagai tanda bahwa ia setuju.

"baik pak" jawab karina.

*******

saat tiba di rumah sakit zidan langsung memanggil suster untuk menangani raya dengan segera, karna semakin lama tubuh raya semakin lemas seakan tidak bertenaga.

"sus, buruan sus!" panggil zidan yang mulai panik karna raya menutup matanya.

"baik tuan muda" suster itu pun langsung membawa raya keruangan UGD.

" maaf tuan muda, anda sebaiknya menunggu di luar, biarkan kami mengerjakan tugas kami" ucap suster itu lalu masuk kedalam ruangan.

"sayang" ucap seorang wanita paruhbaya yang di ikuti oleh sang suaminya.

perempuan paruhbaya itu langsung memeluk tubuh zidan yang mulai lemas.

"mah, raya mah. hiks.. hiks" ucap zidan di dalam pelukan wanita paruhbaya itu.

perempuan paruhbaya itu adalah mamah zidan dan suaminya itu adalah ayahnya zidan. nyonya Mitia Hendrik dan tuan Willy Hendrik.

"apa  yang terjadi boy" ucap willy kepada sang putranya.

"sayang, gimana bisa raya sampe masuk rumah sakit. bukannya kemarin sudah baik baik aja rayanya" tanya Mitia

"ini kesalahan zidan mah, zidan ngebiarin raya pergi sama Dio padahal zidan tau kalo Dio itu jahat" ucap zidan. walaupun dia ketua di Ignition yang terkenal dingin tapi tetap saja jika sudah bersama sang ibu pasti ia bisa lepas dan menangis di pelukan ibunya.

"engga sayang. jangan bilang gitu" ucap mitia berusaha menenangkan zidan.

" mulai hari ini raya akan tinggal bersama kita" ucap willy, ia rasa akan aman jika raya tinggal bersamanya. karna bagaimana pun juga willy masii memiliki hati nurani dan tidak tega jika harus membiarkan raya begitu saja, menurutnya raya juga sudah seperti putri kecilnya sendiri.

zidan dan mitia yang mendengar keputusan willy saling menukarkan pandangan tidak percaya, bahwa Willy akan mengambil keputusan yang sangat berat ini.

"dan untuk masalah dio, inget jangan coba coba kamu turun tangan sendirian tampa instruksi dari papah!" ucap willy memberikan penegasan kepada zidan.

tidak berselang lama, zidan memperhatikan ambulance  yang mulai menurunkan pasien di ikuti orang orang yang zidan kenal. namun ia tidak melihat keberadaan karina dan Seleno.

deg'

saat zidan melihat siapa yang mereka bawa seketika tubuh zidan lemas. bagaimana bisa ada 2 korban secara bersamaan.

" nak" " boy" ucap kedua orang tua Zidan bertanya tanya. mereka sangat dekat dan mengenal teman teman putranya itu.

**********

sepanjang perjalanan tidak ada obrolan diantara karina dan Seleno, posisi karina saat ini menyender di bahu seleno dengan air mata yang terus luruh.

setibanya di kantor polisi karina dan Seleno di bawa ke ruangan polisi tersebut untuk di interogasi.

drtt..drttt... drttt

telfon karina berbunyi menampilkan siapa yang menghubunginya ' mamah?' gumamnya.

" maaf pak saya angkat telepon dulu" ucap karina lalu mengangkat telepon itu.

"......"

" iya mah"

" ....."

"karina lagi di kantor polisi  mah, tolong suruh papah kesini. karina butuh"

"....."

" mah, zaky mahh"

"....."

"zaky sekarat sekarang mah hiks.. hikss'

"...."

" nanti karina serlok mah. hiks.. hiks.."

"....."

" engga mah, mamah jangan kesini. biar papah aja yang kesini. mamah tungguin zaky ajah ya mah di rumah sakit hiks... hikss..."

"....."

"iyah mah hikss.. hikss"

setelah menutup panggilan telpon itu karina kembali diam menghapus airmata sedangkan Seleno menunduk diikuti airmatanya yang menetes.

"baik, bisa saya mulai nona muda dan tuan muda"

"bisa pak".

"bagaimana bisa nona dan anggota nona berada di sana, dan apa motif kalian?"

"baik sebelumnya saya ingin memberi tau bahwa salah satu teman saya di keroyok hingga masuk rumah sakit, bahkan keadaannya sekarang bisa di bilang mengenaskan. teman saya mendapatkan pelecehan seksual dan kekerasan yang di berikan tersangka atas nama DIO HENDRIK"

"baik, lalu bagaimana bisa tersangka atas nama DIO HENDRIK menggunakan pistol untuk menyerang teman nona, apakah tuan muda siap menjelaskan"

"saya..,"

brak

"tuan Hendrik?"

"zidan?"

ucap karina dan seleno. mereka tidak mengerti kenapa zidan bisa disini dan kenapa tuan Willy Hendrik repot repot datang untuk mengurus kasus ini?.

" saya bersedia mengangkat kasus ini!"  ucap tuan Hendrik berjalan kearah karina dan Seleno di ikuti zidan.

"om?"

" baik tuan. nona dan tuan muda apakah kalian bersedia menjadi saksi dan mengumpulkan bukti²?"

"bersedia pak!"  ucap karina ia rasa memang sudah saatnya terjun langsung untuk melindungi teman temannya.

*********

Ambition girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang