27

104 14 19
                                    

Hampa?

Itulah yang dirasakan oleh Astalian saat mengawali hidup di hari ini. Biasanya, setiap pagi akan ada pesan berisi penyemangat yang membuatnya tersenyum sepanjang hari. Kini, pesan tersebut tidak ada.

Drttt

"Pasti Lavelyn,"gumam Astalian berakhir sumringah dan melompat ke arah kasurnya.

Seketika senyumnya berakhir masam saat pesan masuk tersebut berasal dari Serena. "Yaelah ini cewek nggak bisa banget biarin gue tenang dikit. Padahal udah ada Ansel. Malah maruk. Gue sumpahin lama-lama lo jatuh cinta sama Ansel."

"Bodo amat sama Serena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bodo amat sama Serena. Kalaupun dia berulah, tentu Ansel nggak bakalan diam aja. Beruntung banget gue punya sahabat macam Ansel. Dia bisa jadi pawang terbaik Serena. Emang dasarnya mereka berdua cocok. Ansel tuh semacam Lavelyn versi cowok. Nggak nyerah buat deketin Serena. Hmm, jadi kangen Lavelyn."

"Ciee. Pagi-pagi udah rindu pujaan hati,"ledek Marvin berdiri di ambang pintu.

Astalian berdecak kesal. "Ganggu aja lo. Ngapain ke kamar gue? Bukannya bantuin istri rapiin kasur."

"Gue mah tanpa disuruh juga ngelakuin. Sistem hidup gue kan anti bersikap patriarki terhadap pasangan,"ucap Marvin.

Astalian memutar bola matanya malas. "Ada perlu apa ke sini?"

"Astaga. Sejak kapan gue ke kamar lo-jadi dapet pertanyaan begitu? Itu lagi, muka kusut amat. Lo pasti nggak mandi ya?"

Astalian melempar bantal ke arah Marvin yang sontak tertawa. "Nggak lucu."

"Lucu mah cuma istri gue. Gue hanya mau menyampaikan omongan Papa. Kalau Astama Fair selesai, ada yang mau di bicarakan sekeluarga,"ujar Marvin.

Astalian mengerutkan dahi. "Biasanya kalau bicara serius sekeluarga langsung spontan tanpa embel-embel ngasih tahu."

"Justru itu. Papa mau mastiin lo nggak ada jadwal apapun biar waktunya pas. Kayaknya ini serius banget sih,"ujar Marvin.

Astalian mengangguk. "Nggak ada kok. Aman."

"Okelah. Cepetan mandi. Felisha siapin makanan kesukaan lo."

Astalian tersenyum sumringah. "Wah perhatian sekali Kakak Iparku. Tiap hari dimasakin makanan favorit. Padahal gue nggak pernah kasih tahu kesukaan gue apa."

"Makanya, cepetan nikah biar nggak nyusahin istri gue,"dengus Marvin kesal.

Astalian hanya mampu terkekeh ringan. "Iyadeh si paling nikah."

***

Serena memandang penampilannya di cermin. Hari ini rasanya ia akan bersiap untuk mengobarkan semangat memperebutkan Astalian. Ia tidak ingin kecolongan lagi. Apalagi saat ia tahu hubungan Astalian dan Lavelyn sedang dalam fase break.

Cinta Cowok Idaman!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang