Part. 7

705 103 3
                                    

.

.

Sungho merengut di tempat duduknya di tengah-tengah riuh suasana lapangan Quidditch hari itu. Mood dia terjun bebas saat Sean, teman terbaiknya, menarik tangannya (re: menyeret) ke arah luar kastil menuju lapangan Quidditch bersama rombongan murid lainnya.

Temannya (sepertinya dia harus cari teman baru) bilang kalau dia sesekali ikut keluar dengannya mencari hiburan di akhir pekan ini, bukannya mengubur diri di tumpukan buku-buku di perpustakaan.

Jangan salahkan Sungho yang lebih mementingkan pendidikannya. Ujian akhir semester tinggal menghitung hari. Harusnya dia bisa baca satu atau dua buku setelah sarapan di Great Hall. Tapi temannya yang satu itu bergerak lebih cepat menggandeng lengannya. Seakan bisa membaca pergerakannya dan menariknya pergi begitu melihat piring sarapan Sungho sudah bersih.

Sungho berjalan malas-malasan. Membiarkan badannya dikendalikan Sean kemana anak itu membawanya. Dia tidak mood sama yang berbau Quidditch. Lagi pula dia masih kesal perihal cedera tangannya di pertandingan lalu.

Entah orang bodoh mana yang tidak berhasil menghalau bola Bludgers supaya tidak menghantam pemain. Sungho harus bertahan menahan rasa sakit sejak awal pertandingan sampai akhir –satu jam– dan menggunakan tangan kirinya untuk bermain. Dia terlalu keras kepala, tidak mau turun dan digantikan pemain cadangan. Hasilnya, dia harus mendengar omelan Madam Pomfrey selama pengobatannya dan hidup dengan sling selama seminggu lebih karena dia menolak meminum ramuan penumbuh tulang. Semua terbayar dengan menangnya tim Slytherin atas Hufflepuff.

Sungho yang kemarin baru melepas sling dan perban di tangannya kini sedang berada di tribun asrama Gryffindor bersama Sean dan yang lainnya. Hari ini adalah pertandingan Quidditch antara Ravenclaw dengan Gryffindor. Pertandingan final yang sangat dinantikan seluruh penghuni kastil.

Pagi di minggu keempat bulan Mei langit cerah berawan, cuaca yang cocok untuk menonton pertandingan Quidditch. Masih lebih baik daripada saat pertandingan Quidditch antara Gryffindor dan Hufflepuff bulan Maret lalu. Hujan deras disertai petir cukup membuat sulit semua orang. Sungho bersyukur dia tidak berada di posisi para pemain.

Sorak sorai penonton yang sudah menunggu di masing-masing tribun membuat suasana menjelang pertandingan final semakin meriah.

Sebagai satu-satunya murid termuda di asramanya yang menjadi anggota tim Quidditch juga, ada sedikit bagian dirinya yang kecewa karena tidak bisa membawa tim mereka ke babak final. Tapi Sungho cukup puas karena masih berada di posisi tiga besar. Dia akui para singa itu adalah lawan terberat.

Pertandingan yang diadakan sebelum ujian akhir tentunya seperti angin segar bagi semua siswa. Ada kesempatan untuk refreshing sebelum dihantam kerasnya ujian. Terutama bagi siswa tahun kelima dan ketujuh.

Dari posisinya Sungho bisa melihat lebih jelas meski tanpa bantuan Omniocular. Lagi pula, dia tidak seharusnya ada disini. Mood-nya masih jelek namun perlahan naik setelah suara sorakan di sekitarnya semakin ramai. Para pemain Quidditch satu persatu memasuki lapangan. Barisan warna merah dan biru di lapangan berumput itu masuk beriringan sambil menenteng sapu terbang mereka.

Para pemain menaiki sapu mereka lalu terbang rendah sembari menunggu aba-aba dari Mr Brown. Beberapa saat kemudian bola Bludgers dilepas bersama Snitch, lalu Mr Brown melempar Quaffle dan pertandingan dimulai.

Sekelebat merah dan biru terbang begitu cepat, menyebar ke penjuru lapangan, bersiap-siap di posisi masing-masing. Terdengar sorakan kencang dari tribun seberang, tepatnya tribun pendukung Ravenclaw begitu Chaser mereka –yang Sungho lupa siapa namanya– berhasil mencetak skor.

Rupanya itu permulaan yang bagus. Karena tidak perlu menunggu lama, permainan semakin menarik dan brutal. Sungho meringis ketika salah satu Chaser Ravenclaw tahun kedua –yang Sungho juga tidak kenal– terkena efek Body Blow dari dua Chaser Gryffindor yang badannya lebih besar dan menjatuhkan Quaffle dari tangannya. Sungho hanya berharap anak itu tidak kenapa-napa.

Baby Boo, Yeppi || daengsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang