Haii gaisss, mohon bisa mengerti jika ada salah kata/ salah ketik harap beritahu saja. Terimakasih selamat membaca ya!!!
Jangan lupa follow Instagram kita [@Ailasyav] okee, untuk info update selanjutnya hehehe....
°°°°°
Di sudut panti asuhan, Mahesa duduk sendiri, menyembunyikan tangisnya di balik rambutnya yang terurai. Di usia muda, ia telah belajar bahwa kehidupan tidak selalu adil. Orangtuanya telah meninggalkannya, mungkin karena mereka merasa tak mampu memberikan yang terbaik baginya. Tapi Mahesa, atau yang biasa dipanggil Eza, tidak membiarkan tragedi itu menghancurkan semangatnya. Meskipun terjebak dalam tubuh yang tidak sempurna, ia menemukan kekuatan di dalam dirinya untuk terus maju.
Setiap hari, ia dihadapkan pada kenyataan bahwa ia tidak seperti teman-temannya. Terkadang, ejekan dan cemoohan mereka menusuk hatinya lebih dalam dari luka fisiknya. Namun, Esa memilih untuk tidak membiarkan kata-kata itu menghentikannya. Dengan tekad yang kokoh, ia terus melangkah, meskipun setiap langkah terasa menyakitkan.
Mungkin bagi beberapa orang, kekuatan adalah tentang kemampuan fisik. Tapi bagi Esa, kekuatan sejati adalah keteguhan hati dan kemauan untuk terus berjuang meskipun segalanya terasa sulit. Dan di balik tangisnya yang tak terbendung, tersimpan tekad yang bulat untuk tidak pernah menyerah, tidak peduli seberapa keras ujian kehidupan ini menimpanya.
Di panti asuhan, Mahesa menemukan keluarga baru dalam bentuk kakak-kakak asuhnya. Mereka memberinya dukungan dan kasih sayang yang membuatnya merasa dihargai dan diterima. Meskipun kehidupannya tidak mudah, Mahesa belajar untuk bersyukur atas apa yang dimilikinya.
Dengan waktu, Mahesa mulai menemukan bakatnya dalam seni lukis. Melalui setiap sapuan kuas, ia mengekspresikan perasaannya yang terpendam dan impian-impian yang belum terwujud. Lukisan-lukisannya menjadi jendela ke dalam dunianya yang penuh dengan kekuatan dan ketabahan.
Meskipun terkadang masih terasa sendiri dan terluka, Mahesa tahu bahwa ia tidak sendirian. Ia memiliki kakak-kakak asuh yang selalu ada untuknya, serta mimpi-mimpi yang membimbingnya melalui setiap tantangan. Dan di tengah-tengah kegelapan, cahaya keberanian dan harapan terus menyala di dalam dirinya, menuntunnya menuju masa depan yang lebih baik.
--- ---
-Flashback on-
"Bu, Esa mau berangkat dagang ya! Esa pakai sepeda buat ke tempat dagangnya, semua udah Esa masukin ke kantong belanja. Esa berangkat ya bu!" ucap Mahesa sambil berpamitan kepada Bu Laras, dan pergi meninggalkan Bu Laras dan adik-adik panti.
Karna semangat ia untuk berjualan, iya tidak tahu bahwa sepeda yang ia pakai ternyata mengalami ban yang bocor. Hal yang tidak terduga terjadi, di saat Esa akan berbelok arah kana jalan raya, ternyata ia ditabrak oleh seorang pengendara mobil dengan kecepatan yang tinggi, dan membuat Mahesa terpental.
"Aaaaaa!!"
"Brukkk!!!"
Syontak membuat para warga panik, dan yang melihat itu langsung pergi menghampiri Mahesa yang tengah meringis karna kesakitan.
"Aishh, sakit banget.." ucap Mahesa, sambil menunjuk kearah kakinya dan pingsan seketika.
Ternyata terdapat luka di bagian kepala, tangan, dan kaki. Tetapi Mahesa merasakan sakit luar biasa di daerah kakinya, karena kakinya mengalami luka yang lumayan parah yaitu, patah tulang.
Dengan cepat Mahesa dilarikan ke rumah sakit terdekat oleh warga sekitar, lalu tiba-tiba ia terbangun dari pingsannya dan melihat Bu Laras sudah menangis.
" Esa? Apa yang kamu rasain sekarang?" ucap Bu Laras yang masih menangis.
Dengan kebingungannya, Mahesa menjawab " Ga ada Bu, Mahesa kenapa? Kenapa Mahesa ga jadi jualan? Ko Mahesa disini," ucapnya, sambil meringis akibat luka yang di kepalanya.
"Esa, tadi kamu ketabrak. Kamu terpental, apa yang sekarang kamu rasain?" lanjut Bu laras, sambil mengecek bagian tangan, dan kaki Mahesa.
Disaat Bu Laras memengang bagian lutut Mahesa, disitu Mahesa teriak seketika. "Aaaaa, itu sakit Buu..."
Seketika membuat Bu Laras langsung menaikkan tangannya dan melepaskan genggaman tangannya dibagian lutut Mahesa.
Karna itulah akhirnya Bu Laras tau, bahwa Mahesa ternyata mengalami patah tulang yang lumayan serius.
"Bu, Mahesa gausah operasi, Mahesa bisa diurut kan? Mahesa gamau ngebebanin Ibu. Mahesa bisa jalan yakan?" ucap Mahesa sambil memaksa mencoba menggerakkan kakinya.
Namun nihil, rasa sakit luar biasa yang dirasakannya membuat Mahesa menjadi lemas. Dan akhirnya ia menangis, menyesal karna ia tidak berhati-hati disaat berbelok.
"Bu... Maafin, karna Mahesa ibu harus bayar uang rumah sakit, maafin Mahesa," rintihan tangisan Mahesa, karna ia sebenarnya tidak ingin terjadi.
"Gapapa, tapi ibu minta maaf untuk sementara kamu memakai kursi roda dahulu, dan kita menjalani terapi saja ya? Ibu tidak memiliki uang banyak untuk kamu menjalankan operasi, maafkan Ibu!" keluh Bu Laras, sambil menahan tangisannya, dan memeluk tubuh Mahesa.
Disitu Ibu tidak sendiri, ibu bersama Bang Bion, dan Bang Indra, ya itu Adalah kaka angkat Mahesa. Anak panti asuhan Bu Laras, dengan kemarahan Bang Bion kini Ibu dituntut Bang Indra untuk menuju dokter. Dan Bang Bion bersama Mahesa.
"Kenapa bisa? Apa salahnya si nunggu kaka? Kan Abang bilang, Esa boleh jualan, asalkan Esa berangkat bareng Bang Bion atau Bang Indra! Abang tuh cape, Esa ga pernah dengerin kata-kata Abang. Harus berapa kali Abang bilang hati-hati, dijalan raya itu bukan seperti dijalan gang rumah panti!" omelan Bang Bion membuat Mahesa sedikit kesal, ia menahan amarahnya dan berdiam diri.
"Didengerin, bukan malah ga denger!" lanjut Bang Bion sambil melirik wajah Mahesa.
"Ya bang, maafin Esa, maaf..." ucap lirih Mahesa, sambil menahan tangisannya.
Diusia 12 Tahun, ia sudah mengalami kecelakaan yang lumayan membuat ia trauma. Memang sudah biasa Mahesa di ceramahi oleh Bang Bion, namun kali ini sepertinya Bang Bion tampak sangat marah.
-Flashback off-
Dari situlah Mahesa, harus siap menjalani kehidupannya dengan menggunakan kursi roda.
°°°°
"Ngeluh itu sia-sia, aku hanya bisa lakukan sebisaku saja!"
TBC
.
.
Mahesa sifatnya terlalu bersemangat buat author mageran ini hahaha ꈍᴗꈍ
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah untuk Mahesa [On going]
Novela Juvenil[Cover by: Canva Aplikasi] "Apa kamu yakin dunia berpihak kepadaku? Orang tua ku saja lebih memilih meninggalkanku dipanti asuhan?" ujarnya, sambil menundukkan kepalanya karna ia rasa air matanya tidak terkendali untuk dibendung. ...