Extra : Amorfati [III]

599 35 5
                                        

"JENDRAL!!!"

"SIAP IBU NEGARA! Sebentar sepatu aku hilang" Jendral yang khawatir ibunya semakin marah membalas dengan teriakan.

"SEPATU KAMU UDAH MAMAH SIAPIN! CEPET SARAPAN!"

Jendral meringis, perlahan mendekati sang ayah yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Papah, tolong jinakin mamah. Dari tadi aku diteriakin terus loh aduh serem banget padahal masih pagi" Jendral memegang ujung baju ayahnya sambil bersembunyi di balik punggung sang ayah.

"Emangnya kamu abis ngapain Jen?" Tanya sang ayah yang tidak mengerti alasan anaknya bersembunyi dari sang istri.

Jendral terkekeh, "aku males banget sekolah hari ini. Tapi mamah maksa aku buat sekolah"

Jenagara tertawa karena alasan yang anaknya berikan.

"Lagian kamu kenapa gak mau sekolah deh? Jangan jangan gara-gara cewek yang kemarin kamu bilang ya?"

"Ih papah ko tau?" Jenagara semakin tertawa melihat respon polos anaknya.

Jujur, selama mendidik Jendral. Jenagara selalu merasa terhibur karena tingkah polos anaknya yang memang seringkali terlalu jujur.

Selain menjadi anak yang cerdas, Jendral tumbuh menjadi anak yang begitu jujur dan menurut. Anaknya itu tidak pernah bertingkah aneh selama ini. Bahkan saat Jenagara mempersiapkan diri kalau-kalau anaknya ini akan sering membuatnya dipanggil ke sekolah, Jenagara justru sering dihubungi oleh guru anaknya dan diberi ucapan selamat.

Katanya Jendral seringkali memenangkan perlombaan yang Jenagara sendiri tidak pernah tau kapan anaknya itu ikut serta dalam lomba.

Waktu anaknya itu SMP, Jendral tidak pernah bercerita dia ikut lomba bernyanyi. Tapi tiba-tiba memberikan sertifikat dan hadiah kalau dia baru saja memenangkan lomba meskipun peringkat ke 2.

Pernah juga Jendral tidak memberitahu kalau dia mengikuti lomba cerdas cermat di sekolahnya, tapi secara tiba-tiba memberikan hadiahnya pada Jenagara dan Andara. Anak itu memang tidak pernah memberitahu pada orang tuanya kalau dia mengikuti suatu acara, tapi selalu memberitahu hasilnya meskipun ia gagal.

Seperti yang terjadi saat dia menginjak kelas 1 SMA, katanya anak itu diajak untuk mengikuti turnamen futsal. Jendral sebenarnya tidak begitu menyukai futsal, tapi karena dia ingin memberi kejutan pada ibunya kalau dia baru saja mengikuti turnamen, akhirnya dia setuju untuk ikut serta.

Andara juga bukan ibu yang posesif sehingga Jendral tidak perlu berbohong kalau dia hendak latihan futsal. Ibunya tidak akan bertanya detail mengapa dia telat pulang sekolah. Hanya dengan menjawab kalau dia ada latihan, ibunya itu akan mengiyakan tanpa banyak bertanya lagi.

Waktu itu, Jendral sepertinya terlalu terobsesi untuk menang sehingga dia tidak sadar kalau kesehatan dirinya juga penting. Jendral terlalu lupa diri sampai akhirnya laki-laki itu tumbang di putaran kedua.

Ketidak ikut sertaan Jendral ternyata mempengaruhi tim, sehingga tim mereka kalah dalam putaran terakhir. Jendral sedih, maka dari itu dia membutuhkan hiburan dari ibunya.

Saat itu, pertama kalinya Jendral mengikuti suatu perlombaan dan dia kalah. Tapi dia tetap bercerita dan memberitahu hasilnya pada sang ibu. Yang sesuai dengan ekspektasinya, ibunya itu memberi tanggapan di luar dugaan.

Jendral kira dia akan disuruh untuk lebih giat lagi latihan dan menjaga stamina. Tapi ibunya saat itu malah berkata.

"Mamah kira kamu cuma suka main basket loh, keren juga ya Jendral nya mamah ini bisa main futsal juga" meskipun agak menyebalkan, tapi sebenarnya memang itu lah yang Jendral harapkan.

TAKDIR [YEJENO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang