cemburu

18 1 0
                                    

Dan disinilah mereka... Di club tempat minji bekerja yang tak lain juga club milik keluarga riki.

Minji yang belum tau bahwa pemilik club tempat dia bekerja adalah keluarganya riki merasa heran karena riki dapat dengan mudah masuk ke dalam... Karena setaunya club ini sangat ketat apalagi dengan anak yang di bawah umur

"Malem bang josh". Sapa minji pada rekan kerjanya itu yang bernama joshua

"Hai kim... Malem ini bawa temen? Tadi gue liat lo masuk sama dia". Jawab joshua sambil melirik riki yang berada tak jauh dari mereka

"Kebetulan aja itu bang". Jawab minji malas jika nanti dia harus menjelaskan

"Tapi gue heran ko dia bisa masuk... Kalo di liat dari tampangnya tuh orang masih bocah di bawah umur". Ucap joshua lagi dengan dahi yang berkerut

"Punya banyak duit kali makanya bisa gampang masuknya". Jawab minji asal

Minji langsung bergegas mencari kesibukan agar joshua tidak lagi banyak bertanya

.
.
.

Di tempat duduknya pandangan riki tidak lepas sedikit pun dari minji... Dia memperhatikan bagaimana minji yang sangat cekatan dengan pekerjaannya. Namun tidak sedikit juga dia merasa kesal dengan pelanggan yang menurutnya mencuri kesempatan dengan memegang ataupun mengecup punggung tangan minji.... Rasanya dia sangat ingin melayangkan tinjunya ke orang-orang itu.

"Hai.. sendiri aja?".

Tepukan di pundak riki berhasil mengalihkan pandangan yang sedari tadi memperhatikan minji kini berbalik menatap seorang gadis yang riki yakini gadis itulah yang tadi menepuk pundaknya... Terlihat dari pakaiannya yang bisa terbilang minim dan membuat riki risih pastinya. Tapi bukankah memang di dalam tempat seperti ini sudah biasa perempuan berpakaian terlalu terbuka seperti itu.

"Lagi nunggu temen". Jawab riki yang tentu saja berbohong

"Boleh gue temenin? Gue perhatiin lo dari tadi bengong aja... Makanya gue samperin". Ucap wanita itu lagi

Riki menaikan alisnya sebelah sangat jelas bahwa di wajahnya kini menunjukkan ketidak sukaan

"Ga perlu". Jawab riki cuek

Tapi wanita itu tidak menghiraukannya.... Dia justru dengan lancang langsung duduk di samping riki dan memandang wajah riki dengan penuh harap. Entah apa yang wanita itu harapkan

Riki sangat jelas tidak menyukai tindakan yang wanita itu lakukan... Tetapi terlintas pikiran jahil saat riki sadar bahwa minji tengah memperhatikannya

Riki membiarkan tangan lancang wanita itu mengusap pundak dan bagian pahanya... Sungguh riki sangat risih tapi ia ingin melihat bagaimana reaksi minji nanti

"Lo liat perempuan bartender itu? Dia cewe gue... Dia juga bisa taekwondo. Lo bisa aja di tendang terus di banting sama dia setelah ini". Ucap riki pelan dengan penuh penekanan sambil matanya mengarah kepada minji

Wanita itu mengikuti arah pandang riki... Namun ia tidak peduli dengan perkataan riki. Tangannya masih terus bergerak nakal sampai akhirnya riki yang memutuskan untuk bangkit dari posisi itu pergi meninggalkan tablenya dan berpindah ke meja tempat bartender. Dia memperhatikan minji masih sibuk dngan pekerjaannya tapi riki jelas tau perubahan mimik wajah minji yang terlihat bad mood meskipun kini dia memakai topeng. Entah kenapa hal yang menyangkut minji membuatt kepekaan riki lebih aktif dari apapun yang minji lakukan.

.
.
.

Riki menunggu minji di luar ruang ganti pegawai.... Setelah beberapa menit minji pun keluar sudah dengan pakaian yang lebih santai

"Udah?" Tanya riki basa basi tapi tidak mendapatkan tanggapan apapun dari minji

Minji berjalan duluan disusul riki di belakangnya... Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut keduanya sepanjang jalan keluar bahkan sesampainya di mobil pun tetap sama.

"Kita cari makan dulu ya". Ucap riki akhirnya memecah keheningan

"Gausah langsung pulang aja". Ucap minji ketus dengan pandangan yang menatap keluar jendela

"Kenapa hhhmm?". Tanya riki dengan nada rendah memandang minji di sampingnya.. ia masih belum menjalankan mobilnya

"Gapapa gue cuma udah cape pengen cepet istirahat". Jawab minjii yang masih enggan menatap riki

"Kalo ngomong itu tatap mata orang yang lo ajak ngomong". Ucap riki sambil meraih wajah minji lembut agar menghadap dengan dirinya

Mereka bertatapan sebentar sebelum minji menepis tangan riki yang memegang wajahnya... Dia menatap ke depan. Entah kenapa perasaan minji rasanya sangat tidak enak.

"Besok gausah anter jemput gue kerja". Ucap minji sambil menengok ke arah riki sebentar

"Kenapa?". Tanya riki dengan nada tenang

"Gue gamau ngerepotin lo".  Ucap minji masih dengan nada ketus

"Gue ga merasa di repotin sama lo... Justru gue seneng kalo gue bisa ada buat lo dalam hal apapun". Ucap riki dengan nada lembut sambil mengusap pelan puncak kepala minji

Minji menengok dengan muka yang seolah ingin menyinyir

"Seneng bisa ada buat gue atau seneng di godain tante tante?". Ucap minji dengan nada yang sedikit ngegas

Riki menaikan alisnya sebelah kemudian tersenyum dan tertawa kecil

"Lo cemburu?". Tanya riki dengan nada jahil dan muka yang sangat menyebalkan

"GAK LAH... NGAPAIN CEMBURU GA PENTING". jawab minji ngegas

"Ya biasa aja dong gausah ngegas gitu jawabnya". Timpal riki

"Gue biasa aja". Ucap minji lagi dengan muka yang masih merengut

"Manis banget sih kalo lagi cemburu gini... Sayang". Ucap riki yang berhasil membuat mata minji membulat dan detak jantungnya tidak aman

"SAYANG PALA LO PEYANG". kata minji kencang dengan emosi yang berusaha menutupi rasa saltingnya... Dia membuang pandangannya ke arah samping jendela. Pipinya terasa panas... Jika dia menghadap riki sudah dipastikan bahwa riki akan melihat dirinya yang tengah blushing

.
.
.

"Langsung istirahat ya... Besok gue jemput buat ke sekolah". Kata riki

"Gak.. gue mau berangkat sendiri". Ucap minji kekeh

"Udah di bilang gue ga lagi nawarin lo sayangggg... Jadi lo gabisa nolak". Ucap riki santai

"Gila lo ya.... Nyebelin banget tau ga! Terserah lah". Ucap minji akhirnya dengan raut marahnya berjalan masuk ke dalam rumahnya

'kalo di serangnya act of service kaya gini cewe mana coba yang ga bakal luluh?'. Batin minji

***



Adik Kelas Pengganggu || Riki*MinjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang