berduka

15 1 0
                                    

Hari ini riki belum melihat keberadaan minji di sekolah
'apa dia ga masuk?'. Pikir riki bertanya pada dirinya sendiri

Dia berpikir apakah karena pengakuannya kemarin minji jadi menghindarinya

'bodoh riki lo harusnya ga buru-buru'.rutuknya dalam hati sambil menjambak rambutnya kecil

Shota yang melihat teman di sampingnya seperti orang yang tengah frustasi hanya bisa memasang wajah herannya

"Lo kenapa si? Gue perhatiin dari tadi muka lo kusut amat". Akhirnya shota berani berbicara meskipun bukan jawaban yang di berikan riki

Riki malah segera bangkit dan pergi. Shota yang melihat riki mengabaikannya hanya menggelengka kepala, dia tidak ambil hati tindakan yang riki lakukan

.
.
.

Sedangkan di waktu yang sama tetapi di tempat yang berbeda minji tengah melamun, pikirannya seakan kosong dan perasaannya sangat hampa. Dia sedang di rumah sakit sekarang, menatap kosong pada brankar yang berisi jenazah yang sudah di tutup kain.

Tadi pagi saat dirinya hendak berangkat sekolah ia melihat neneknya tergeletak di bawah lantai. Panik bukan main, ia langsung menghubungi rumah sakit terdekat.

Sesampainya di rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa neneknya terkena serangan jantung dan meninggal. Bagai tersambar petir, hal yang tak pernah minji bayangkan sekalipun. Dia menangis sejadi jadinya, tidak peduli dengan orang yang belalu lalang.

Pasalnya ia hanya tinggal bersama neneknya, dan sekarang dia benar benar seorang diri.

.
.
.

Riki melihat terdapat beberapa orang dirumah minji. Namun suasananya sangat aneh seolah disitu tengah berduka.

"Bu maaf ini ada apa ya?". Riki mencoba untuk bertanya kepada salah satu ibu-ibu yang ada di sana

"Kamu temennya neng minji ya?". Bukannya menjawab malah si ibu bertanya balik sambil memperhatikan penampilan riki yang memang masih memakai seragam sekolah

"Iya bu".

"Tadi pagi neneknya neng minji meninggal... Kalo kamu cari neng minji mungkin dia masih ada di pemakaman". Jawab ibu itu

"Makasih bu". Ucap riki tidak lupa berterima kasih dan bergegas pergi menuju pemakaman

Jujur saja riki sangat khawatir dengan minji saat ini.

Sampai di pemakaman riki melihat seorang gadis yang tak lain adalah minji tengah berjongkok di depan makam yang terlihat masih baru. Riki berjalan menghampirinya dan ikut berjongkok menyamai posisinya.

Minji yang merasa kehadiran seseorang di sampingnya pun menengok. Ia mengira yang datang adalah ayahnya, tapi ternyata orang lain.

'ayah jahat ya nek, bahkan nenek meninggal pun ayah ga dateng'. Batin minji

Lama terjadi keheningan diantar keduanya sampai suara minji terdengar

"Ngapain kesini". Ucap minji dengan suara yang masih serak sehabis menangis

"Kenapa lo selalu muncul di saat yang ga gue pengenin?". Ucapnya lagi
"lo selalu liat sisi diri gue yang gue sembunyiin dari orang lain". Lanjutnya

Riki hanya mendengarkan apa yang minji ucapkan tanpa berniat untuk menjawab. Dia membiarkan minji mengutarakan apa yang minji rasakan.

"Sekarang gue beneran sendiri...". Ucap minji

"Bahkan ayah gue sendiri pun ga dateng ke pemakaman nenek gue yang notabennya ibu dia". Dengan pandangan yang kosong minji mengatakan itu

Riki tidak tahan melihat minji seperti itu, dia menarik minji ke dalam pelukannya

"Lo masih punya gue... Jangan ngerasa sendiri, gue disini buat lo". Ucap riki akhirnya Sambil mengusap lembut rambut minji

Mungkin memang pelukan lah yang minji butuhkan saat ini. Tidak munafik, dia butuh bahu untuk bersandar sebentar dari kehidupan dia yang rasanya sangat berat.

Cukup lama adegan berpelukan itu setelah minji merasa dirinya sudah agak tenang dia mencoba melepaskan pelukan dari riki

"Thank's, maaf baju lo jadi kotor karena ingus gue". Ucap minji dengan mata yang sayu menatap riki

"Gapapa yang penting lo udah agak tenang sekarang". Jawab riki
"Mau pulang?". Tanya riki lagi
Minji hanya mengangguk dan seraya bangkit dari posisi jongkoknya.

.
.
.

"Lo bolos sekolah?". Tanya minji
Riki mengangguk sebagai jawaban

"Lo beneran suka sama gue?". Tanya minji lagi

"Apa gue keliatan bercanda kemarin?". Tanya riki balik

Minji hanya terdiam

"Gue ga maksa lo buat suka balik sama gue... Jadi jangan merasa terbebani sama perasaan gue". Ucap riki lagi

"Maaf belum bisa bales perasaan lo". Jawab minji dengan muka yang merasa bersalah

Rasanya canggung... Minji tidak mau merepotkan orang lain di dalam hidupnya, karena dia sudah terbiasa sendiri. Jadi saat ada orang lain yang masuk ke kehidupannya minji merasa berhutang jika orang itu melakukan sesuatu untuk minji meskipun kenyataannya orang itu melakukannya dengan kemauan dia sendiri tanpa mengharapkan balasan.

"Nanti malem lo kerja?". Tanya riki

"Kerja"

"Kenapa ga izin dulu aja... Lo perlu istirahat biar ga kecapean".

"Meskipun gue dirumah ga akan bisa tidur dengan perasaan gue yang lagi kaya gini... Mungkin dengan kerja gue bisa alihin pikiran gue biar ga mikirin hal yanh bikin gue sedih". Jawab minji

"Kalo gitu gue bakal anter jemput lo nanti". putus riki

"Eh apaan si gausah... Gue bisa sendiri". Sergah minji

"Gue ga lagi nawarin lo, jadi lo gabisa nolak". Ucap riki dengan muka datar dan nada yang tegas

Minji menarik nafas kasar "lo pemaksa banget ya".

"Asal itu buat kebaikan lo gue gapapa di anggap pemaksa". Ucap riki

Minji memutar matanya malas
"Gue gamau terkesan kaya manfaatin lo"

"Buat lo... Gue rela di manfaatin bagian mana pun". Jawab riki dengan senyum smirk

"Gila lo". Ucap minji dengan mata yang menajam meskipun sebenarnya ia pun salting

***

Adik Kelas Pengganggu || Riki*MinjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang