Seperti biasa, jika di pagi hari maka seorang wanita yang bergelar sebagai ibu selalu sibuk di waktu pagi untuk menyiapkan keperluan suami dan anak-anaknya.
Begitupun dengan Emeline, dari subuh tadi istri dari Jefryan itu sudah sibuk berkutat di dapur untuk menyiapkan keperluan keluarga yang akan menjalani hari senin yang indah ini.
Satu persatu kamar Emeline datangi untuk membangunkan para penghuni, dari kamar dirinya dan suaminya untuk membangunkan pria itu, kemudian membangunkan ketiga pangerannya.
Emeline menghela napas saat sudah berada di depan pintu kamar si bungsu. Dengan perlahan, Emeline membuka pintu itu. Dapat di lihat jika si penghuni masih membungkus dirinya dengan selimut tebal. Emeline pun membuka gorden agar cahaya matahari yang masih malu-malu memasuki kamar putra bontotnya.
Wanita itu pun menghampiri sang empu di ranjangnya, tangannya terulur untuk mengusap pipi anak itu.
"Adek ayok bangun, katanya mau sekolah." Emeline terus mengusap pipi itu bahkan mengecupi seluruh wajah putranya sampai terganggu.
Dan sepertinya bontotnya terganggu, anak itu mulai menggeliat. Mata itu mengerjap dan mulai terbuka.
Emeline tersenyum pada putranya. "Morning," sapanya lembut.
Anak itu ikut tersenyum pada sang ibu. "Morning bundaaaa ..," balasnya dengan suara parau.
"Ayok bangun, katanya mau sekolah. Atau nggak jadi aja?"
Anak itu langsung memberengut kesal, ia pun bangun dari tidurnya dengan rambut yang acak-acakan menambah kesan gemas padanya. Emeline pun sampai terkekeh, putranya ini sudah memasuki jenjang SMA tetapi masih terlihat menggemaskan di matanya.
"Sekolah dong, bunda ...." Anak itu merengek dengan menduselkan kepalanya pada leher sang ibu.
Emeline kembali terkekeh, ia membelai surai putranya. "Yaudah, sekarang adek mandi nanti di tinggal Abang sama Kakak, lho."
"Aye, aye, aye, captain." Jean memberi gerak hormat pada ibunya, dengan segera ia pun beranjak dan mengacir ke kamar mandi.
Emeline geleng kepala, ia pun kembali beranjak untuk menyiapkan baju dan keperluan yang lainnya untuk anak bontotnya ini. Setelah selesai, ia pun keluar untuk menyiapkan yang lainnya untuk suami dan ketiga anaknya.
"KENAPA HARUS LO BUANG, SIH!"
Baru juga keluar, Emeline sudah di suguhi dengan teriakan putra keduanya. Pasti dia sedang ribut dengan kembarannya.
"BUNDA ... JENDRAL NYA NIH!"
Dengan segera Emeline menghampiri asal suara yang berada di kamar putra pertamanya.
"Kenapa lagi, sih, kalian? Emang nggak bisa sehari aja nggak ribut?" tanya Emeline seraya memijat pelipisnya.
"Jendral duluan, bunda ... dia buang sepatu kesayangan aku, bun." Anak kedua Emeline itu mengadu seperti seorang bocah.
"Abang?"
"Sepatu dia udah jelek, aku nggak suka lihatnya, jijik," jawab putra sulungnya.
Emeline mendesah, ada-ada saja mereka tuh.
"Lihat kan bunda, Jendral ngeselin."
"Udahlah, kak, kamu kan punya sepatu nggak satu. Pake dulu yang lain, nanti bunda ganti sepatu yang udah di buang abang, ya?"
Anak kedua Emeline itu mengerucutkan bibirnya. "Nggak mau! Kakak mau sepatu itu, sepatu itu tuh udah nemenin kakak."
"Tapi sepatu lo itu udah jelek, malu lah. Ayah 'kan kaya, masa anaknya pake sepatu buluk, heran gue," cemooh Jendral.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVARA FAMILY
Teen FictionTidak ada yang spesial, ini hanya daily life dari keluarga Devara yang di kepalai oleh Jefryan dan ibu negara Emeline beserta ketiga tuyulnya; Jendral, Jevan, dan Jean.