14. Takut

1.1K 118 53
                                    

Malu, itulah yang sekarang Jean rasakan. Ingin rasanya Jean menghilang saja dan tidak lagi bertemu dengan Joshua. Kejadian tadi pagi benar-benar membuat harga diri Jean jatuh se-jatuh-jatuhnya. Melihat tadi saat Joshua membersihkan kekacauan yang ia buat membuat Jean menjadi merasa bersalah pada adik ayahnya itu. Sebenarnya, Joshua itu baik. Tapi entah kenapa jika bersama Jean, Joshua akan menjadi menyebalkan.

Dulu, Jean dan Joshua itu dekat bahkan Josua tidak bisa jauh dari Jean begitupun sebaliknya. Mungkin karena mereka seumuran membuat mereka terlihat seperti saudara kembar seperti Jendral dan Jevan. Namun, saat di mana semua keluarga memberikan semua perhatiannya pada Jean, Joshua malah menjauh. Ada rasa cemburu saat Mami dan Papi lebih memperhatikan Jean daripada dirinya, apa-apa harus Jean yang di dahulukan, padahal Joshua dan Jean sama-sama bungsu Devara. Tetapi Mami dan Papi selalu mengutamakan Jean yang katanya membutuhkan semuanya demi kesehatan anak itu.

"Ah, tai!" Terdengar Joshua mengumpat karena sedang mengerjakan tugas sekolahnya di meja belajar Jean.

Ya, sedari pagi Joshua tidak pernah jauh dari Jean karena katanya ia takut di salahkan jika terjadi apa-apa pada Jean. Jadi, remaja itu melakukan semua kegiatan daringnya di kamar Jean. Gitu-gitu Joshua itu rajin, semua tugas sekolah ia kerjakan meskipun dengan umpatan.

Setelah puas melihat Joshua yang tantrum dengan tugas sekolahnya, kini Jean mengalihkan atensinya pada kakinya yang kini sudah kembali merasakan. Jean menghela napas, jika sudah seperti ini sepertinya tinggal menunggu waktu saja.

"Heh, manja!"

Jean mengalihkan atensinya pada Joshua.

"Ck ...." Tiba-tiba saja Josua berdecak saat menatap Jean seraya terkekeh meledek. "Lo nggak ngompol lagi 'kan?"

"Nggak!" balas Jean garang.

Joshua menyilangkan tangannya di depan dada. "Mau sampai kapan lo sok kuat di depan keluarga lo?"

Jean mengerjap saat mendengar kata-kata yang keluar dari bilah bibir Joshua. Entahlah, Jean hanya tidak ingin membuat kembali keluarganya bersedih gara-gara dirinya. Namun, sepertinya lambat laun ia akan kembali membuat keluarganya bersedih.

"Dahlah, emang lo nya aja yang suka caper." Setelah berkata seperti itu, Joshua beranjak untuk mencari yang segar karena otaknya membutuhkan asupan.

🐒🐒🐒

Seperti biasa, jika Jean sakit pasti Afkar akan langsung menengok sahabatnya itu. Bahkan sekarang bukan hanya Afkar, ada Zero juga yang ikut.

"Kenapa?" tanya Afkar saat melihat Jean yang sedari tadi banyak diam. Biasanya, jika Afkar datang Jean akan heboh dan mengeluh karena bosan selama di rumah.

"Joshua ngomong aneh-aneh lagi?" tanya Afkar lagi. Afkar tahu jika Jean dan Om-nya itu sedikit tidak akur, bahkan Afkar tahu bagaimana Joshua jika mengeluarkan perkataan yang pedas terhadap Jean.

Jean menggeleng, kemudian memberikan senyuman tipisnya. "Nggak, gue cuman lagi mikir kenapa lo pada nggak bawa bakpao?"

"Nanti gue bawa yang banyak elah," sahut Zero yang sedari tadi sibuk merakit Lego milik Jean yang belum sempat terselesaikan oleh pemiliknya.

"Je, lo suka Lego, ya? Banyak banget buset koleksi lo," ujar Zero saat melihat beberapa Lego di kamar Jean. Bahkan ada lemari kaca yang cukup besar yang isinya hanya Lego.

Jean mengangguk antusias, memang ia sangat-sangat menyukai mainan bongkar pasang itu. "Lo mau lihat semua koleksi Lego gue nggak? Tapi ada di ruangan yang lain."

DEVARA FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang