07

2.2K 150 5
                                    

(⁠⑉⁠⊙⁠ȏ⁠⊙⁠)

....

"Chan!"

"HAH?" Haechan membalas berteriak kencang, mencoba mengalahkan suara bising motor di jalanan yang ramai.

Jaemin yang duduk di belakang mencondongkan sedikit kepalanya. "Besok sore, jam tiga-an, anterin gue ke rumah Pak Mingyu ya. Motor gue lagi di servis!" Jelas Jaemin dengan teriakan mautnya.

Namun, alih alih terdengar, ucapan Jaemin yang cepat sekaligus tertelan suara kendaraan lain justru terdengar seperti sedang berkumur ditelinga Haechan.

Haechan mengernyit, sama sekali tak mengerti ucapan Jaemin. "Kapan?" tanyanya, sedikit berteriak.

Jaemin menghela napas panjang, menahan diri agar tidak membenturkan helmnya ke kepala Haechan. Jika saja dia bukanlah satu satunya teman sehidup sematinya, Jaemin mungkin sudah membunuh Haechan sejak awal.

"Besok. Jam dua. Ke rumah gue. Nganter barang," jelas Jaemin dengan sabar, meski dengan tangan sudah mengepal diudara.

"Ngapain?"

"Nganter barang, congek! Nanya lagi gue slepet juga nih motor ke aspal!"

Terkesan tidak jelas lah ya, tapi begitulah percakapan mereka disepanjang jalan menuju tempat tujuan.

...

Setelah perjalanan yang membagongkan, mereka berdua kini telah berada di Indomaret. Mencari makanan camilan sehat untuk diet.

"Chan, menurut lu enakan coffee Latte apa coffee gandum?" tanya Jaemin sambil memegang dua kemasan minuman kaleng.

Haechan langsung memicingkan matanya, ia tahu betul arah permainan jaemin. Apa pun yang ia pilih, Jaemin pasti akan mengambil yang sebaliknya.

Contohnya gini, Semula ia akan memberikan pilihan misalkan antara sendal atau sepatu, nah disaat Haechan mengatakan bahwa sepatu lebih bagus maka Jaemin akan mengambil sendal.

Kan taik.

Haechan mendecak, "Kepala lu sini gue gedik pake botol. Serah lu dah, tinggal ambil dua-duanya, kan duit lu banyak," ujarnya malas sambil berjalan menuju rak snack.

Jaemin berpikir sejenak sebelum akhirnya menaruh kembali kedua kopi itu. "Nggak jadi deh, Aqua lebih enak kayaknya," gumamnya.

Ia mendadak tak berselera, mungkin karna Haechan meminta untuk mengambil keduanya wkwk.

Haechan, yang sudah berpindah ke lorong lain, hanya bisa menggelengkan kepala. "Wong sinting," gumamnya dalam hati

----

Karena masing-masing memiliki tujuan yang berbeda, mereka pun berpisah.

Haechan sibuk di rak snack, sedangkan Jaemin melangkah ke rak kosmetik untuk mencari lip balm kesayangannya.

Baru saja Jaemin meraih salah satu lip balm, langkahnya terhenti. Matanya menangkap dua sosok yang tak asing baginya berdiri di ujung lorong. Ia memicingkan mata, memastikan penglihatannya.

"Eh, itu bukannya Kak Mark sama Kak Jeno?" gumamnya pelan.

Benar saja, Jeno yang secara tak sengaja menoleh langsung menangkap pandangan Jaemin.

"Sayanggg!" seru Jeno setengah berteriak semangat layaknya bocah yang menemukan induknya.

Tanpa pikir panjang, Jeno berlari kecil menghampiri Jaemin, lalu memeluknya erat dan mengecup kedua pipinya dengan manja.

YOU ARE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang