1/6

983 71 7
                                    

"Terimakasih, Mitsuya-kun."

Takemichi melambaikan tangannya pada Takahashi Mitsuya. Dia baru saja melihat jas yang akan dia gunakan untuk pernikahannya dengan Mikey.

Benar. Mereka akan menikah tiga hari lagi. Sudah berlalu seminggu sejak Mikey melamarnya, dan mantan pemimpin Toman itu tidak ingin berlama-lama untuk menikahinya. Lagipula, jadwal Mikey kosong sampai dua minggu kedepan. Takemichi tentu saja bahagia. Senyuman tak pernah luntur dari wajahnya.

"Ma-maaf. Aku sungguh tidak tahu dengan apa yang kalian bicarakan."

Langkah Takemichi terhenti mendengar suara dari sebuah gang. Takemichi takut, tapi seperti yang sudah sering terjadi, dia tetap memberanikan diri untuk mengecek barangkali ada seseorang yang membutuhkan bantuan.

Hanagaki Takemichi dengan Hero complex-nya.

"Hei, ada orang disan-eh?"

Takemichi berdiri mematung, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Disana, seorang laki-laki setengah baya sedang disudutkan oleh beberapa orang yang terlihat membawa senjata api. Takemichi jelas tahu siapa mereka. Itu Bonten, Yakuza yang dipimpin oleh Mikey di salah satu masa depan.

'Tapi bagaimana bisa mereka semua ada disini?' Dia membatin

Para anggota Bonten jelas juga terkejut melihat dia, terutama bos mereka Sano Manjiro. Mikey menatap Takemichi terkejut, tubuhnya mematung.

"Takemitchy?" bisiknya.

Takemichi masih terdiam. Dia mempunyai satu tebakan di kepalanya.

"Sial!" Takemichi mengumpat pelan. "Kalian, ikut denganku. Kau bisa pergi dari sini, Tuan."

Pria yang ketakutan tadi mengangguk cepat dan segera keluar dari gang itu dengan langkah tergesa-gesa.

"Hei, apa maksudmu melepaskannya, Hanagaki!" Sanzu menggeram marah.

"Diam, Sanzu! Lebih baik kalian semua ikut denganku sekarang sebelum semuanya menjadi semakin kacau." Takemichi menatap mereka tanpa takut. Dia sudah pernah melihat Mikey versi yang ini, jadi dia sudah tidak takut.

Mikey menatapnya sejenak sebelum akhirnya mendekati Takemichi. Mereka saling menatap selama beberapa saat sampai akhirnya Mikey kembali berbicara. "Kami ikut."

Takemichi mengangguk. Dia segera menyuruh para anggota Bonten itu untuk menyembunyikan senjata mereka dan mulai berjalan untuk kembali ke rumah.

"Tadaima."

Tak ada yang menjawab karena Mikey sedang berada di bengkel Draken. Takemichi segera menyuruh orang-orang di depan untuk masuk, lalu segera mengunci pintu rumah agar tidak ada yang masuk. Hanya dia dan Mikey yang mempunyai kunci rumah ini karena mereka memang tinggal bersama sejak seminggu yang lalu.

Takemichi menyuruh mereka untuk duduk, sementara dia sendiri pergi ke dapur untuk membuat minuman. Bonten terus menatap sekeliling. Mereka semua terkejut, terutama Mikey, saat melihat banyak sekali foto-foto yang terpajang di dinding.

Lambang geng itu, juga seragam hitam yang familiar. Mikey bisa merasakan sesuatu yang aneh di hatinya, perasaan nostalgia yang sudah lama tidak dia rasakan.

Ada beberapa foto lain juga, seperti foto para petinggi, kapten dan wakil kapten, fotonya dengan saudaranya -Shiniciro, Emma dan bahkan Izana- serta foto sekumpulan anggota geng dengan seragam yang berbeda, ada Tenjiku dan juga Black Dragon di sana. Paling banyak adalah foto dirinya bersama Takemichi. Foto saat mereka kecil–dia berfikir keras untuk yang satu ini, karena seingatnya dia tidak berteman dengan Takemichi saat kecil– ada juga foto mereka saat remaja, baik dengan seragam geng maupun seragam sekolah.

Yang paling menarik perhatian adalah sebuah foto yang lebih besar dari yang lainnya. Itu mungkin diambil dari jarak sedikit jauh, tapi dia jelas tahu siapa yang ada di sana.

Itu dia dan Takemichi. Diatas reruntuhan bangunan dengan langit biru sebagai latar, mereka berdua terlihat sedang berciuman. Entah kenapa Mikey merasa wajahnya memanas, tapi dia jelas menyukai perasaan itu. Namun ada perasaan tak rela di hatinya, karena dia tahu jika yang berada di foto itu bukan dirinya yang sekarang.

Tangannya tanpa sadar terulur untuk menyentuh foto. Mengusap bingkainya perlahan seakan-akan itu sebuah benda berharga yang tak boleh lecet sedikitpun. Anggota lain hanya diam memperhatikan bos mereka. Masing-masing jelas memiliki banyak pertanyaan.

Suara langkah kaki Takemichi mengalihkan perhatian orang-orang itu, kecuali Mikey yang masih terdiam menatap foto di depannya. Takemichi meletakkan minuman di atas meja, lalu menatap Mikey yang hanya diam memandangi sebuah foto.

"Duduklah kalian. Kita punya banyak hal untuk dibicarakan." Tak ada yang bergerak karena bos mereka sendiri masih berdiri diam.

"Mikey."

Mikey menoleh, menatap sepasang netra biru yang selama ini dia rindukan.

"Duduklah."

Mikey mengangguk ringan, lalu duduk di sofa single yang ada di hadapan Takemichi sementara para bawahannya hanya berdiri di sekitar seperti penjaga.

"Duduklah kalian. Kursinya muat untuk semua orang," ucapnya. Sofa di ruang tamu memang dibuat banyak mengingat para mantan anggota Toman juga sering datang ke rumah ini sejak dia dan Mikey tinggal bersama.

Mikey melirik melalui matanya, menyuruh mereka semua untuk mengikuti apa yang dikatakan Takemichi yang tentu saja segera dipatuhi.

"Apa ada yang ingin kalian tanyakan padaku? Atau aku boleh mengajukan pertanyaan dulu?" tanyanya. Dia mungkin punya jawaban untuk pertanyaan mereka.

"Dimana ini?" Mikey bertanya tanpa menunggu lama.

"Masa depan," jawab Takemichi. "Masa depan terbaik yang berhasil aku ciptakan, denganmu."

"Aku?" Mikey menatapnya bingung.

Takemichi hanya tersenyum kecil. "Ya, kau. Aku dan juga Mikey."

Tbc...
1/6

Tadinya sih pengen dibikin one-shoot aja, tapi... AKU KETAGIHAN!!!(✪ω✪)/

So, mau lanjut?

Change the Ending(✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang