chapter 6

56 20 1
                                    

Ujian akhirnya berakhir. (Name) menghela napas lega.

Dia tengah merapihkan alat tulis dari meja yang kemudian ia taruh ke dalam tas pororo birunya. Ketika hendak menggaet tas itu ke pundak, tiba-tiba saja seorang guru masuk ke kelas.

"Eh? (Surname)-chan, hanya ada kau sendirian di kelas?" Tanyanya sambil melihat-lihat isi kelas.

(Name) mengangguk sebelum berkata. "Benar, Bu, yang lain sepertinya sih sudah pada pulang. Memangnya ada apa ya?"

"Sebetulnya Ibu ingin kalian bersih-bersih kelas dulu sebelum pulang, karena hari ini kan hari terakhir kalian masuk sekolah. Tapi jika begini... Hmmm..." Wanita tua penyandang gelar guru itu menatap (Name) dengan rasa bersalah, dan protagonis kita tidak menyukai ke mana arahnya.

"(Surname)-chan, bisakah kamu merapihkan kelas sendikit? Menyapu, misalnya. Biar yang lain dibereskan oleh kawan-kawan anak kelasmu besok, kamu nggak perlu ikut bantu beres-beres lagi," ujarnya. Setelah itu ia melambai-lambaikan kedua telapak tangannya merasa bersalah. "Ah, kalau nggak mau gapapa kok. Biar besok saja kita beresin kelas bersama."

Hari jumat bukanlah jadwal piket (Name), melainkan rabu. Dia juga lelah selama kurang lebih satu jam berbincang dengan guru Bimbingan Konseling terkait rekomendasi SMP. Sebetulnya dia sangat ingin pulang sekarang. "Baiklah Bu, saya bakal beresin kelas sebisa saya." Namun sayang apa yang ia katakan tak sesuai dengan hatinya.

Tak apalah, beresin sedikit saja terus pulang. Dapat plusnya juga kan besok aku jadi boleh nggak ikut bersih-bersih.

"Terima kasih, (Surname)-chan! Kalau gitu Ibu pergi dulu ya, semangat!" Wajah guru itu gembira sekali saat ia berbalik pergi meninggalkan muridnya sendirian.

Tak terpengaruh dengan perasaan negatif, (Name) menaruh kembali tasnya pada kursi, kemudian mulai berjalan mengambil sapu dan pengki yang berada di pojok belakang kelas. Dia pun melangkah menuju pintu depan kelas, menaruh pengkinya di sana, lalu bergerak lagi ke belakang untuk menyapu.

Dengan telaten ia menarik kotoran debu dari kolong lemari, berkali-kali mengulangi gerakan yang sama agar debunya tidak kabur ke mana-mana. Di saat (Name) telah berada setengah jalan menuju tujuan, tiba-tiba pintu belakang kelas terbuka tidak sabar.

"Ah." (Name) terkejut, namun orang itu hanya bereaksi begitu.

Sosok yang membuka pintu dengan tak sabar itu ialah seorang lelaki sangat tinggi berperawakan tampan; tanpa ekspresi, serta kacamata berbentuk persegi yang disangkutkan pada pangkal hidungnya. Mata coklat keemasan lelaki tersebut bertabrakan dengan (e/c) (name) yang waspada. Tapi tampaknya dia tidak peduli, baru tiga detik saling bertatapan, dia menutup kembali pintunya dan pergi dari sana.

(Name) berkedip heran. Aneh sekali dia, pikirnya sebelum lanjut menyapu.

Protagonis kita tahu siapa dia. Kalau tak salah ingat namanya adalah Tsukishima Kei, seorang anak laki-laki pintar dari kelas 6-A, (Name) dari kelas 6-B, dan mereka suka menjadi lawan ketika festival sekolah mengadakan lomba cerdas cermat. Mungkin (Name) tahu alasan mengapa tadi dia mampir ke sini, kemungkinan untuk memeriksa apakah kawannya, yang bernama Yamaguchi Tadashi, masih berada di kelas. Dan alasan mengapa dia baru muncul, kemungkinan lagi gara-gara ngobrol sama guru BK.

Entah mengapa (Name) menghela napas lelah. Aku harap dia ada sedikit rasa belas kasihan melihatku bersih-bersih sendirian. Alias, aku mau dong dibantu, batinnya sedih.

Ngomong-ngomong tentang Yamaguchi, dia adalah seorang anak pendiam dan canggung saat berada di kelas. Mungkin ada kaitannya dengan dia sempat di-bully dulu. Tapi, kalau (Name) boleh jujur, Yamaguchi merupakan anak lelaki yang murni baik, dia juga pintar, hanya saja pemalu. Kalau ada tugas kelompok, pasti anak yang pertama ingin (Name) pilih adalah dia. Walaupun Yamaguchi seorang lelaki, (Name) merasa aman di dekatnya.

𝗠𝗘𝗟𝗘𝗣𝗔𝗦 𝗧𝗥𝗔𝗨𝗠𝗔 : ̗̀➛ Haikyuu!! Where stories live. Discover now