Bianca
"Hei, kau sudah bangun?"
Aku bangun dari sofa dan menoleh ke arah suara. Alvaro sedang menuangkan air minum dalam mug berwarna putih.
"Tidurmu begitu nyenyak semalam jadi aku tidak tega membangunkanmu untuk pindah," ucapnya lalu memberikan secangkir mug padaku. Aku menerimanya lalu menaruhnya di meja.
Alvaro berjalan ke arah jendela dan membuka tirainya. Cahaya matahari langsung masuk dan membuat mataku silau. Aku berdecak kagum.
Aku berjalan gontai ke arahnya. Tampak pemandangan Roma di depan sana. Tak ada bangunan pencakar langit yang menjulang tinggi. Sepertinya kota ini tidak ingin keindahan langit tercemari dengan bangunan-bangunan menjulang seperti di kota-kota lainnya.
"Oh ya, kau baik-baik saja, kan?" tanyaku khawatir atas apa yang terjadi dengannya kemarin.
Dia menoleh padaku lalu kedua sudut bibirnya terangkat dengan simetris. Andai saja aku tidak ingat memiliki kekasih, mungkin saja aku sudah jatuh cinta pada lelaki yang berdiri di hadapanku ini.
"Kau lihat sendiri, kan?"
Aku mengangguk. Dia memang terlihat baik-baik saja. Keadaannya sekarang memang lebih baik daripada semalam. Tapi entahlah, aku hanya melihat dia baik-baik saja dari luar. Kalau dari hatinya aku tidak yakin dia baik-baik juga.
"Apa rencanamu hari ini?" tanyanya.
Aku meringis lalu berbalik menuju sofa tempat aku tertidur semalam. Alvaro mengikutiku tanpa suara. Sejujurnya aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan hari ini. Dan buruknya hal ini akan terus terjadi dalam dua minggu ke depan.
"Kau sendiri?" tanyaku padanya.
"Aku ada pekerjaan, kau mau ikut denganku?"
Aku tersenyum tipis. Kesekian kalinya Alvaro menawari aku sesuatu.
"Memang boleh?" seruku.
"Tentu saja."
Aku tak tahu apa pekerjaannya. Tapi sepertinya ini akan menarik.
***
Saat ini aku dan Alvaro berada di salah satu alun-alun kota yang paling terkenal dan bisa dibilang yang paling indah di Roma.Piazza Navona. Begitulah yang aku dengar dari Alvaro. Aku bisa melihat tiga air mancur di sana berdiri dengan megahnya. Dan juga patung-patung yang dipahat sedemikian indahnya. Walaupun aku tidak terlalu mengerti makna apa yang terkandung di sana, tapi itu terlihat sangat indah.
"Jangan jauh-jauh dariku!" seru Alvaro.
Aku hanya mengangguk padanya. Aku mengikutinya di belakang. Ketika dia mengambil fotoku kemarin dan melihat foto-foto yang terpajang dirumahnya, seharusnya aku langsung tahu bahwa dia adalah seorang fotografer.
Aku melihat sepasang calon pengantin akan melakukan foto prewedding dengan Alvaro sebagai fotografernya. Kebahagiaan terpancar jelas dari wajah mereka berdua. Sepertinya kebahagiaan yang mereka rasakan tertular padaku. Suatu hari nanti juga aku pasti akan seperti mereka. Melakukan foto prewedding dengan orang yang aku cintai, Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken
RomanceBianca sangat percaya dengan janji Devan walaupun orang di sekelilingnya meragukan hal itu. Sampai di satu titik dia mulai merasa ragu, tapi tak membuatnya berhenti berharap. Dengan keyakinan penuh, akhirnya Bianca terbang ke negara dimana Devan ber...