Suara deburan ombak di pagi hari dan hembusan angin selalu menyejukkan bagi Bianca. Tak terasa sudah hampir satu tahun dia berada di tempat yang menenangkan ini, jauh dari keramaian kota dan orang-orang terdekatnya. Hanya ada dirinya dan kenangan yang masih selalu ada dalam pikirannya.
Setahun yang lalu setelah mengucapkan selamat tinggal pada Alvaro, Bianca memutuskan untuk menetap di tempat baru. Tak ada yang tahu selain keluarganya. Dengan bantuan orang tuanya juga Bianca bisa membuat toko cupcake di tempat barunya ini, dan usahanya dalam setahun ini mengalami kemajuan karena banyaknya wisatawan yang mengunjungi tokonya dan beberapa acara yang memesan cupcake-nya.
Bianca merasa bersyukur karena kesibukannya mengurus usahanya ini, dia tidak harus berlama-lama merasa terpuruk. Apa yang dialaminya memang menyakitkan, tapi pengalaman mengajarkannya untuk tetap berdiri dan memulai kehidupan baru yang lebih baik.
"Mbak, persiapan sudah beres semua," seru seorang gadis berambut sebahu yang merupakan salah satu karyawan di tokonya.
Bianca mengangguk pelan lalu menyuruh gadis bernama Dara itu untuk pergi terlebih dulu. Dia menarik napas panjang sambil menutup matanya lalu mengembuskannya dengan perlahan.
Hari ini dia akan menghadiri acara pernikahan, dimana sang punya acara memesan kue pengantin dari tumpukan cupcake. Ini memang hal yang pertama, dan dia bersyukur hasilnya memuaskan. Karyawan yang walaupun terdiri dari empat orang tapi bisa bekerja dengan baik. Mereka bisa diandalkan.Bianca melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Acaranya masih sejam lagi tapi dia harus memantau pekerjaan akhir dari karyawannya.
Nuansa putih menghiasi ballroom tempat resepsi pernikahan itu dilangsungkan. Semuanya tampak indah dan memukau. Ingin rasanya Bianca menikah dengan konsep seperti itu. Sederhana namun memberikan kesan elegan. Tapi jangankan berpikir tentang pernikahan, untuk sekedar berhubungan dengan lelaki pun dia masih belum bisa.
"Ya Tuhan!" pekik seorang gadis begitu histeris.
Bianca yang tadinya sedang memerhatikan dekorasi pun segera mengalihkan perhatian pada teriakan gadis yang dia kenali. Dengan penasaran Bianca menghampiri kerumunan orang-orang yang entah sedang menonton apa.
Bianca terkejut bukan main ketika dilihatnya hasil karya dia dan karyawannya kini rusak dan berceceran.
"Kenapa bisa seperti ini?" seru Bianca kesal.
Tak ada yang berani menjawab namun semua mata tertuju pada satu objek. Seorang anak kecil dengan setelan jas rapi melahap salah satu cupcake yang selamat dan masih layak dimakan.
"Bagaimana ini, Mbak?" tanya Anton, salah satu karyawannya.
Bianca memijat pelipisnya. Ini keadaan gawat dan untungnya dia menyiapkan cadangan jika hal-hal seperti ini terjadi. Dan sialnya dia harus menata ulang semuanya dengan waktu yang sebentar.
"Ayo kita pasti bisa membereskan semuanya tepat waktu!" seru Bianca memberikan semangat pada karyawan serta dirinya sendiri.
Susunan cupcake sudah hampir jadi, tinggal bagian atas yang cukup riskan. Dengan hati-hati, Bianca naik ke kursi dan mulai menyusun bagian atas. Baru saja dia meletakkan bagian terakhir tiba-tiba dia tersandung gaun dan terjatuh.
Bianca memejamkan mata dan bingung karena tak ada benturan keras tapi yang ada malah sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya. Dengan ragu, Bianca mengerjapkan matanya dan terkejut dengan siapa yang sudah menolongnya.
***
"Bagaimana kabarmu?" tanya lelaki yang menolong Bianca dari insiden tadi.
"Baik. Kamu sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken
RomanceBianca sangat percaya dengan janji Devan walaupun orang di sekelilingnya meragukan hal itu. Sampai di satu titik dia mulai merasa ragu, tapi tak membuatnya berhenti berharap. Dengan keyakinan penuh, akhirnya Bianca terbang ke negara dimana Devan ber...