Sorry

947 27 2
                                    

"Kamu mau kemana?" seru Bianca saat melihat Alvaro berbalik dan hendak melangkah pergi. Dia pun melepaskan pelukannya dari Devan.

Sambil tersenyum kecut Alvaro membalikkan badannya lalu menatap Bianca dan Devan bergantian. "Aku tidak mau melihat kalian lagi," ucapnya.

"Maksudmu?" tanya Bianca tak mengerti.

"Lebih baik aku tertabrak tadi daripada melihat kamu memeluknya," seru Alvaro sambil melirik Devan sekilas di akhir ucapannya.

Merasa geram dengan ucapan Alvaro, Bianca mendekati lelaki itu lalu memukul dada Alvaro yang liat.

"Aku memeluknya karena ingin berterima kasih padanya," bisik Bianca dengan lirih.

Alis Alvaro terangkat sebelah, "Terima kasih untuk apa?" tanyanya bingung.

"Karena telah menyelamatkanmu," jawab Bianca datar namun mampu membuat Alvaro menegang di tempatnya.

Setelah berhasil mencerna maksud dari kata-kata perempuan yang saat ini berada di depannya, Alvaro pun menarik kedua sudut bibirnya lalu mendekap tubuh Bianca dengan erat.

"Aku tidak suka kamu memeluk lelaki lain selain aku," bisik Alvaro persis si telinga Bianca.

Bianca mendengus pelan. "Seperti itu saja kamu sudah tidak suka," ucapnya.

Tidak mengerti dengan ucapan Bianca, Alvaro pun melepaskan pelukannya dan menatap mata perempuan yang dicintainya itu dengan tajam.

"Aku bahkan melihatmu lebih dari berpelukan," ucap Bianca dengan sinis, mengingat kejadian antara Alvaro dan Vanessa memang selalu menyakitkannya.

Alvaro butuh beberapa detik untuk akhirnya menyadari maksud dari kata-kata Bianca. Hal yang membuat Bianca pergi meninggalkannya begitu saja tanpa mendengar terlebih dulu penjelasannya.

"Itu bukan sesuatu yang disengaja," kata Alvaro menjelaskan.

Alis Bianca terangkat sebelah sambil memandang remeh pada Alvaro atas ucapan lelaki itu.

"Jadi pantas kan kalau aku langsung pergi?"

"Tidak, seharusnya kamu mendengar penjelasanku lebih dulu."

"Lalu kenapa kamu tadi akan pergi waktu melihatku memeluk Devan?"

Alvaro mengerjap. Ternyata begitu rasanya di posisi seperti itu.

"Maaf," ucap Alvaro sambil menangkup pipi Bianca.

"Aku sudah melupakan semuanya," balas Bianca yang sukses membuat Alvaro membeku di tempat.

"Katakan padaku kalau kamu hanya melupakan semua kesalahpahaman kita saja, bukan melupakan semua tentang kita."

Bianca tersenyum simpul lalu melepaskan tangan Alvaro yang masih memegang pipinya. "Maaf," ucapnya.

***

Alvaro mengarahkan lensa kameranya pada sosok perempuan yang sedang sibuk membuat adonan cupcake. Rambutnya dia gelung dan hanya menyisakan anak-anak rambut yang menjuntai.

Alvaro tak bisa menahan kebahagiaannya setelah mendengar kata-kata Bianca semalam, walaupun sebelumnya dia dibuat hampir jantungan.

"Maaf," ucap Bianca lirih sambil menunduk.

Alvaro merasa lemas seketika mendengar satu kata itu.

"Aku memang melupakan kesalahpahaman itu, tapi maaf aku tidak bisa melupakan tentang kita," kata Bianca sambil menatap mata Alvaro yang jelas sekali kebingungan.

"Jadi?" tuntut Alvaro.

"Sudah malam sebaiknya aku pulang," ucap Bianca sambil melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Broken Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang