Alvaro
Aku sedang menikmati makan siang bersama seluruh anggota tim ketika tiba-tiba Allie menemuiku. Perempuan yang menjadi pelayan di café lantai atas itu mengantarkan seorang perempuan yang sudah sangat aku kenal. Nessy.
Aku menyelesaikan makanku saat itu juga dan segera mengajak Nessy ke ruanganku. Aku masih bingung kenapa Nessy bisa berada di sini.
"Kau bersama Devan?" tanyaku ketika kami sudah berada di ruanganku.
Dia menggeleng lemah.
"Ada apa?" tanyaku terdengar ketus.
Dia mendongak dan menatapku lembut. Entah kenapa aku merasakan ada sesuatu yang tidak beres padanya.
"Apa Devan menyakitimu?" tanyaku penasaran.
Dia menggeleng lagi. Dia menunduk menatap lantai. Aku semakin bingung dengan sikap Nessy yang tidak seperti biasanya. Dia lebih pendiam. Aku yakin ada sesuatu yang tidak aku ketahui tentangnya.
"Ada apa sebenarnya? Kenapa kau bisa datang ke sini sendirian?"
"Aku merindukanmu," ucapnya.
Dia menengadahkan kepalanya dan menatapku. Aku tersenyum padanya.
"Apa kau baru sadar kalau sekarang kau ternyata menyayangiku?" godaku.
Aku tertawa pelan. Dia tidak bereaksi apa-apa. Ekspresinya datar.
"Ya, aku memang telat menyadarinya. Aku kesepian tanpamu, Al."
Oke, aku memang yang pertama menggodanya. Tapi aku tidak menyangka responnya akan seserius ini. Aku bergeming di tempat. Tiba-tiba dia memelukku dan berkata, "Aku menyayangimu lebih dari sahabat, Al."
Aku tertegun mendengar apa yang baru saja dia katakan. Apa maksudnya dia mengatakan hal ini? Mungkin jika dulu dia mengatakan hal ini padaku, aku akan bahagia. Tapi sekarang rasanya aneh mendengarnya mengatakan hal itu. Dia sudah menjadi milik orang lain dan aku sudah menemukan seseorang yang aku cintai dengan sepenuh hati.
Perlahan dia mengurai pelukan kami.
"Aku menyayangimu lebih dari sahabat, Al," ulangnya.
Aku membeku di tempat. Dengan pelan aku pun akhirnya berkata, "Aku menyayangimu juga."
Perlahan Nessy menyunggingkan senyumnya. "Maafkan aku karena baru menyadarinya."
"Tapi......" Aku menghentikan kalimatku ketika terdengar kegaduhan dari luar sana. Dan yang membuatku menegang adalah ketika aku mendengar suara seseorang yang saat ini aku rindukan. Dengan segera aku segera ke luar ruangan dan ternyata benar dugaanku. Bianca berdiri di sana dengan kondisi yang begitu kacau. Ya Tuhan, apa yang terjadi padanya?
Tanpa kuduga Bianca berlari ke arah tangga dan aku memanggilnya namun dia tak mengacuhkan panggilanku. Aku mengejarnya sampai akhirnya aku dapat meraih tangannya.
"Kenapa kamu datang ke sini?" tanyaku.
Aku bisa melihat ekspresi mencomooh sedikit dari wajahnya. Dia menyentakkan tangannya sampai terlepas. Sebelum aku bisa mencekal lengannya lagi dia sudah berlari. Aku pun mengejarnya sampai aku mengabaikan sekitarku.
Bunyi klakson mobil memenuhi gendang telingaku sampai akhirnya tubuhku terasa melayang dan semua tubuhku merasakan sakit luar biasa. Aku bisa mendengar seseorang menghampiriku dan mengangkat kepalaku ke pangkuannya.
"Al?Al? Kau mendengarku?" ucapnya dengan panik. Ah, itu suara Bianca.
Aku berusaha tersenyum padanya walaupun mataku sulit sekali untuk dibuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken
RomanceBianca sangat percaya dengan janji Devan walaupun orang di sekelilingnya meragukan hal itu. Sampai di satu titik dia mulai merasa ragu, tapi tak membuatnya berhenti berharap. Dengan keyakinan penuh, akhirnya Bianca terbang ke negara dimana Devan ber...