[4]. Pertemuan kembali.

546 47 4
                                    

Sore hari. Pintu balkon di biarkan terbuka menampilkan pemandangan di luar. Serayu menyingsing masuk dari pintu balkon yang terbuka sebelah. Gorden putih tipis berterbangan. Pemuda manis dengan manik indah terlihat tengah menggeliat tidak nyaman diatas kasurnya.

Ngghhhh

Melenguh kecil. Kelopak mata terbuka sedikit. Menyesuaikan cahaya yang menabrak indra penglihatannya. Tangan mungil seputih susu itu terangkat dan menggesekkanya di mata sebelah kirinya.

Bangun dari tidurnya. Ia celingak celinguk, rambut acak-acakan dan muka khas bangun tidurnya, tangan kirinya menggaruk leher. Dia adalah Sea. Pemuda yang beberapa hari lalu tenggelam di bawa ombak, dan sekarang malah nyasar di tubuh seorang pemuda manis, Neavansa.

Diam termenung seperti patung. Sea menggerjap, pikirannya kosong. Iris cantiknya masih sayu, membuatnya seperti bocah sedang mencari ibunya di pasar.

"ASTAGA VANSA!!! KAN BUNDA UDAH BILANG, JANGAN TIDUR LAGI. INI BENTAR LAGI KITA UDAH MAU BERANGKAT!" teriak wanita cantik bergacak pinggang, berdiri di ambang pintu.

Menatap bunda barunya itu bingung. Sea menaikan sebelah alisnya, "Kemana?"

Menggeram kesal. Hannie melangkah panjang melewati semua barang barang putranya yang berhamburan di lantai. Selimut di tarik secara paksa, membuat Sea berjengit dan sedikit terseret tatkala kakinya nyangkut di lilitan selimut.

"Bundaaa sakit~" rengeknya saat Hannie tanpa belas kasihnya menarik tangannya masuk kedalam kamar mandi.

"Kamu ini. Udah dari dua jam yang lalu bunda bangunin, malah tidur lagi." omel Hannie, tanpa melepaskan seretanya.

"Ngantuk bunda, tadi di sekolah pelajarannya bikin kepala Sea mau pecah rasanya. Gak peka banget sih jadi bunda" cibir Sea mengerucutkan bibir seperti bebek.

"Sea?"

"Hah? Ehh, Vansa maksudnya" Sea dengan cepat mengelak. Merutuki dirinya sendiri, Sea merapalkan jutaan umpatan pada mulutnya yang minta di selotip itu.

Menatap curiga putra semata wayangnya. Hannie mengangguk, melepaskan cekalanya pada pergelangan tangan Vansa. Di tempat cekalan tadi terdapat ruam merah samar samar. Namun, tidak di hiraukan dan malah mendorong tubuh anak malesnya itu mendekat ke bath up.

"Buruan sana mandi. Awas telat, bunda cincang kamu." Ancam Hannie. Mengangkat dua jari kedepan mata, ia memicing horor kemudian mengarahkan jarinya pada Sea.

"Bunda duluan aja. Nanti Vansa nyusul. Se-Vansa gak bakal kabur kok. Suerr"

Berbalik badan. Sea mengangkat dua jari berbentuk V, berusaha meyakinkan bunda cantiknya itu, agar segera keluar dan tidak ngebacot. Bikin telinganya seperti mau terbakar saja.

"Gak. Nanti kamu kabur" kekeh bunda Hannie tidak mendengarkan ucapan Sea.

"Gak bakal kabur, bunda cantik. Janji"

"Janji ya. Awas kalo kamu kabur, bunda buang kamu ke pulau kodomo"

"Teman baikku." Sea tiba tiba berseru mengikuti nada bicara iklan di TV.

"Komodo maksud bunda." koreksi Hannie, raut wajah menjadi datar.

"Iya iya. Sana keluar, ganggu orang mau mandi saja" usir Sea memeragakan tangan mengusir.

"Bunda sama daddy bakal pergi duluan. Nanti kalo kamu gak dateng, siap siap....."

"IYAAAA!!"

Mengorek kuping ngilu. Hannie tidak menggubris putranya dan malah melangkah santai meninggalkan kamar mandi. Sea hanya bisa di bikin menarik nafas saja, bahkan nafasnya di tahan, sampai sampai wajahnya berubah menjadi hijau.g

A true mate? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang