[2]. Awal baru.

566 36 1
                                    

Mobil Porsche berwarna hitam berhenti tepat di depan pintu gerbang sekolah, para murid yang tengah berlalu lalang menghentikan langkah mereka untuk melihat siapa yang akan keluar dari dalam mobil tersebut. Sedangkan yang di dalamnya lagi asik asik ngobrol, tanpa memikirkan waktu.

"Nanti daddy gak bisa jemput, tapi daddy udah nyuruh pak Irfan untuk ngejemput"

Aditya mengalihkan fokus dari depan, dan melirik kearah putranya, agak heran sebenarnya ia melihat penampilan putranya. Namun, dirinya tidak memikirkan itu. 

Sea yang merasa di perhatikan menoleh kearah sampingnya, kemudian mangut mangut tanda mengerti.

"Oke, pa-Daddy!" serunya agak terbata-bata, dan hampir saja Sea salah memanggil manusia tua tapi ganteng di sebelahnya ini.

Dahi berkerut, Aditya tertawa pelan kemudian mengusak rambut putranya, Sea memasang wajah kusut tatkala rambutnya yang sudah ia tata malah di rusak oleh manusia yang sekarang menjabat sebagai ayahnya.

"Ada apa denganmu, Vansa?"

Menggeleng ribut, Sea berusaha tersenyum semaksimal mungkin dan jatuhnya malah kayak orang nahan berak. Masih diiringi tawaan kecil, Aditya menyodongkan badan, membuat Sea gelagapan. Seperti mau di apa apain aja.

"Udah sana masuk, daddy udah mau telat ini" Aditya kembali duduk seperti awalnya, setelah mencium kening putranya itu.

Sea terdiam tanpa berkutit, lidahnya terasa kelu bahkan untuk mengeluarkan sepatah dua patah kata saja tidak mampu. Perasaan aneh menjalar di tubuhnya, sudah lama dirinya tidak merasakan kehangatan seorang ayah, dan ibu yang memarahinya di pagi hari. Dan mungkin.... Sekarang dirinya akan kembali merasakan itu, walau setatusnya berada di tubuh orang lain.

"Neavansa?" panggil Aditya saat putranya itu melamun.

Berjengit kaget, Sea refleks menoleh kesamping, lamunan seketika buyar, semua pikiran yang tadi bergemuruh di kepalanya menghilang.

"A-ah iya, kalo gitu se-Vansa masuk kelas dulu" pamitnya kemudian mengulurkan tangan, Aditya mengerutkan alis bingung. Namun, tetap membalas uluran tangan putranya. 

Setelah menyalami ayah barunya itu, Sea bergegas turun dan menutup pintu kasar, menimbulkan kerterkejutan dari Aditya. Merasa putranya sudah berjalan masuk kedalam gerbang, Aditya menarik nafas kemudian menyalakan mobil lalu melajukanya.

Suasana sekolah terasa beda, Sea menoleh kesamping kanan dan kiri bergantian. Ia merasa heran dengan suasana sekolah yang terasa murung. Ada apa ini?

Celingak celinguk seperti anak kesasar, kini Sea sudah sampai di Koridor lantai satu.

Ting

Baru saja hendak melangkahkan kakinya, sebuah notifikasi masuk. Membuatnya tidak jadi melangkah dan memilih untuk mengeluarkan benda pipih yang di belakangnya terdapat tiga kamera dan logo apple. Dengan lihai, jemari lentik bin putihnya itu mengotak atik ponselnya, dan membuka applikasi hijau, kemudian menekan kontak orang yang ngechat tadi.

👤: Daddy

\Daddy lupa bilang, kalo kelas kamu sudah pindah. Sekarang kamu berada di kelas 11 IPA 5.

/ooh, oke.

\Read.

Melihat chat terakhirnya hanya di read, tanpa di balas. Sea menggerutu dan menyimpan kembali benda kesayangannya itu. Berjalan santai tidak menghiraukan kebisingan yang timbul dari para murid yang tengah berlalu lalang. Sea bersiul, kedua tangannya bertautan di tenguknya, dan dagu di angkat dengan angkuh.

A true mate? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang