remain

2.4K 55 7
                                    


6.9K words! ENJOY

Explicit and mature content

Be wise


"Hadirin semuanya, kini kita memasuki acara inti dari pertunangan Kaisar dan Tania, yaitu tukar cincin. Untuk itu saya mengundang pasangan yang sangat serasi ini, Kaisar dan Tania untuk maju ke depan."

Orang-orang di ballroom hotel ternama ini bertepuk tangan.

"Sebelum Kaisar memasangkan cincin untuk Tania, boleh mungkin menyampaikan satu patah dua patah kata cinta kepada Tania."

Tepuk tangan semakin riuh menggema. Aya mengangkat tangannya ikut bertepuk tangan dengan kaku.

Suasana mendadak menjadi hening saat mikrofon berada dalam genggaman Kaisar. Kaisar berdehem, menetralkan tenggorokannya selagi menyusun kata cinta di kepalanya.

"Tania," Kaisar memulai. Pria itu enggan menatap Tania, ia membuang pandangannya ke arah tamu. Kepalanya mendadak kosong saat sejurus kemudian netranya justru bertemu dengan bola mata yang sinarnya meredup milik Aya. Apa yang ingin pria itu ucapan hilang di kerongkongan. Lidahnya mendadak kelu.

Aya tersenyum tipis. Wanita itu meyakinkan Kaisar untuk melanjutkan apa yang ia mulai. Tapi Kaisar tidak bisa. Pria itu menggeleng, mengisyaratkan pada Aya bahwa ia tidak mampu. Karangan kata cinta yang tadinya ia susun di kepala hanyalah kepalsuan. Kaisar tidak mencintai perempuan yang ada dihadapannya sekarang. Yang Kaisar cintai adalah salah satu tamunya, wanita yang berkontak mata dengannya saat ini.

"Kaisar," sang Ibu berbisik lirih dari belakang tubuhnya, memberi peringatan pada putranya.

Dengan mata yang masih saling terkait dengan Aya, Kaisar melanjutkan apa yang telah ia mulai. Pernyataan cinta palsunya. Kaisar membayangkan bahwa yang sedang ia beri kata cinta adalah Aya, bukan Tania.

"... I love you," Himalaya. Kaisar melanjutkan dalam hati.

Riuh tepuk tangan kembali terdengar. Disertai sorak sorai heboh.

Pembawa acara memaksa Kaisar lebih dekat dengan Tania. Mereka saling memasangkan cincin. Tangan Kaisar gemetar dan gerakannya ragu, membuat cincin bermata berlian itu sulit masuk ke dalam jari Tania.

Alunan musik romantis terdengar mendayu indah, mengiringi sesi sacral barusan.

Saat Kaisar kembali menaruh pandangannya pada jajaran tamu, Aya sudah tidak ada di sana. Kaisar mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut. Tidak ada kekasihnya dimana pun.

*

Aya mengusap pipinya kasar. Wanita itu mendongkak tinggi-tinggi, tidak ingin ada setetes air mata pun kembali jatuh. Aya tidak boleh menangis. Aya mengatur nafasnya, biasanya dengan teknik pernafasan tertentu air matanya berhasil tertahan. Tidak seharusnya Aya menangis di hari bahagia Kaisar.

Aya tahu betul posisinya. Tania layak bersanding dengan Kaisar, sedangkan Aya tidak. Selintas pun Aya tidak pernah membayangkan dirinyalah yang berada di posisi Tania.

Setelah berhasil menengankan gemuruh dalam hatinya, Tania keluar dari salah satu bilik toilet. Wanita itu mematut penampilannya melalui cermin.

Pintu toilet terbuka. Aya menunduk menyembunyikan mata sembabnya sembari memasukkan kembali barang-barangnya yang tercecer di atas meja wastafel. Aya membalikkan tubuhnya tanpa melihat sekitar hingga kening dan bahunya menabrak bahu seseorang.

Aya mendongkak untuk meminta maaf. "Maaf ─Kaisar?"

Mereka saling menatap. Aya hendak menyapukan jemarinya di pipi Kaisar namun ia urungkan. Pendar teduh di mata Kaisar menghilang berubah menjadi kehampaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Bundle of StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang