Bab 8

76 7 6
                                    

Rasa lelah begitu terasa hari ini, bukan cuma tentang pekerjaan yang menumpuk. Tapi juga sedikit masalah yang belum ada ujungnya.

Yechan memutar kunci kamar nya dan langsung merebahkan diri di kasur ketika masuk.

Suasana gelap dan dingin sedikitnya pengurangi penat yang memenuhi sebagian otaknya. Dia enggan menyalahkan lampu, meski cuma lampu meja di samping tempat tidur nya.

Belum sampai 10 menit beristirahat, Jaehan sudah masuk dan mencecarnya dengan beberapa pertanyaan.

"Neo wasseo ?"

"Hem..."

"Aku melihat Sebin melewati kamarku. Berarti kamu sudah pulang juga, kamu masih marah pada ku ?"

Sebin, Yechan dan Junghoon menempati kamar-kamar di lantai atas sedang kamar Jaehan dan Hyuk berada di lantai bawah. Jadi jika penghuni lantai atas sudah pulang, otomastis akan melewati kamr-kamar yang bersda di lantai bawah.

Energi nya terkuras seharian, membuat Yechan malas membuka matanya. Terlalu lengket untuk di buka, tapi tak bisa menampik juga. Dia merindukan Jaehan bahkan ketika hati nya sedang sebal setengah mati.

"Masih. Aku sangat marah hingga tidak bisa meluapkan nya."

Rasa bersalah terus mendiami perasaan Jaehan sejak Junghoon bilang Yechan ada di depan ruangan Hangyeom ketika mereka bermesraan. Ah... bermesraan itupun hasil dari kejahilan Hangyeom yang tidak bisa di elakkan oleh Jaehan.

"Mianhae. Memang nya kamu melihat aku dan Hangyeom..."

Tidak sanggup meneruskan, Jaehan menggantung ucapan nya. Namun gelengan kepala sudah di terima meski Jaehan belum selesai berbicara.

"Tidak, aku tidak tau apa yang kalian bicarakan. Tidak jelas apa yang kalian lakukan, aku hanya melihat dari kaca yang berukuran 15 X 30 cm dan buram itu hyung duduk di pangkuan Hangyeom nim."

Menghembuskan nafas leganya, meski tidak mengurangi rasa bersalah. Setidaknya, Yechan tidak melihat apapun kecuali saat dirinya di pangkuan Hangyeom.

"Apa itu, Hyung merasa lega aku tidak melihat nya ?"

"Lebih melegakan ketika mendengar mu kembali cerewet."

Jaehan membaringkan tubuhnya di samping Yechan dan memeluk erat kekasihnya yang seharian ini mengabaikan kehadirannya. Tidak ada yang lebih menyiksa dari pada di abaikan oleh Yechan.

"Hyung menyebalkan."

Jaehan terus menciumi pipi Yechan saking senang nya, mendengar suara berat Yechan yang seakan tidak berhenti lebih membuatnya bahagia ketimbang mengetahui dia menang lotre.

"Cerewet lah terus, aku merindukan mu. Yechanie ku..."

Yechan menolehkan wajahnya, sehingga bisa melihat wajah kekasihnya dengan jelas.

"Hyung tau apa yang di katakan Hangyeom hyung ?"

"Mwo ?"

"Dia bilang... Maaf, kami memang sedekat itu. Dan belum terpikir untuk mengakhiri persahabatan. Apalagi di karnakan hubungan percintaan yang seumur jagung. Begitu katanya "

"Whoaah... Hangyeom brengsek. Apa dia minta ku pukul ??"

Yechan terkekeh mendengar Jaehan mengumpat, merutuk sahabat nya demi kekasih yang baru di temui dan di kencani seumur jagung ini.

"Tidak perlu, Junghoon Hyung akan membantu ku."

"Junghoon Hyung ? Kapan kalian menjadi dekat ?"

"Baru saja. Dia lebih berguna dari pada hyung."

FRIENDSHIP WITH BENEFITS 🔞Where stories live. Discover now