Chapter 008.

385 56 5
                                    

Warning; gxg content! bahasa non baku and toxic! also the typos everywhere!

















































































































































































































Chapter 008; Crazy!

Sorenya Karin lagi-lagi harus menahan emosi di pucuk kepalanya.

Bukan hanya sebab bibu yang lagi mengatakan tidak akan sempat menjemputnya sebab harus melatih di dojang miliknya. Oh, tentu saja Karin bisa maklum dan memilih untuk menumpang saja ke Mara maupun Yeva.

Yah, setidaknya itu bisa lakukan jika si bibu tepat waktu mengabarinya. Alias! Karin baru saja mendapat pesan setelah Mara dan Yeva sudah pulang dengan jemputan masing-masing.

Belum lagi penderitaan nya sampai disitu. Adapun puncak emosinya adalah ketika hadir sosok menyebalkan yang membuatnya naik darah seharian ini; perempuan pendek duduk disebelahnya sambil melipat tangan dan mukanya yang kaku seperti biasa.

"Mau sampai kapan lo nunggu?"

Tuh, tuh! Lihatkan, suka sekali dia mencampuri hidupnya ini.

Karin tidak mau menjawab ucapan si musuh. Huh, Wigan Purnaman itu masih asik mengekorinya semenjak tadi, siapa tidak stres dibuat? Karin juga manusia biasa.

"Lo bisu kah?"

Karin tetap diam menahan jengkel.

Terdengar hela nafas frustasi dari yang berbicara, "Gue anterin lo aja, gak dengar apa yang dibilang bibu tadi?"

"Bibu, bibu! Sokap!" Karin menatap tajam lawan bicaranya. Itu kalimat pertama yang disuarakan setelah agenda diam-diaman ini.

"Emang gue akrab," jawab tengil Purnaman itu, "Ante sendiri kok yang ngomong tadi, minta lo dianternya sama gue."

"Ke rumah, ke dojang, mana aja gue jabanin," tambahnya lagi gagah berani.

Karin mendengus mendengarnya; benar memang apa yang diucapkan si rambut pendek itu. Entah kebetulan saat dirinya mengadu kepada sang bibu yang saat itu dalam panggilan video, tiba-tiba saja sosok Wigan menghampirinya lagi. Oh, tentu dia mengambil keuntungan dengan menawarkan diri mengantarkan putri satu-satunya keluarga Astuti, pintar sekali akal-akalannya. Mana lagi langsung disetujui oleh bibunya –Karin– sebab merasa percaya.

"Ayo, pulang."

Wigan berdiri kemudian balik berhadapan dengan perempuan judes yang enggan menatapnya. Hela nafasnya tidak tertahankan, Wigan dengan penuh keberanian menangkup cepat wajah perempuan itu untuk bertemu dengan netranya.

"Pulang sekarang, Karin."

Jarak muka mereka begitu pendek, nafas mereka saling bertabrakan. Karin bergeming sebentar kepalang syok dengan pergerakan tiba-tiba itu.

Tetapi kemudian dia tersadar dan menampar wajahnya Wigan.

"Lo gila yah? Mesum!!" histeris Karin dengan wajah merahnya.

Dia balas berdiri sambil mengeratkan pegangannya pada tas jinjingnya, "Orang gila, jauh-jauh lo dari gue!"

Selepas berkata demikian Karin menjauh dari wakil ketua OSIS yang mengaduh kesakitan itu. Persetan saja dia, Karin tidak peduli sama sekali.

PassionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang