Chapter 002.

429 75 6
                                    

Warning; gxg content! bahasa nonbaku and toxic! also the typos everywhere!



















































































































002; Another day.

Pagi itu, Karin Astuti sudah tiba di depan gedung sekolahnya. Dia beranjak dari sedan putih milik keluarganya, dia berpamitan kepada sosok dewasa bermata sipit yang berkemudi.

"Yang benar belajarnya. Bibu gak mau dengar masalah kamu lagi yah princess."

Karin memutar bola matanya malas, tetapi menurut.

"Iyaa ih, Kayin janji gak kayak kemarin lagi!" ucapnya penuh gemas.

Dia membalas lambai tangan sang bibu yang kini sudah membelah jalan kota.

Dalam hati dia bersorak. Batinnya girang karena terbebas dari skorsing sebelumnya. Yep, setelah merudung wakil ketua OSIS dia mendapatkan surat peringatan skorsing selama tiga hari. Awalnya direncanakan menjadi seminggu, tetapi ada saja akal-akalan anak ini untuk membela diri.

Hukuman tetap hukuman, tiga hari di rumah tidak berhenti dia dapatkan omelan. Mulai dari a sampai kepada z, maka dari itu kini dia begitu girang terbebas celotehan bibu dan mommynya

Matanya menyipit, menatap malas ke objek yang membuatnya harus menerima semua ganjaran. Hump! Lagi-lagi ada wakil ketua OSIS dan antek-anteknya yang sudah berjaga di pintu gerbang, pasti sedang razia.

"Masih pagi udah ketemu aja sama orang rese ini. Ck! Mana gue bawa bedak lagi anjing lah," gumamnya geram.

Sungguh, langkahnya berat untuk mendekati gerbang. Sudah pasti dia akan ditahan dan barangnya akan disita serta tentu mendapat ceramah panjang lebar dari yang bersangkutan. Selain itu, Karin juga merasa moodnya akan benar-benar hancur jika berhadapan dengan rambut pendek berwajah kaku itu. Alamat keributan tidak dapat dihindari ini mah.

Padahal dirinya sudah berjanji ke sang bibu.

Karin menghela nafas lelah dan melangkah mantap, mau bagaimana pun tidak bisa dihindari, bukan? Pokoknya tidak perlu meladeni Wigan Purnaman saja dan moodnya pasti akan terselamatkan.

Netra keduanya bertemu sebelum diputus dengan cepat oleh si pemilik rambut panjang. Baru bertatapan dengan waketos saja hatinya sudah dongkol.

"Siniin tasnya," Wigan akhirnya membuka suara, dia sendiri yang hendak mengecek bawaan si centil.

Astuti mendesis kemudian menghempas tasnya tidak terlalu kuat.

"Gue izin cek yah," pintanya masih dengan wajah kaku.

Perempuan lain sudah pasrah, yah ujung-ujungnya pasti kena marah lagi. Sudah hafal dengan narasi harian ini.

"Ini apa Karin?"

Nah kan.

"Huft— lo punya mata kan? Gak usah basa-basi deh."

Orang-orang disekitar yang mendengar ucapan itu sedikit meringis. Sudah hafal juga dengan mulut pedas dan blak-blakan dari Karin Astuti, herannya seorang Wigan sanggup bertahan dari tingkah anak ini.

Wakil itu mengambil sebuah kertas, mencatat banyak minus dari perempuan yang lebih tinggi. Ampun deh; atribut tidak lengkap, seragam terlalu ketat, lambang seragam juga yang tertera hanya nama pemilik.

PassionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang