Chapter 005.

407 68 5
                                    

Warning; gxg content! bahasa nonbaku and toxic! also the typos everwhere!







































































































































































































Chapter 005; Moving.

Karin Astuti masih asik meringkukkan kepalanya di atas meja setelah hampir setengah jam berlalu, samar-samar dia mendengar gemuruh dari area lapangan yang tengah bersiap-siap memulai pertandingan. Astuti ini berusaha abai disebabkan kontra nya tadi dengan wakil ketua OSIS yang lagi-lagi berhasil mendominasinya, sungguh Karin ingin melawan akan tetapi tekanan dari sosok itu membuatnya lemah.

Karin itu perempuan yang sangat galak, terlepas dari kelakuannya itu nyatanya dia memiliki hati lemah dan perasaan lembut yang tidak tampak di lingkungan eksternal. Perempuan ini berwatak keras, tetapi mudah sekali menangis apabila di bawah tekanan emosi lawannya. Wataknya itu tidak dimiliki secara alami, namun terbentuk karena emosi yang disebut dendam dan pilu hati.

Kata orang-orang, pengalaman traumatik lampau dapat mengubah pribadi individu.

"Permisi kak."

Suara terdengar begitu beriringan dengan hadirnya sosok terlihatnya seperti adik kelas yang tengah berdiri di tengah mulut pintu.

"Kenapa dek," pungkas salah satu classmate Karin.

Anak itu menjawab, "Anu kak, itu emh– kata kak Wigan kelas MIPA 8 siap-siap buat ikut tanding basket putra nanti."

Anak laki-laki yang mendengar itu kompak mengerut dahinya; pikir mereka tidak dapat mengikuti pertandingan sebab tidak melakukan registrasi ulang dan malah menimbulkan keributan tadinya.

"Loh, bukannya kami gak bisa ikut?" tanya Pian mewakili isi hati teman-temannya.

"Gak tau juga kak, saya cuman dimintain kak Wigan buat nyampein ini."

Makin heran juga lah mereka, tetapi mengiyakan saja ucapan adik kelas itu hingga dia berpamit pergi. Dialog itu juga menarik perhatian dari perempuan yang sempat meringkuk; Karin mendengus sebal, dirinya dipermainkan terus oleh sosok waketos yang entah maunya apa itu. Namun, dia tidak menampik rasa bahagia begitu tahu tim kelasnya diikutkan pertandingan meskipun itu karena belas kasihan dari sosok waketos.

Karin lantas menegakkan batang tubuhnya segera dan beralih binar matanya, tidak luput penampakan itu dari perhatian teman pria dan juga dua curut setianya. Moodnya berubah secara singkat dari yang sebelumnya lesu menjadi berapi-api semangat.

"Kesenangan dah nih anak lagi," gumam Pian menyaksikan.

"Lah, udah sehat lo rin?" tutur Yeva.

"Yang bilang gue sakit siapa anjing?" balas Karin tidak ramah.

"Eh lo semua, cowo-cowo, buruan ke lapangan. Awas gak menang lo pada!"

Mendengar penuturan tegas dari surai hitam membuat tim basket putra kelas ini langsung tergesa meninggalkan ruangan dan menuju area pertandingan untuk bersiap.

Karin kali ini penuh semangat, siapapun yang mendengar berkata akan mendengus kesal karena dominasi mendadak dari padanya. Lembana dan Anggun keheranan sendiri dibuat oleh tingkah berapi-api yang tiba-tiba itu.

PassionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang