Chapter 004.

343 56 1
                                    

Warning; gxg content! bahasa nonbaku and toxic! also the typos everywhere!



































































































































































































Chapter 004; Independence Day.

Senin telah tiba dan terik mentari telah menjadi musuh bersama. Pagi terang menyala menyerang setiap inci kulit-kulit milik banyak pelajar yang tengah berbaris rapi di penjuru tanah lapang; yah, upacara wajib.

Biasanya upacara wajib pagi tidak menjadi masalah bagi mereka apabila dilakukan tepat pada pukul tujuh lebih seperempat. Namun, kali ini berbeda rasanya; upacara dilaksanakan tepat pada pukul sepuluh pagi, yang dimana sang surya mulai memancarkan sinar-sinar dan hawa panasnya.

Dominan siswa bersungut-sungut, dapat terdengar bising resah mereka, tidak lagi fokus pada sosok dewasa yang sedang memberikan sepatah– ralat, maksudnya banyak kata dari birainya.

"Eh anjing! Jangan berisik, suara sama nafas lo semua bikin makin pengap."

Desis pelan, tetapi begitu tegas dan mengintimidasi terdengar dari sosok perempuan bersurai hitam. Mukanya begitu galak, dibarengi mata tajam yang terlihat sinis serta tajam. Perempuan ini baru saja mencerca siswa lain yang berada disekitarnya, itu dilakukan karena dirinya kepalang stres akibat gerah.

"Lo semua daripada ribut mending diem deh anjing! Makin nambah pusing aja," imbuhnya lagi.

Well, sedikit berhasil karena beberapa yang mendengarnya langsung bungkam. Perempuan dengan busana kasual ini sedikit padam murkanya.

"Temen lo Yev," pungkas perempuan lainnya.

"Temen lo juga yah, Mara anjing," jawab dari perempuan bermata kucing alias Yeva kepada sosok lugu [katanya], Mara.

Ada alasan jelas mengapa banyak yang langsung bungkam begitu mendapat cela dari sosok sebelumnya; yah, Karin Astuti adalah fakta dibaliknya itu, apalagi berjejer di belakangnya hadir dua personil trio ubur-ubur lain. Kelas MIPA 8 bukti nyata dari orang-orang tabah dan sabar.

"Jadi anak-anakku, kita patut bersyukur karena berkat Allah, Tuhan Yang Maha Esa masih memberikan kita kesempatan untuk menapaki tanah air kita ini"

"Para pahlawan yang sudah berjuang, patut kita semua kenang. Merdeka ini tidak didapat dengan mudah! Pertumpahan dan pengorbanan darah adalah bayaran yang besar untuk memperoleh pijakan bagi kalian anak-anak bangsa!"

"Jangan mau lagi kita dijajah! Gelorakan nasionalisme di hati kalian! Tabuhkan gendang perlawanan kepada ancaman, bakar ketidakadilan yang bisa menimbulkan perpecahan"

Gahar suara kepala sekolah begitu memekakan telinga, tahu maksudnya adalah untuk menyampaikan semangat juang dan antusiasme, tetapi menilik terik yang membara, bagi para siswa itu sepertinya bukan waktu yang tepat. Hanya dapat dihitung dengan jari bagi mereka yang setia dan tenang mendengar penuturan sang nomor satu di sekolah.

"Bangsat makin gerah gue anjing!" tutur dari Karin sekali lagi.

Oke, dia memang kurang ajar, dirinya akui itu.

PassionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang