Chapter 009.

706 73 27
                                    

Warning; gxg content! bahasa non baku and toxic! also the typos everywhere








































































































Chapter 009; Kalah

Mampus, adalah satu kata yang Karin sebutkan semenjak pagi. Iya, pagi dimana mentari makin terang yang mana seharusnya dia sudah dalam perjalanan ke sekolahnya, namun kali ini dia tidak demikian.

Bunyi mondar-mandirnya begitu kentara dan mukanya tampak panik juga; dia mendesis melihat arah jarum jam yang menunjukkan kurang lebih seperempat lagi gerbang sekolah akan ditutup.

Begitu selesai menyiapkan keperluannya, Karin segera turun dan mendapati ibunya masih berkutat dengan alat dapur.

"Mommy! Bibu mana!!" ucapnya pertama kali sambil menenteng bagpack hitamnya.

Wanita dewasa itu mengernyitkan dahinya, "Loh? Bibu udah berangkat dari tadi sayang," katanya sembari menghampiri putrinya itu.

Dia sedikit berjinjit merapikan anak rambut Karin, "Bibu kan kemarin bilang ada kegiatan di kantor, jadi harus cepat perginya," kemudian ibunya berkacak pinggang, "Siapa suruh diteriaki dari tadi gak bangun-bangun?"

"Terus Kayin perginya sama siapa, mom!" Karin cemberut dan merengek; dia menghentak-hentakkan kakinya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Udah mau telat, nanti Kayin kena hukum lagi! Masa harus naik ojol."

Dia melanjutkan keluhannya, bukannya bagaimana, dia sangat enggan mendapat hukuman mencabuti rumput sekolah dan mendapat pengurangan poin lagi. Terlebih, terlambat masuk sekolah sama saja dia harus berhadapan dengan wakil ketua OSIS yang gencar menempel kepadanya.

"Loh, kata siapa kamu naik ojol?" kekeh mommynya.

Submisif dewasa itu berbalik ke dapur untuk mengambil tentengan berukuran sedang. Yang Karin yakini pastinya berisi kotak makan siang; dia menatap ibunya penuh tanya, seingatnya dia tidak pernah meminta untuk dibuatkan bekal.

"Di depan udah ada orang suruhan bibu kamu dari tadi loh."

"Kok gak kasih tahu Kayin, mom?"

Ibunya mengedikkan bahu pertanda tidak tahu juga, "Katanya gak apa, minta Kayin santai saja."

"Udah, kamu sana ke depan. Keburu telat nanti," ucap ibunya tersenyum sambil mendorong pelan tubuh putrinya.

Karin mau tidak mau menurut saja; entah orang seperti apa suruhan bibunya itu. Dia jadi kepikiran perkara takut kalau yang akan mengantarnya adalah om-om berusia akhir baya.

Karin berjalan sampai tepat di teras rumahnya; dia membulatkan matanya. Berkata dalam hati kalau ini bahkan lebih buruk dari ekspektasinya.

Parasit yang mulai sering menempel kepadanya ini akan menjadi supirnya. Benar, tentu saja dia adalah Wigan Purnaman.

Perempuan rambut pendek menyebalkan dari organisasi intra sekolah itu. Sosoknya tengah menyilangkan kaki dengan satu tangan menyesap teh hangat yang pastinya dibuat oleh ibunya Karin.

"Hai, cantik."

Satu sapaan dan seringai menjijikan yang membuat bulu kuduk Karin perlahan menegang.

"Mommy! Karin mau bolos sekolah aja!" jeritnya kemudian kembali dia hendak memasuki rumah kesayangannya.

PassionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang