Chapter 001.

521 78 3
                                    

Warning; gxg content! bahasa nonbaku and toxic! also the typos everywhere!




















































































































001; Fight!

Wigan pagi itu sudah berada di sekolah menjalankan kewajibannya. Sebagai siswa teladan dan juga seorang waketos bertanggung jawab. Sisi pekerja kerasnya begitu kentara.

Melakukan patroli pagi bersama para seksi bidang lain sebelum memasuki kelas. Tidak mudah memang menjadi OSIS, cemooh sudah menjadi makanan sehari-hari karena menegakkan kedisiplinan dan terkhusus kepada beberapa siswa yang dalam tanda kutip nakal tentu menjadikan mereka musuh sejati.

Bahkan kini sudah tertangkap basah 3 oknum yang merokok di sudut kantin sekolah. Astaga, ini bahkan masih sangat pagi untuk sekedar merokok? 15 menit sebelum masuk ke dalam kelas bisa diisi dengan hal yang lebih bermanfaat bukan? Bermain basket dilapangan luas itu misalnya.

Bungsu Purnaman tidak habis pikir.

"Kalian ini memang tidak ada kapok-kapoknya yah? " wakil ketua OSIS itu berucap lelah.

Air mukanya begitu kasihan.

"Kalian kalau begini terus mau jadi apa? Sukses enggak, sengsara iya. Kasian orang tua kalian kalau begini terus."

"Gue bingung butuh berapa surat peringatan lagi supaya kalian ini kapok dan keok. Hadeh nasib sekolah punya anak didik ini beneran nyusahin."

Imbuhnya panjang.

Malang sekali hal itu berkesan angin lalu. Hampir menjadi rutinitas harian mendapat ceramah dari waketos yang paling berwibawa katanya. Tidak peduli juga, toh memang sistem sekolah ini saja yang bobrok dan selalu tergiur dengan uang tutup mulut. Mereka mana berani melakukan drop out selagi dibungkam dengan segepok kertas merah muda.

"Bacot! Tinggal kasih tau hukuman aja langsung gausah basa basi bangsat!" sambar salah satunya.

Tolong elus dada Wigan sekarang juga. Trio ubur-ubur langganan ceramahnya ini benar-benar menguras emosi, apalagi sosok perempuan berambut hitam legam yang mengintimidasinya dengan tatapan tajam. Oh, dipikir dirinya takut apa.

"Istirahat nanti kalian bertiga ikut gue, bersihin toilet disamping kelas 10 MIPA 2," dibalasnya dengan lirih kemalas.

Ketiganya mendelik. Hendak melayangkan protes dan Wigan pasti tahu akan hal itu.

"Gak ada protes. Kalian sendiri kan yang mau? Jangan kepikiran buat kabur atau hukumannya dua kali lipat."

Dia menambahkan ancaman lain agar trio ini tidak macam-macam. Sedikit berhasil karena ketiganya langsung bungkam dengan air muka kecut. Wigan menahan tawa akan kemenangan ini, lagian mau bermain api dengan dirinya tentu tidak semudah itu.

"Satu lagi. Lo, Karin Astuti mana sini rokok lo. Gue tau yah lo yang bawa, sini buruan," titahnya marah.

Yep betul, sedari tadi yang menjadi bahan maki-makiannya itu adalah Karin dan kawan-kawan. Siapa lagi kan kalau bukan murid nakal yang dikenalnya akrab itu?

Karin mendesis tidak suka, selalu saja kesenangannya dirusak oleh musuh utamanya. Mentang-mentang wakil ketua OSIS bertindak seenaknya (perspektif Karin). Kalau sudah begini mau tidak mau dia menyerahkan bungkus berisi benda berbentuk silinder panjang itu kepada si rambut pendek.

PassionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang