Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat malam
Maaf kali update malam lagi... bulan ini bukan deng tapi minggu ini agak padat jadwalnya... jadi yaa Nda updatenya malam hehehe...
Sorry banget kalo bab kali ini gaje atau ga seru... karena Nda capek hahaha.
Selamat membaca ♡
13. Bertemu di pasar malam
Setelah menemani si kembar mencoba berbagai wahana yang ada, mereka merasa lapar lalu mengajak Buya Haidan untuk makan di sebuah warung bakso. Warung bakso itu cukup ramai tapi tidak sampai mengantre.
"Mau pesan apa?" tanya Buya Haidan lalu menyerahkan daftar menu bakso yang ada.
"Bia mau bakso Abi," jawab Rabia.
"Aziz juga Bi, tapi Aziz maunya mie warna kuning aja jangan pakai mie warna putih."
"Bia samain kayak Bang Aziz, Abi."
"Siap anak-anak, Abi. Kalo kalian mau pesan apa?"
"Dira mie ayam, Buya. Minumnya es jeruk ya?" mohon Adira.
"Hangat aja Buya. Aldo juga jeruk hangat, kalo makannya mie so," ucap Aldo.
"Kalo Abang?" tanya Buya Haidan pada putra sulungnya.
"Samain kayak Bang Aldo," jawab Rayyan.
"Udah semua ya?" tanya Adira. "Biar Dira aja yang pesan Buya," ucapnya.
Lalu Adira beranjak dari duduknya untuk memesan. Ketika akan memesan, dia seperti merasa tidak asing dengan postur tubuh penjual bakso. Saat penjual itu berbalik menghadapnya dan bertanya, "Mau pesan apa Kak?"
Adira tidak bisa menutupi rasa terkejutnya, "Kak Abid?"
Abid mengangguk dengan menundukkan pandangan. "Mau pesan apa?" ulang Abid bertanya pada Adira.
"Eh! Maaf Kak. Ini Kakak pesanannya," jawab Adira menyerahkan kertas berisikan pesanan mereka.
"Bisa duduk dulu, nanti makanannya diantar," ucap Abid.
Adira mengangguk dan kembali ke tempat duduk. Baru saja Adira mendudukkan diri, dia langsung di cecar pertanyaan oleh sang adik. "Siapa Kak? Teman? Mantan Pacar? Atau crush?"
"Salah semua. Dia ... dia kakak tingkat di kampus," jawab Adira.
"Kakel?" tanya Buya Haidan.
Adira mengangguk.
"Ganteng ya Bia?" tanya Buya Haidan menggoda Adira dengan bertanya pada Rabia.
"Siapa Abi?" tanya Rabia balik.
Buya Haidan menunjuk pada Abid yang sedang membuat pesanan mereka. "Kakak itu yang buat bakso. Ganteng kan?"
Rabia yang polos mengangguk, "Iya Abi. Kakaknya ganteng kayak Abi."
Ketiga remaja yang mendengar pujian Rabia langsung mengalihkan pandangan.
Karena malas menanggapi Buya Haidan. Adira memilih membuka ponselnya yang belum dia buka sejak asar tadi.
Ternyata banyak pesan masuk, salah satunya dari nomor baru yang tidak dia kenal. "Ada yang minta nomer kah?" batin Adira.
Dia ingat, setiap yang meminta nomor padanya pasti akan langsung dia save. Namun, ini ada nomor baru yang masuk dan Adira tidak merasa memberikan nomornya pada orang.
📩Tidak di kenal
Sore DiraAdira hanya membuka pesan tersebut tanpa berniat membalas.
****
Malik dengan sengaja menyenggol lengan Dylan. "Apa lagi?"
"Dia gak nyadar kalo ada kita," jelas Malik.
Dylan memijat keningnya yang terasa pening tiba-tiba. "Lo gak sepenting itu," sarkas Dylan.
Dia kembali bermain ponsel mengabaikan Malik yang mendengus kesal. Dylan kembali mengirim pesan pada nomor yang sore tadi dia kirimi pesan yang hanya di baca tanpa dibalas.
✉️Dylan[Anda]
tengok sampingS
etelah mengirim pesan tersebut Dylan langsung menunjukkan senyum terbaiknya. Dari tempat duduknya dia bisa melihat raut wajah terkejut Adira karena netra mereka bertemu dalam per sekian detik.
Walau Adira sudah memutuskan kotak keduanya, Dylan tetap setia memandang Adira yang berada sedikit jauh darinya.
"Kalo lagi jatuh cinta... dunia serasa milik sendiri ya," sindir Malik.
"Ngenes kayaknya yang ngomong," timpal Dylan.
Setelah mengatakan itu Dylan yang sudah menghabiskan makanannya beranjak dari duduknya untuk membayar. Dia dengan sengaja melewati meja Adira, lalu menganggukkan kepala ketika tanpa sengaja pandangan mereka bertemu sesaat.
"Bid!"
"Bentar," ucap Abid yang masih membuatkan pesanan pelanggan. "Gue anter ini dulu."
Dylan mempersilahkan Abid dengan menyingkir agar Abid bisa mengantar pesanan pelanggannya. "Bayar?"
"Iya, sekalian punya Malik."
"26 ribu."
Dylan langsung membayar dengan uang pas. "Thank, besok kesini lagi gapapa," ucap Abid.
"Enak di lo dong!" ujar Malik yang baru bergabung.
"Kalo sudah, bisa pergi!" usir Abid halus.
"Ayo!" ajak Dylan yang langsung merangkul Malik agar tidak merecoki Abid yang masih harus bekerja. Lalu mereka langsung pulang ke rumah masing-masing. Jika biasanya Dylan akan mampir, tidak dengan hari ini karena kedua orang tuanya ada di rumah.
****
Adira melangkah memasuki kamarnya yang gelap, dia menyalakan lampu utama kamar setelah meletakan barang-barangnya di meja belajar. Lalu masuk ke kamar mandi dan keluar kembali sudah menggunakan pakaian tidur dengan wajah yang terlihat lebih segar.
Dia merebahkan diri di atas kasur setelah merapikannya untuk tidur. Ketika memejamkan mata, dia teringat belum mengecek pesan masuk.
Dibukannya aplikasi warna hijau, yang terdapat banyak pesan masuk dari roomgrup. Terutama dari grup kelas yang selalu ramai dengan chat random teman sekelasnya yang selalu memiliki topik yang bisa dibahas.
Karena sudah lelah, Adira hanya membukanya tanpa membaca. Lalu kembali menggulir aplikasi itu. Ketika kembali melihat roomchat dari nomor baru tak dikenal, Adira langsung menyimpan nomor tersebut. Nomor milik kakak tingkat yang baru dia tahu beberapa menit yang lalu.
"Udah kan?" tanya Adira pada dirinya.
Setelah menambahkan nomor baru ke kontaknya, Adira langsung keluar dari aplikasi tersebut. Kemudian dia mencharger ponselnya yang sudah minta di isi baterai. Sama dengan ponselnya yang sudah habis daya, Adira juga merasakan hal yang sama.
Jika biasanya Adira akan membaca buku sebelum tidur. Kali ini dia memilih libur membaca, tubuhnya benar-benar lelah. Baru memejamkan mata, Adira dengan mudah terlelap. Sebelum benar-benar terlelap, dia mematikan lampu utama kamar dan menyalakan lampu tidur.
#25MEI2024
JANGAN LUPA!!! VOTE AND KOMEN KALIAN, OKEY?!

KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih Dylan✓
EspiritualNazima Adira Alifa Al-Ghifari, gadis berusia 18 tahun yang baru masuk ke dunia perkuliahan. Di usia yang baru beranjak dewasa ini merupakan masa pencarian jati diri. Di masa ini pula, dia jatuh cinta. Jatuh cinta adalah fitrahnya manusia, setiap man...