Bagian Dua

2.6K 125 8
                                    

܀܀܀

Laki-laki yang paling tua membuka suara menatap kedepan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laki-laki yang paling tua membuka suara menatap kedepan.
"Kalau kita punya adik, terlebih perempuan aku akan mengajarkan dia musik.." ucapnya.

"Kala aku, ingin mengajarkannya berkelahi" ucap anak tengah tersenyum bangga.

"Aku mau menemaninya terus.." ucap si bungsu.

Ketiganya sama-sama mengeluh sedih, menatap kedepan mereka menonton dari jendela tawa riang anak-anak lainnya terlihat mereka juga membawa adik perempuan mereka, rasa iri pada ketiga anak laki-laki itu semakin membesar.

"Ehh.. Ayo berdoa, kata Miss doa anak kecil akan selalu di kabulkan.. Mau coba?" ucap antusiasme si bungsu menepuk-nepuk paha kedua kakaknya.

"Eung!" anggukan si sulung dan si anak tengah.

Ketiga anak tersebut sama-sama memejamkan matanya, berdoa dengan serius akan keinginannya yang begitu lama mereka inginkan.

𖥸

"Daddy pulang! Cepat cepat!" teriak heboh si bungsu memandori kedua kakaknya.

"Hei Uchan jangan lari nan—"

BRUK!

Terlambat, empunya sudah terjatuh terjerembab. Pintu terbuka dengan panik Daddy berjongkok dan membangunkan tubuh kecil si bungsu yang tak menangis, ia hanya menampilkan deretan gigi kecilnya yang rapi.

"Bungsu Daddy kuat sekali, tak menangis,"

"Ya Uchan memang kuat, bagaimana Uchan sudah boleh punya adik?!" tanya si bungsu dengan ceria tubuhnya sudah di gendong Daddy.

Minhyung yang berdiri menunggu langkah Daddy dengan si bungsu. Daddy menyamakan tingginya dengan si sulung.

"Adek Jeno sama Bubu mana nak?" ucap Daddy menyentuh kepala si Sulung.

"Mengajarkan Jeno, apa Minhyung sudah bisa punya dedek?" tanya si sulung dengan perkataan yang sam dengan si bungsunya.

"Daddy sudah pulang?" ucap Bubun menyambut kedatangan Daddy ia memeluk dan otomatis memeluk tubuh si bungsu yang masih di gendongan.

"Daddy! Dedenya mana?!" ucap si anak tengah sambil berlari.

Bubu menjadi cemberut. "Tidak ada adik lagi sayang.. Bubu sudah cukup dengan Minhyung, Jeno dan Sungchan." ucap Bubu langsung berlalu.

Ketiga bersaudara itu menatap lamat kepergian Bubu mereka.

Sungchan yang berada di gendongan berontak ingin turun, sadar akan itu Daddy menurunkan tubuh kecil si bungsu.

Ketiga bersaudara itu langsung berlarian memasuki kamar si sulung.

Kembali mereka menatap ke jendela, memperhatikan tetangga mereka yang suka bermain di halaman dengan adiknya. Menatap lamat.

Di kamar utama.

Daddy memasuki ruangan, dengan lembut ia memeluk tubuh kecil tersebut dari belakang, mengecup pundak Bubu dengan kasih sayang.
"I love you Beib.." bisik Daddy dengan keromantisannya.

Tangan lentik itu menbalas dengan menyentuh lengam Daddy yang berurat.
"I love you too Beib.." balasnya sambil tersenyum.

𖥸

Pagi hari.

Mereka di kejutkan dengan mualnya Bubu pagi ini, padahal mereka telah menikmati sarapan pagi yang menyenangkan di temani kecerian si bungsu dan ulah usil si sulung. Sesekali anak tengah ikut membantu juga kemudian ikut menjadi lawan.

Huek huek huek..

Suara tersebut membuat mereka yang berdiri di pintu masuk kamar mandi menjadi khawatir, bahkan si bungsu sudah menangis. Dan di tenangkan oleh si sulung.

Sementara Daddy sudah membantu Bubu memijat pelan tengkuk juga punggung wanita cantik tersebut.

Si anak tengah langsung peka, "Bubu.. Ayo cek ke dokter?"

Daddy memandang pada si anak tengah, Jeno.
"Kenapa begitu? Bubukan..." tersadar akan yang dialaminya segera Bubu membasuhkan mulutnya dan mengambil benda di laci kamar mandi.

Daddy membulatkan matanya, mengetahui benda apa yang di ambil Bubu.

"Aku ingin coba.." ucap Bubu.

Daddy mengangguk dan membawa anak-anak untuk keluar.

15 menit kemudian.

Pintu terbuka, wajah Bubu terlihat tak terbaca. Dengan langkah cepat Daddy mendekati.
"Bagaimana?"

Tangan Bubu terulur, hasilnya dua garis biru.

Daddy memandang wajah cantik Bubu, pandangan keduanya saling bertemu namun mereka sama-sama memasang wajah yang sulit di artikan.

"Maafkan aku.." ucap sesal Daddy. Bubu menggeleng.

"Bagaimana?" tanya si sulung.

Kedua pasutri itu sama-sama mengangguk menatap si sulung, anak tengah dan si bungsu. Mendengar itu sontak ketiganya bersorak-sorai riang.

"YEAYYYY DEDE!!"




















Bersambung..

𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑲𝒊𝒕𝒂 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang