Dua

65 7 0
                                    

Selesai dengan memakan bekalnya, Asta berdiri dan berjalan menuju ke wc umum untuk mencuci tangannya.

Untungnya, wc itu lumayan dekat dari kelasnya, sehingga tidak memakan banyak waktu dan tenaga.

Asta memasukinya dan mencuci tangannya.

"Hiks ..... hiks .... hiks."

Asta tidak peduli dengan tangisan yang terdengar dari kloset kamar mandi.

Lagipula juga, wc ini khusus laki-laki dan wc perempuan berada di sebelah, "Pasti aku salah dengar."

"Hiks .... tolong aku, hiks."

Oke, Asta tidak bisa mengabaikan ini, segera Asta membuka satu persatu kloset. Asta membuka pintu kloset terakhir dan mendapati seorang siswi yang menangis.

"Ada apa denganmu?" Tanya Asta ketika melihat ada semacam bekas gigitan di leher siswi tersebut.

"Hiks, pacarku baru saja memutusku-"

Bruk!

Asta membanting pintu kloset langsung tanpa mendengar lebih jauh alasan siswi itu.

Mengapa juga siswi itu menangis di wc khusus laki-laki, aneh sekali.

Asta berjalan keluar dengan sedikit kesal.

"Kenapa kau membuat siswi itu menangis-"

"Sebaiknya kau tanya sendiri kepadanya! Kenapa dia menangis di wc laki-laki," Amarah Asta semakin menumpuk ketika kedatangan Erla yang tidak tepat waktu.

"Lupakan tentang gadis itu, kenapa kau masuk kedalam wc khusus perempuan?"

Mendengar pertanyaan Erla, Asta langsung melihat tanda papan kelamin, "Sial, siapa yang menukarnya?!"

Papan kelamin sepertinya telah ditukar oleh seseorang yang jahil, Asta mengusap wajahnya dengan kesal.

Erla memegang pundak kiri Asta, "Aku tau kau kurang fokus, maka dari itu aku akan memberikanmu nasehat agar tidak mengulanginya-"

"Bukan salahku, ada yang menukar papan-"

"Jangan memotong omongan seseorang."

Asta mendelik kesal, "Baiklah, tapi lebih baik kau mengurus gadis yang menangis itu daripada mengurus ku."

Asta langsung meninggalkan Erla yang ingin memprotes.

Asta berjalan menuju ke kelasnya dan merasa haus karena lupa minum.

Saat sampai dikelas, kesabaran Asta diuji lagi, Diego meminum air minumnya hingga habis.

"Oh, minta air, ya? Gue aus beut."

Asta mengelus dadanya agar tidak kesal, mendinginkan otak, berpikir jernih-

"Betewe, sorry kalo tas lu basah karna air minum lo sempet tumpah tadi, gak sengaja tadi-"

Asta berjalan cepat ke arah Diego dan merampas air minumnya, "Semakin hari! Semakin diuji kesabaranku oleh SIRKEL DUO BODOH!"

Diego terkejut akan umpatan Asta yang terlihat jika wajahnya marah besar.

"Sorry banget, sumpah kagak boong gue-"

"Kau sama saja dengan dia! Tidak ada adab-adabnya setelah pindah sekolah!"

Diego ikut kesal juga, "Kau?! Bisa gak sih ikhlas dikit aja? Itu cuman air minum doang dan bayaran karna gue udah antar lo ke sekolah-"

"Matamu! Aku tidak butuh bantuan dari SIRKEL DUO BODOH itu!"

Dengan amarah yang tidak terkendali, Diego langsung mencengkram kerah seragam Asta, "Lu emosian mulu, ya? Brengsek!"

"Kalau kau tidak ingin membuatku emosi, maka menjauh lah dariku!"

Erlanggasta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang