Tujuh

38 6 0
                                    

Beberapa hari kemudian.
Asta berangkat ke sekolah setelah sembuh dari demamnya. Sebelum berangkat, Erla akan mengantarkannya ke sekolah dengan motornya.

Asta menolak ajakan Erla yang akan mengantarnya, namun karena keras kepala dari Erla yang membuat Asta menerima ajakannya secara terpaksa.

Erla memakaikan helm untuk berjaga-jaga saja agar terhindar dari kemungkinan yang terburuk.

Asta terima-terima saja dan menaiki motor Erla, "Pegangan dengan erat," Asta mengikuti instruksi dari Erla.

Asta akan membiarkan dirinya mengikuti kemauan Erla, sebagai ganti karena telah merawatnya saat sakit.

Lagipula juga, Erla pastinya senang karena Asta mendekatinya, terbukti dari kaca spion yang Asta lihat bahwa Erla tersenyum kecil.

Selama diperjalanan, Erla dan Asta tidak mengobrol hal apapun.

Tidak ada niatan keduanya-- ralat, hanya Erla saja yang ingin mengajak Asta berbicara, sedangkan Asta nya sendiri lebih memilih menikmati ketenangan ini sebelum masuk kedalam badai masalah.

.

.

.

Erla dan Asta telah sampai di sekolah, Asta turun dari motor dan Erla memarkirkan motornya.

Bruum! Brum!
Erla dan Asta menoleh ke sumber suara dan pelakunya adalah Angga bersama Diego yang membunyikan motor mereka dengan suara yang menggelegar.

Asta menatap datar ke arah Angga setelah memarkirkan motor balapnya.

"Asta! Seneng gue liat lo sehat kembali, pasti Erla yang rawat lo, lain kali hubungi gue aja kalo pengen ke suatu tempat, oke?" Diego merasa aneh ketika melihat Angga yang bersikap seperti anjing buas yang penurut di hadapan Asta.

Diego juga menoleh ke Erla yang tampak seperti kucing yang diabaikan, "Ngapa sekitar Asta kek pawang mereka berdua, ya? Aneh."

Diego pergi ke suatu tempat, sedangkan Erla langsung menuju ke ruang osis.

Asta hanya merespon anggukan kepala dan kembali berjalan menuju ke kelasnya, "Hampir seminggu aku izin, aku tertinggal banyak mata pelajaran."

Asta berjalan di lorong sekolah, melewati para siswa-siswi di sekitarnya, Asta tidak menyangka jika kedatangannya saja sudah dianggap lelucon bagi mereka semua.

"Eh liat deh, si penghalang hubungan Anastasia dan Erla datang ges."

"Idih, keknya sengaja deh gak datang karna otaknya kan gak mampu-- ups sengaja deh."

"Untung dia tidak datang, seandainya datang, mungkin aja kita kalah lomba."

"Sok-sokan sih ajuin diri buat ikut lomba, eh malah izin sakit~"

Asta dilempari bola kertas oleh seorang siswa yang sempat mengomporinya di kantin.

"Heran deh, kok bisa Erla dan Angga mau-mau banget temenan ama si dekil ini."

"Palingan pelet atau sok akrab yakan."

"Kudengar dia yatim weh, belom lagi punya penyakit asma, kasian amat deh lohh~"

Asta mengepalkan tangannya dan berjalan cepat menuju ke kelasnya.

Asta menutup telinganya untuk mencegah lebih banyak ujaran kebencian kepadanya.

Asta ingin semua masalah yang menimpanya segera selesai.

Asta baru saja berbelok dan melihat seorang siswi berlarian sambil membawa setumpuk kertas.

Erlanggasta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang