Lima

58 8 1
                                    

Bugh!

"Argh!"

Bugh bugh!

"UGH! ARGHH!"

Bugh bugh bugh!

"Uhuk!"

"Tsk, dasar lemah, baru aja digituin udah mau lumpuh aja, cuih!"

Hidung Asta mengeluarkan darah yang mengalir, ditambah perutnya terasa sakit karena ditendang.

Bukan hanya itu, dadanya diinjak dengan keras hingga membuatnya hampir mati saja jika pemuda itu yang bernama Hazel memaksanya menghirup inhaler.

Lalu, melanjutkan kembali menyiksa Asta hingga obat inhalernya habis.

Kaki Asta sendiri sudah penuh memar hingga berdiri pun tidak bisa, tangannya juga terluka karena diikat terus.

"He! Kok aneh sih, kedua mantan sahabat lu kagak datang selamatin lu- ups, lupa kalau mereka udah peduli ama Natasha, awikwok anjayani!" Hazel kembali memukul Asta secara bertubi-tubi, "Anjing! Seandainya dengan mukul lu, kaki adik gue bisa dapat mukjizat, rupanya kagak, BANGSAT KONTOL!" Hazel terus mengumpati Asta hingga pingsan.

Hazel berdecih dan pergi meninggalkan Asta sendirian.

Hazel berjalan keluar dan tersenyum jahat, "Pasti tuh anak bakal trauma, liat aja bentar."

.

.

.

Asta terbangun dari pingsannya, rasa linglung menyerangnya, tubuhnya tidak dapat digerakkan, bahkan seinci pun tidak bisa.

Haus dan lapar juga menyertai kondisi Asta, disusul sesak nafas dan rasa sakit yang mengerumuninya.

Asta berusaha menggerakkan tubuhnya, berharap agar tangannya bisa bergerak dan menyeret tubuhnya.

Asta sekuat tenaga tidak meringis kesakitan, Asta yakin dirinya kuat dan bertahan agar mencari bantuan.

Bruk!

Pintu didobrak keras dan pemuda itu terkejut melihat kondisi Asta yang mengenaskan.

"Asta! Sumpah, maafin gue .... lain kali gue bakal berhati-hati."

Asta hanya terdiam dan membiarkan pemuda itu menggendong tubuhnya, "Permintaan maaf ke sekian kalinya, Angga."

Asta menutup matanya untuk memulihkan diri, sedangkan pemuda tadi rupanya Angga membawanya ke rumah sakit terdekat.

Angga panik setelah mendapatkan telepon dari lawannya yang menginformasikan jika Asta telah disandera olehnya.

Angga langsung buru-buru tancap gas ke lokasi yang menjadi tempat baku hantam keduanya.

Singkatnya, Angga menang dan segera menolong Asta yang terlihat mengenaskan, "Maafin gue Asta, gue bener-bener bodoh tinggalin lo di uks, sumpah."

.

.

.

Asta membuka matanya dan melihat berada di ruangan serba putih, "Fiks, rumah sakit dan Angga yang menyelamatkanku."

"Asta, lo udah sadar?" Tanya Angga yang berada di samping kiri Asta.

Angga menjaga Asta sedari tadi karena menyesal, untuk kali ini .... biarkan Angga membayar dosa-dosanya.

Asta mengerut kesal, "Menurutmu? Dasar kurang ajar, meninggalkan ku dan aku yang mengalami masalah darimu, enak sekali hidupmu, ya?" Angga menggigit bibirnya sendiri, sesal sekali rasanya mendengar Asta berkata seperti itu.

Erlanggasta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang