Enam

41 7 0
                                    

Setelah beristirahat selama beberapa hari, Asta dibuat sangat kesal karena Erla dan Angga tidak kunjung menjenguknya yang membuat Asta berdecih kesal, "Jadi ini yang dimaksud menjagaku? Omong kosong!"

Dokter Fajrun datang sambil membawa kertas hasil gambaran kondisi paru-paru Asta, "Paru-parumu sedikit membaik sekarang, tapi tetap saja aku anjurkan untuk tidak banyak beraktivitas dan lebih menjaga diri, paham?"

Asta menganggukkan kepalanya, "Jadi, besok aku bisa pulang?"

Dokter Fajrun berpikir sesaat, kemudian menganggukkan kepalanya.

.

.

.

Pada akhirnya, Asta diperbolehkan pulang dan diberi beberapa obat inhaler secara gratis oleh Dokter Fajrun.

"Sampai jumpa lagi, awas saja aku melihatmu lagi masuk kesini," Canda Dokter Fajrun sambil melambaikan tangannya.

Asta membalas lambaian tangan dan berjalan pulang ke apartemennya.

Suasana kota tampak ramai berlalu-lalang. Sepasang kekasih sedang berciuman, sebuah keluarga yang sedang berjalan-jalan, pekerja kantoran yang sedang menelepon, seorang polisi mengatur lampu lalu lintas, kucing liar mengejar tikus.

Asta merasa jika dirinya tertutup dengan lingkungannya, mungkin Asta harus membenah diri dan berubah agar menjadi lebih baik lagi.

"Sepertinya aku harus melihat dunia yang lebih luas lagi, tidak hanya satu tempat saja."

Asta bercita-cita menjadi pilot agar bisa membawa orang tuanya ke negara rusia, negara favorit ayah dan ibunya.

Namun, sepertinya cita-cita itu harus pupus ketika orang tuanya meninggal saat sedang dijalan pulang.

Ah, Asta tidak ingin mengingat hal buruk terlebih dahulu, Asta harus cepat-cepat pulang karena cuacanya mulai mendung.

Diikuti dengan angin yang dingin menghembus kulit pucat Asta, sinar matahari mulai ditutupi oleh awan.

Perlahan rintik-rintik air mulai berjatuhan dari langit dan membasahi bumi.

Asta terburu-buru ke apartemennya, kebetulan ada sebuah mobil yang melintas disamping Asta, alhasil genangan air yang diinjak langsung terciprat mengenai pakaian Asta.

Asta mengabaikan pakaiannya yang basah dan kotor yang penting Asta harus cepat-cepat pulang karena apartemennya tidak jauh dari Asta berada.

Singkatnya, Asta telah sampai di apartemennya, namun hal yang paling Asta tidak sukai berada tepat didepannya.

"Dari mana lo? Seneng, ya mandi ujannya?"

Asta melewati Angga begitu saja, tapi tangannya dipegang oleh Angga, "Minggir, aku harus membersihkan diriku."

Angga melepas cekalan tangannya dan membiarkan Asta memasuki apartemennya.

Asta menutup pintu dengan keras ketika melihat Angga yang ingin masuk kedalam kamar apartemennya.

Angga menggedor-gedor pintu kamar apartemen Asta dengan keras, "Asta! Buka pintunya, gue mau ngomong sesuatu ke lo!"

Asta mengabaikan gedoran pintunya dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah membersihkan diri, Asta keluar dan memakai pakaiannya.

"ASTA!!"

Asta berjalan cepat ke arah pintu dan membukanya-- kepalan tangan Angga tidak sengaja mengenai hidung Asta.

"A- Asta, sumpah gue gak sengaja--"

Asta menampar pipi Angga, "Sialan, berapa kali aku harus mengatakannya kepadamu, untuk tau adab berkunjung."

Erlanggasta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang