Lima Belas

64 6 0
                                    

"Eh, kita bertemu lagi, apa kabar?" Seorang wanita memeluk wanita lainnya dengan penuh kerinduan.

"Astaga, Cecil, sudah lama banget kita tidak bertemu!" Cecil tertawa kecil melihat perilaku Tania yang tidak menjadi cewek gila.

"Bahasamu sekarang menjadi sopan, aku suka itu."

"Makasih, tapi aku juga tidak ekspek juga bakal berubah sedrastis ini."

Ketika Cecil dan Tania sibuk melepas kerinduan, masuklah seorang pria kedalam toko kue milik Cecil.

"Wah-wah, rupanya kedua cewek ini masih aja suka ghibah, epe keber kelen?" Cecil merotasikan matanya, sedangkan Tania tertawa kecil.

"Ya ampun, Diego. Kau masih saja tidak berubah? Penampilan yang masih urak-urakan seperti itu memangnya masih ada yang mau?" Cecil bercanda dengan nada ejek terhadap Diego.

"Kurang ajar, makin hari makin kesono, ye?!"

"Sudah-sudah, jangan bertengkar kalian bertiga."

Cecil, Tania dan Diego melihat pria lain datang, "Aku datang untuk merayakan persahabatan kita selama lima tahun ini."

Diego merangkul pria itu dengan sok akrab, "Heleh, masih aja formal, berubah kek kayak gue ini loh."

"Theo tidak ada berubahnya, ya? Masih saja sama seperti dulu," Ada alasannya Cecil berkata seperti itu, karena Theo sama sekali tidak berubah.

"Tania, kau tidak mengunjungi makamnya?" Theo bertanya-tanya mengapa Tania masih berada disini, mengapa tidak mengunjungi sahabat laki-lakinya terdahulu.

"Aku tidak mau mengganggu Erla dan Angga yang lagi duka, butuh waktu bagi mereka buat move on secepatnya."

Keadaan di antara mereka seketika canggung, mereka berempat masih ingat dengan jelas kecelakaan yang dialami oleh sahabat mereka.

Sudah lima tahun berlalu, tapi ingatan mereka semua masih tertanam jelas.

Tidak bisa dilupakan dengan mudah, akan terus dikenang.

Disisi lain.
Erla menabur bunga di atas makam sahabatnya, Asta.

Angga menyirami makam sahabatnya, Asta.

Erla dan Angga begitu menyesali perbuatan mereka hingga memicu Asta muak.

Seandainya Erla tidak menaruh perhatian terhadap gadis ular itu, maka Erla tidak akan kehilangan Asta.

Seandainya Angga berubah menjadi pribadi yang lebih baik tanpa membuat masalah, maka Angga tidak akan kehilangan Asta.

Kata andai demi andai terus dibatinkan oleh mereka berdua, sesekali harapan mereka terwujud.

Antara lain, "Ini mimpi," Atau "Ini prank."

Tanpa sadar, Angga meneteskan air matanya, menggantikan siraman air aquanya.

Erla dipenuhi rasa sesal di dalam hatinya, ingin sekali Erla meminta maaf kepada Asta untuk terakhir kalinya.

Begitu pula dengan Angga yang ingin meminta maaf karena telah merepotkan Asta.

"Jadi, inilah kuburan Asta?"

Erla dan Angga menengok kebelakang, mendapati sesosok pria yang telah mengisi waktu luangnya bersama Asta, yaitu Rey.

"Aku tidak menyangka bahwa hal ini akan terjadi, padahal aku telah membawa kejutan untuknya, tapi dia lah yang membuatku terkejut," Perlahan air mata Rey ikut menetes juga, "Apalah daya diriku ini begitu bodoh, meninggalkannya di saat-saat sedang membutuhkan pertolongan."

Rey berjongkok di samping makam Asta, "Hei Asta, kau masih ingat apa yang aku katakan waktu itu sebelum aku pergi?"

Rey mengingat kembali apa yang dikatakannya kepada Asta, "Asta, dirimu akan mati oleh sekitarmu."

Asta, seorang pemuda yang hidup dengan serba salah dan masalah.

£¢€¥¶∆

Nasib semua orang terlibat telah diungkapkan kepada publik.

Hazel dan temannya, Saka.
Telah dipenjara karena telah memperkosa seorang siswi, Mona. Dan menculik seorang siswa, Asta.

Pak Ayon ditangkap oleh pihak kepolisian karena kasus suap dan korupsi beserta anaknya, Danur.

Mona sebagai korban pelecehan dihujat oleh warga karena tidak memberikan validasi kepada Asta yang dituduh sebagai pelaku.

Artis terkenal, Anastasia.
Membunuh dirinya tepat di hadapan fans nya setelah dituduh telah membully seorang siswa, Asta.

Aktor terkenal, Farissa.
Dipenjara akibat melakukan bullying di Sekolah Takata kepada seorang siswa, Asta.

Kasus kematian Asta menjadi sorotan media, karena diungkit kembali oleh Erla sebagai hakim dan Angga sebagai polisi.

Walaupun semuanya sudah terlambat, namun setidaknya Erla dan Angga telah membersihkan nama Asta di hadapan publik.

====================
Chatting Group Arfamily

Arvio:
Hiks, cerita yang menyedihkan
Kenapa bisa ada cerita seperti ini
Oh Asta malang!

Arleno:
Alay

Arvind:
Lebay, gitu aja nangis

Arzan:
Mulut kalian berdua ingin ku sobek?

Arlyn:
Vio, hidup Asta itu berat, makanya aku matikan saja dia

Arvio:
Tega!

Arlyn:
Bukan tega, sengaja

Arep:
Psikopat ulung, jiwamu sudah ternodai, fiks

Arlyn:
Rep, tolong jangan beri klasifikasi aneh

Arbani:
Diluar nalar ceritamu Lyn

Arifin:
Terus..... Apa makna Erlanggasta?

Arvio:
Ah, Erla dan Angga serta Asta

Arifin:
Tau, tapi kuliat hanya masalah hidup Asta, bukan berfokus seperti blurb nya

Arvio:
Haah lah

Arlyn:
Kesalahan teknis, loading.....

Arbani:
Jangan kabur!

Arep:
Alurnya melenceng, pffft

Arzan:
Seharusnya kalian beri support

Arleno:
Gpp kok, lanjutin lagi yok

Arvind:
Hm hm!

Arep:
Btw siapa Arvio?

Arbani:
A-....... Oh

Arifin:
....... Lyn, kau masukkan dia?

Arvio:
Ah, aku lupa perkenalan diri

Arzan:
Dia anggota baru kita, sekian

Arleno:
HUU!! Spd (singkat panjang dongo)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Erlanggasta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang