Dua Belas

28 4 0
                                    

"Aku menyambut baik kedatangan Asta kesini, tapi tidak dengan Angga."

Angga berdecih kesal karena Erla berpilih kasih, "Lah kok gue gak dilayanin kek Asta, dikasih teh."

Erla menaikkan satu alisnya, "Oh? Kau belum dapat, ya? Maaf kami kehabisan teh."

Angga merotasikan matanya, "Kalo kagak bisa suguhin teh, ya bisa dong cemilan atau apa, tapi kok cuman Asta doang neh diberi waffer tango!"

"Wah, kita juga kehabisan waffer tango, adanya jeruk nipis, tertarik?"

Angga kesal melihat wajah Erla yang tersenyum jahat kepadanya, "Ngapa kagak suruh aja si Syah atau Nur buat beliin teh atau waffer?"

"Hm, Syah dan Nur kan anggota osis, mereka bukan budak atau babu seperti yang kau pikirkan."

Asta menaruh tehnya di atas meja, "Sudahlah Erla, jangan membuatnya marah terus, nanti dia bisa menjadi anggota osis baru kau untuk menangani murid berandalan."

Erla berpikir sejenak, "Berandalan lawan pembully, begitu?"

Angga merasa tersinggung, naik pitamlah, "Kocak kau Erla!"

Asta menatap Angga, "Syukurlah dia tidak berkata kasar lagi~"

"Oh iya, aku dengar jika Danur membuat masalah, apa yang dia singgung darimu?" Erla baru saja ingat ada laporan dari Theo soal Asta dan Danur.

"Ah, Danur dan satu orang lagi, Farissa. Menyinggung soal uang bulanan sekolahku darimana."

"Wajar saja jika mereka penasaran, karena aku tidak mengumumkan jika uang bulananmu ditanggung oleh kami berdua."

Asta tentu saja tau diri, makanya Asta terus belajar agar tidak terlalu membebankan Erla dan Angga untuk terus membiayai uang bulanan sekolahnya.

Ada alasan mengapa Erla dan Angga membayar uang bulanannya, pertama.

"Ya, karna inikan sebagai ganti rugi atau kompensasi lah buat lu, maaf karna ortu kami buat ortu lu jadi umbi-umbian, sekalian juga kucing peliharaan lo yang kagak sengaja gue bunuh."

Orang tua Asta mati saat sedang ingin melakukan perjalanan bisnis ke perusahaan milik orang tua Erla, namun di tengah jalan.

Orang tua Asta mati ditabrak oleh mobil milik orang tua Angga, alhasil Asta dan Angga menjadi yatim piatu, disusul dengan keluarga Erla yang ikut tewas saat ingin mengunjungi pemakaman kedua keluarga sahabatnya.

Kedua, "Bayaran dari kami karena telah mengabaikanmu."

Sejak masuk sekolah sampai saat ini, Asta dibiayai oleh Erla dari segala keperluan apartemen hingga sekolah sebagai pengganti akibat menjauhi Asta.

Ketiga, "Karena kau adalah sahabat kami."

Erla dan Angga telah sepakat untuk terus menjaga Asta dari segala ancaman.

Makanya, Erla begitu menyambut baik kedatangan Asta karena rasa sesalnya di masa lalu.

Begitu pula dengan Angga yang akan menjaga Asta di mana pun dan kapan pun.

"Kalau begitu, apa yang terjadi jika aku tiada?" Asta hanya penasaran saja bagaimana reaksi kedua sahabatnya ini.

Erla dan Angga sama-sama terkejut, ekspresi wajah mereka juga begitu takut.

Bahkan pupil mata Angga bergetar, tidak dapat dibayangkan apabila Asta benar-benar pergi untuk selama-lamanya.

"Jangan mengatakan seperti itu, kau hanya membuat kami jantungan saja," Erla tidak berbohong, pertanyaan dari Asta itu membuatnya tidak dapat berpikir sesaat.

"Bener, lu gak bakalan pergi dari kami hingga akhir hayat," Angga sudah berkomitmen untuk terus memantau pergerakan Asta.

Asta menatap lamat Erla dan Angga, "Sebegitu pentingkah hidupku bagi kalian berdua?"

"TENTU SAJA!!" Erla dan Angga menjawabnya secara serentak, mereka berdua sudah bertekad kuat untuk tetap berada di sisi Asta.

"Seberapa penting?" Pertanyaan lain dari Asta membuat Erla geram.

"Sangat, sangat, begitu sangat penting sekali bagiku, rasanya duniaku akan hampa jika kau menghilang."

"Benar, lo penting banget bagi gue, kalo lo pergi, dunia gue bakal hancur lebur tanpa lo."

Asta merotasikan matanya, "Drama apakah ini? Tapi, jujur berharap jika seperti itu."

Asta berdiri sambil berkacak pinggang, "Baiklah, teruslah di sisiku, maka aku tidak akan pergi, paham kalian berdua?"

Erla dan Angga mengangguk semangat.

Sedangkan diluar, Theo melihat semuanya dari celah pintu, bersamaan dengan Syah dan Nur yang ikut melihat juga.

"Tidak ekspek aku kalo kayak begini bakal terjadi," Ujar Syah.

"Yaps, sungguh kekuatan persahabatan yang kuat, aku iri aku bilang," Ujar Nur.

Theo mendorong kedua siswa dan siswi itu untuk menjauh dari ruang osis, "Bagaimana jika kalian berdua menemaniku untuk mencari Diego? Daripada kalian berdua kurang kerjaan."

£¢€¥¶∆

Keesokan harinya.
Asta datang ke sekolah dengan wajah sebalnya, mengingat apa yang telah terjadi saat keluar dari apartemen hingga sampai ke sekolah.

Benar-benar buruk!

Flashback.
Asta berjalan keluar dari apartemen, secara tidak sengaja bertemu dengan Danur, rupanya Danur tinggal di kamar apartemen nomor enam belas dan Asta tinggal di kamar apartemen nomor empat belas.

Sungguh sebuah kesialan, Asta melewati Danur begitu saja, berharap jika Danur tidak menyadari Asta--

"Hm? Kita bertemu lagi, aku tidak menyangka kau tinggal disini, salam tetangga."

Asta mengabaikan Danur dan melewatinya begitu saja.

"Tidak sopan membalas salam seseorang, tidak baik sekali dirimu."

Asta mulai kesal, kepalanya menunduk kebawah dan pergi begitu saja.

Bukan hanya itu, saat Asta menuruni tangga apartemen, kakinya secara tidak sengaja terpeleset hingga terjatuh.

Setelah menjauhi apartemen, Asta tidak sengaja menginjak kotoran anjing.

Kemudian Asta hampir saja menjadi korban tabrak lari, terus sebuah mobil melewati sebuah genangan air hingga terciprat ke arah Asta.

Tidak berhenti sampai disitu saja, Asta harus menghirup asap kotor dari knalpot motor balap dari Sekolah Rahayu.

Lalu, Asta harus dicegat oleh segerombolan wanita yang menawarinya pinjaman online.

Flashback berakhir.
Asta harus lebih bersabar lagi dengan seluruh masalah yang terjadi, berharap jika masalah di sekolahnya tidak akan bermunculan--

"Namamu Asta, kan? Dipanggil kepala sekolah," Yang mengatakan itu adalah Syah yang datang bersama Nur.

Asta mengangguk dan berjalan menuju ke ruang kepala sekolah, "Ada masalah apalagi ini? Bukan Natashanjing yang berulah atau jangan-jangan Angga?!"

Saat sampai, Asta melihat kepala sekolah yang sedang menatap lamat kepadanya.

Asta menelisik sekitar dan melihat ada Natasha bersama Farissa beserta gadis yang sempat dilihatnya di wc umum.

Lalu, Asta melihat ada luka lebam dan bekas gigitan di leher gadis itu.

Tidak lama kemudian, datanglah Angga dan Diego beserta Danur.

Asta tidak dapat menebak permasalahan apa yang dihadapi kali ini, "Kenapa dua masalah sekaligus?!"

Asta lama-lama muak jika seperti ini terus, kanan kiri masalah, atas bawah masalah, tengah pun masalah juga.

"Baiklah, saya sengaja memanggil kalian semua kesini untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang sedang terjadi di sekolah ini," Asta melihat name tag kepala sekolah yang bernama Ayon.

Asta menginterupsi dan mengangkat tangannya, "Lalu, apa masalahnya denganku?"

Erlanggasta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang