‼️ 𝗗𝗶𝗵𝗮𝗿𝗮𝗽𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗲𝗿𝗶
𝘃𝗼𝘁𝗲 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗱𝘂𝗸𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 ‼️Mentari akhirnya menampakkan dirinya di permukaan langit biru milik planet bumi ini. Setelah membiarkan huja turun semalaman, tetapi upaya sang mentari memberikan sinarnya belum cukup membuat tempat ini hangat. Udara dingin masih terasa karena hari masih menunjukkan pukul enam pagi.
Memang tak ada pernah ada yang menyukai udara dingin berlebih, termasuk Kang Jiyeon. Ia terus menerus bersin karena mengingat wanita ini memiliki alergi terhadap cuaca yang dingin, dan selimut tebal yang membungkus dirinya tak memberikan kehangatan secara menyeluruh yang cukup.
Karena hal itu pula membuat dirinya seketika menjadi serakah, dan terus menarik selimut ini untuk menutup tubuh telanjangnya secara baik. Tapi, agaknya kali ini ia menariknya terlalu berlebihan, membuat kedua matanya seketika langsung terbuka begitu mengingat ada orang lain yang juga tertidur di sampingnya.
Joo Jaekyung nyatanya tak terganggu sama sekali. Apakah ia tak merasa kedinginan sama sekali? Tetapi melihat pria itu sama sekali tidak membuka matanya, membuat Jiyeon memutuskan untuk kembali berbalik ke sisi lain dan menutup matanya. Merasa tidak peduli sejak pria itu juga tak memperdulikan apa yang dirasakan dirinya tadi malam.
Cukup menyebalkan pasti. Bayangkan saja... Sudah dipaksa, dan diikuti, tetapi masih tidak diperlakukan dengan baik. Apakah itu adil? Tentu tidak. Rasanya Jiyeon ingin menjatuhkan pria ini dari helikopter kedalam sel penjara sebisa mungkin.
Dilain sisi, Jaekyung perlahan membuka kedua matanya. Hal pertama yang ia lihat hanyalah buntalan dari selimut tebal yang membungkus tubuh mungilnya dengan sempurna. Pria itu tak bereaksi apapun selagi ia masih ingat bahwa itu adalah wanita yang ia tiduri semalam.
Pergerakan Jaekyung untuk bangkit dari posisi telentang dengan keadaan diri yang sangat berantakan itu, bisa dirasakan jelas oleh Jiyeon walaupun ia tak kunjung membuka matanya.
Sampai akhirnya Jaekyung bangkit dan berjalan kearah kamar mandi yang tetap berada di ruangan kamar tidurnya ini. Tangannya meraih handuk putih, dan kedua kaki jenjangnya dengan profesional berjalan selayaknya orang normal tanpa merasakan pusing di kepalanya ataupun rasa lemas pada tubuhnya.
Apakah dia seorang senior tingkat tinggi? Energi dan hormonal yang ada pada dirinya agaknya sangatlah baik dan cukup membuat dirinya tak merasakan lelah maupun lemas begitu ia masih bisa berjalan dengan normal. Itulah yang diam-diam Jiyeon lihat dengan kedua matanya yang setengah terbuka.
Sudah menghabiskan waktu satu jam lamanya Jaekyung berada di kamar mandi. Entah apa yang ia lakukan di dalam sana sampai memakan waktu sangat lama seolah-olah sedang bertapa.
Dari enam puluh menit lebih lima menit berlalu, akhirnya Jaekyung keluar dari kamar mandi. Dahinya mengerut, merasakan sesuatu yang janggal sebelum akhirnya ia mendekat kearah kasurnya dan menarik selimut tebal itu untuk memastikan sesuatu.
Kedua alis Jaekyung seketika terangkat begitu melihat kenyataan bahwa Jiyeon tak lagi berada dibawah selimut tebal ini. Kemana perginya wanita pendek itu? Bagaimana mungkin ia bisa berjalan secepat itu? Kedua pertanyaan itulah yang muncul dalam pikiran Jaekyung, bodohnya ia tak menyadari dirinya sedaritadi berada di dalam kamar mandi selama 65 menit lamanya.
Jaekyung hendak bergerak untuk mencari, tetapi indra penglihatan nya secara tidak sengaja menangkap keberadaan Jiyeon. Wanita itu dengan tenang tengah berusaha membuka pintu balkon. Dengan perlahan dan hati-hati, Jaekyung mendekati Jiyeon.
Dengan gerakan secepat kilat, tangan Jaekyung berhasil menarik salah satu tangan Jiyeon. Pergerakan itu membuat Jiyeon refleks menatap kearah pria itu, "Kau berniat untuk lompat?"
"A-apa? Sejak kapan kau kelu—
"Aku bertanya, Kang Jiyeon."
Nada tegas dari ucapan Jaekyung itu membuat Jiyeon seketika terdiam sembari menatapnya dengan cukup lama. Semenjak kejadian tadi malam saja membuat Jiyeon semakin ingin melarikan diri dari sini.
Karena keinginannya itu, membuat pikiran Jiyeon kacau dan memikirkan cara apapun agar ia bisa melarikan diri. Termasuk lompat dari gedung tinggi ini. Wanita bermarga Kang ini memperhatikan mata Jaekyung perlahan turun pada tubuhnya.
Jaekyung terkekeh, "Kenapa kau memakai kaus ku? Kini kau terlihat seperti orang-orangan yang ada di pesawahan untuk mengusir para burung."
Ejekan yang dilontarkan Jaekyung itu hanya membuat Jiyeon semakin cemberut dan dengan gerakan kasar akhirnya pergelangan tangan Jiyeon berhasil terbebas dari cengkraman tangan Jaekyung.
"Aku kehilangan pakaianku." Pernyataan yang dilontarkan oleh Jiyeon itu membuat Jaekyung menyeringai lembut
"Kau tidak teliti mencarinya."
"Apa? Aku sudah mencari itu kem—Hey! Jaekyung!"
Jiyeon dengan agresif memukul-mukul bahu lebar Jaekyung sebagai bentuk pemberontakan ketika pria bertubuh tinggi nan berotot itu secara tiba-tiba menggendong tubuhnya seperti memikul karung.
"Kau mau membawaku kemana!?" Jiyeon kembali bertanya dan berusaha untuk menjatuhkan dirinya dari gendongan Jaekyung yang sangat tidak nyaman ini, tetapi sialnya tenaga Jaekyung lebih besar untuk menahan dirinya tetap berada disana.
"Huft... Memang ya, marmut hanya bisa marah-marah saja. Tak heran mengapa kau sangat pendek."
"APA!? TINGGIKU ITU NORMAL TAK SEPERTI TINGGI TUBUHMU YANG SEPERTI POHON KELAPA ITU! SANGAT ABNORMAL."
"Kurang ajar sekali. Tutup mulutmu sebelum ku lempar dirimu dari atap mansion ku."
⌗ ꜞꜝ 𝗍᥆ ᑲᥱ ᥴ᥆ᥒ𝗍іᥒᥙᥱძ ٫ 🪐 ୭ ֺ
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗮𝗺𝗯𝗶𝗼 𝗥𝗲𝗽𝗲𝗻𝘁𝗶𝗻𝗼: Joo Jaekyung (Jinx Mingwa)
FanfictionPerubahan hidup secara tiba-tiba? pasti rasanya sangatlah berbeda dan membuat diri kita terkejut untuk beradaptasi. (!!) 𝙘𝙤𝙣𝙩𝙖𝙞𝙣𝙨 𝙛𝙤𝙧𝙢𝙖𝙡 𝙡𝙖𝙣𝙜𝙪𝙖𝙜𝙚, 𝙝𝙖𝙧𝙨𝙝 𝙖𝙣𝙙 𝙛𝙧𝙤𝙣𝙩𝙖𝙡 𝙬𝙤𝙧𝙙𝙨, 𝙫𝙞𝙤𝙡𝙚𝙣𝙘𝙚, 𝙖𝙙𝙪𝙡𝙩 𝙘𝙤𝙣...