𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝟏𝟖: khawatir?

167 26 3
                                    

Dunia itu nyatanya sempit. Sesuatu yang tak terduga masih memiliki kemungkinan besar untuk terjadi, sekalipun kita merasa bahwa itu suatu hal sangat sulit untuk di capai. Bahkan mempertemukan orang-orang yang tak mungkin terlibat sekalipun.

Baek Jumin, berhasil membuat nama Joo Jaekyung menjadi bahan perbincangan hangat di hadapan publik. Membicarakan mengenai pertandingan diantara mereka yang dinyatakan seri. Secara tidak langsung Jumin telah berhasil menodai nama Jaekyung.

Mengingat pria itu adalah petarung MMA yang sangat profesional, dan selalu memenangkan setiap pertandingan yang diadakan. Tak heran bila publik cukup terkejut dan selalu menyoroti Jaekyung mengenai peristiwa baru ini.

Pintu kayu tua terbuka perlahan dengan derit rendah saat sosok masuk, perlahan menutup pintu di belakang. Ia masuk dengan langkah-langkah yang lambat namun pasti, wajah mereka yang tajam menjadi ekspresi yang serius dan fokus.

Atensi orang-orang itu mulai tertuju ke arahnya, menunggu pendekatan mereka saat keduanya mengangguk singkat satu sama lain sebagai salam,

"Tuan Baek. Silahkan duduk,"

Dengan tenang dan nyaman, Baek Jumin akhirnya menempatkan dirinya diatas single sofa yang menghadap kearah dua orang tersebut. Lenguhan nafas, keluar dari mulutnya.

"Terimakasih atas undangannya hari ini. Aku tak mengira kau akan menyuruhku datang secepat ini, heh?" Jumin akhirnya membuka suara, hal itu membuat Heeseung terkekeh pelan

"Aku sangat puas. Walaupun ia tak dinyatakan kalah, tetapi lihatlah sekarang! Para publik perlahan mulai mengubah pola pandang dan pikir mereka terhadap bajingan itu."

Pernyataan sederhana namun berbasis dari fakta itu, membuat keduanya terkekeh geli bersama. Namun, topik pembicaraan yang mereka bicarakan kali ini membuat salah satu dari mereka merasa sedikit tak nyaman.

"Kau tahu, aku juga mengeluarkan biaya yang cukup besar hanya untuk melancarkan aksi ini. Walaupun berjalan kurang mulus seperti yang kita rencanakan sejak awal. Tetapi, asalkan kau puas aku pun senang," Jumin berkata

Ia membenarkan lengan panjang dari kemeja putih yang ia kenakan itu, sebelum akhirnya melipat lengan diatas dada bidangnya setelah menyandarkan punggung lebar tersebut kebelakang sebagai tumpuan

"Janji adalah janji, Tuan Choi. Penulisan artikel mengenai diriku, dan timbal balik yang lebih sepadan dari uang yang ku keluarkan,"

"Kau pikir aku ini pengkhianat? Tentu saja aku akan menepati janji-janji ku seperti di awal."

Mereka bekerjasama hanya demi mencapai kebutuhan masing-masing. Lebih tepatnya menjalankan aksi curang dibelakang. Hal itu membuat Kim Dan merasa sangat bersalah.

"T-tuan Baek... Bagaimana dengan uang yang kau janjikan?" Kim Dan juga sama hal nya dengan mereka. Bahkan uang bisa membeli harga diri seseorang sekalipun.

Mendengar itu membuat Jumin akhirnya membuka koper hitam diatas meja. Menunjukkan tumpukan uang yang jelas banyaknya di dalam sana, membuat Kim Dan terpaku melihat itu semua.

"978,000₩ secara tunai."

Jumin tak pernah main-main soal uang. Namun, ia juga tak ingin bila membuang tenaga nya cuma-cuma tanpa suatu timbal balik. Lagi pula semua manusia di muka bumi pun mayoritasnya begitu, benarkan?

"Seharusnya kau memberi bayaran yang lebih dari itu, Baek Jumin. Tanpa dok Dan kau takkan memiliki peluang untuk menaklukkan Jaekyung" Komen Heeseung, membuat Jumin mengalihkan pandangan dari kedua mata tajam itu kearah Dan

"Berapa jumlah yang kau inginkan?" Pertanyaan enteng itu jelas membuat Kim Dan terkejut

"T-tidak usah! Ini sudah lebih dari cukup walaupun aku tak mengharapkan jumlah sebanyak ini..." Kim Dan menjawab

Heeseung menyeringai lembut. Jelas menikmati pemandangan dari transaksi sederhana ini di hadapannya.

"Aku penasaran. Bagaimana kondisi Jaekyung setelah pertandingan?" Tanya Heeseung membuat Kim Dan merasa terpanggil

"Dia... menjadi semakin gila akan latihan. Tanpa memperdulikan apapun..."

Jawaban Kim Dan membuat kedua alis Heeseung terangkat. Ia jelas tahu betapa gila nya media akan menyerang Jaekyung hanya karena kesalahan kecil,

"Apa aku salah dengar?"

"Ayolah, bung! Telinga mu bahkan tak menggunakan alat bantu dengar" Jumin berucap yang mana dengan jelas menunjukkan bahwa apa yang di dengar oleh Heeseung tadi juga bisa di dengar oleh orang-orang yang berada di ruangan ini

Hal yang pertama kali terlintas dalam benak Heeseung adalah Jiyeon. Membayangkan apakah perempuan itu baik-baik saja atau malah bertolak belakang dengan harapannya.

Dorongan itu bodohnya sama sekali tak menggerakan Choi Heeseung disaat Jiyeon sampai saat ini masih membutuhkan pertolongannya.















































Halo-haloo! Aku kembali!
Adakah yang kangen aku? Hehehe. Maaf ya, akhir-akhir ini lagi fokus sekolah. Aku usahakan update kalau sempat yaaa. Terimakasih yang masih setia menunggu!

𝗖𝗮𝗺𝗯𝗶𝗼 𝗥𝗲𝗽𝗲𝗻𝘁𝗶𝗻𝗼: Joo Jaekyung (Jinx Mingwa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang