BAB 1. Dejavu (edited)

240 12 3
                                    

Jakarta, 16 Mei 2023: 14.15 WIB

" Beeeuuuhhh... es kopi abis latihan siang-siang, emang paling bener udah ". Ucap seorang wanita pada teman yang berjalan di sampingnya.

" Asli, emang the best sih ". Ucapnya menyetujui pernyataan temannya.

" Eh ci... btw, abis ini kegiatan kita ngapain saja?". Ucapnya lagi, bertanya pada seorang wanita yang berjalan di depannya.

" Hhhmm.. apa ya?". Wanita itu mencoba mengingat sesuatu. Namun ia menyerah dan berakhir dengan membuka smartphonenya, ia mencari jadwal kegiatan mereka hari ini.

" Oh.. abis ini, jam tigaan kita ada latihan sesi dua plus GR bentar, terus istirahat bentar paling sambil briefing dikit, abis itu malemnya kita show ". Ucap wanita itu panjang lebar menjelaskan kegiatan mereka hari ini pada kedua temannya yang sedari tadi mengekorinya.

" Huuuu...kebiasaan emang LuMpen, laper bengong kenyang bego Lu, hahaha ". Ejek temannya pada wanita yang di panggil 'mpen' tersebut. Wanita itu hanya ikut tertawa mendengar celetukan temannya yang menurutnya Lucu.

" Aaa~ Cici~.. Siscanya tuuuh ". Adu Mpen pada wanita di depannya. Berharap mendapatkan pembelaan dari 'Cici'nya. Namun yang ia dapatkan, Cicinya juga tertawa pada celetukan yang dilontarkan oleh Sisca.

" Ish.. Cici gak usah ikutan ketawa yaaa". Rajuknya pada sang Cici yang ikut menertawakan dirinya.

" Iya, iya, nggak lagi ". Cicinya mencoba menenangkannya agar ia tak terus merajuk. Meski dengan menahan tawa.

" Dih, cantik Lu pundung begitu? ". Sisca memperkeruh keadaan dengan melanjutkan ejekannya pada Mpen.

" Ciii~..". adunya manja pada sang Cici.

" udah ah, Sis ". Wanita itu mencoba melerai perdebatan kedua temannya, Sisca dan Mpen.

" Kalau dia sampe ngambek, Aku yang tekor ini ". Lanjutnya menambahi.

" Lha, bisa begitu? ". Ungkap Sisca heran pada wanita itu.

" Ngebujuk dia mahal soalnya, hihihi ". Balasnya sambil diiringi dengan tawa kecil.

Sisca menoleh pada Mpen yang sedari tadi berjalan di sisinya, ia masih mencoba mengusili temannya itu. " Udah pundungan, nyusahin juga Lu Mpen ". Lanjut Sisca mengejek temannya itu.

" Kenapa? Maneh iri? ". Balas Mpen tak kalah sengit pada Sisca dengan logat Sundanya yang kental.

" Stop banget tolooong.. kalau kalian masih ribut, Aku tinggalin nih ". Ucap wanita itu pada Sisca dan Mpen yang masih saling ejek. Wanita itu segera menambah kecepatan berjalannya menuju lift di depannya.

" Eeh... malah ninggalin si Shani, Shani, ini ". Ucap Sisca menyusul wanita di depannya yang ia panggil 'Shani'.

" Ciii.. tungguiiin..". Teriak Mpen pada Shani 'Cici'nya yang telah mendahuluinya menuju lift.

Ketiga wanita itu sampai di depan lift. Shani segera memencet tombol lift di depannya. Ia bersabar menunggu kedatangan lift yang perlahan naik menuju dirinya.

'TING'. Suara pintu lift di depannya terbuka.

Namun ia terkejut saat pintu lift telah terbuka, karena tepat di depannya terdapat seorang yang cukup tinggi, sekitar 190 cm menurut perkiraannya. Berdiri gagah di belakang pintu lift. Tentu saja dengan posisi yang seperti itu, akan mengagetkan siapa pun yang ingin masuk ke dalam lift. Tak terkecuali Shani dan teman-temannya. Hampir saja kopi di tangannya terjatuh karena kaget.

Pria itu segera memberikan ruang untuk tiga wanita di depannya dengan bergeser ke samping. Shani segera tersadar dari kagetnya, ia segera masuk ke dalam lift diikuti oleh Sisca dan Mpen yang masih terkikik karena kejadian absurd barusan. Shani segera memencet tombol angka empat pada lift untuk menuju lantai di mana dan kedua temannya seharusnya berada.

THE GODFATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang