03

677 102 7
                                    

Becky memperhatikan ponsel miliknya. Sedari tadi Mommy Armstrong sudah meneleponnya tapi Becky tidak mau mengangkat. Becky itu merasa sudah cukup besar untuk pergi ke luar rumah sendirian. Karna Daddy Armstrong pernah bilang, anak laki-laki harus menjadi anak yang pemberani.

"Sarocha, bolehkah aku pulang kerumah mu saja? Aku tidak mau pulang kerumah ku."

Sarocha terkejut mendengar ucapan Becky.

"Bagaimana dengan Ibumu? Mereka semua pasti akan mencari mu, Becky."

"Biarkan saja, lagipula Mommy itu tidak sayang padaku. Dia hanya marah-marah saja."

"Baiklah kalau kau ingin kerumah ku. Tapi nanti kau harus pulang ya. Jangan buat orang di rumah mu khawatir."

"Okeee.."

Saat taksi berhenti di depan rumah Sarocha, Becky merasa seakan menjadi pusat perhatian. Orang-orang sekitar rumah menoleh, terpesona oleh kehadiran Becky yang begitu menarik. Wajahnya yang farang dan tampan menarik pandangan, menciptakan aura misteri dan pesona yang tak terbantahkan. Tapi lama kelamaan Becky merasa tidak nyaman karna tetangga Sarocha mulai datang mendekatinya.

"Maaf, tolong jangan lihat aku seperti itu." Ucap Becky dengan senyuman terpaksa. Ada beberapa orang yang datang dan mencoba menyentuh pipi Becky.

"Saro, siapa yang kau bawa ini? Dia sangat tampan dan keren sekali."

"Dia teman ku." Jawab Sarocha.

"Saro, ayo masuk ke dalam. Aku tidak mau berdiri terlalu lama di sini." Bisik Becky Pelan.

"Baiklah semuanya, kami akan masuk dulu."

Becky dan Sarocha saat ini sudah berada tepat di depan pintu. Becky melihat sekitar rumah ini yang tidak layak untuk ditempati. Semuanya buruk dan rumah ini juga sangat kecil.

Tok tok tok

"Bibii, aku sudah pulang."

Ceklek..

Suara pintu terbuka..

"Bagaimana hasil pencarian mu hari...."

Ucapan Bibi terhenti saat melihat seseorang yang begitu tampan ada di rumahnya.

Bibi Sarocha memperhatikan Becky dari bawah sampai ke atas hingga berulang kali.

"Sepertinya dia anak orang kaya." Batin Bibi. 

"Awhh siapa yang kau bawa ini, Saro? Dia sangat tampan."

"Dia teman ku, Namanya Becky Armstrong."

"Aaaa, begitu ya. Silahkan masuk kalian berdua Becky anggap saja rumah sendiri."

Kini Becky mulai membuka sepatunya tapi malah dihentikan oleh Bibi.

"Jangan, Becky. Biar saja kau pakai sepatu untuk masuk kedalam rumah ku."

"Tidak apa, Bibi. Aku buka sepatu saja."

Sarocha mengajak Becky duduk di kursi rumah tamu mereka. Becky terus melihat sekeliling rumah ini dengan tatapan yang heran.

"Maaf Becky, aku tidak punya apapun di rumah ini untuk kita makan."

"Lagipula aku masih kenyang, Saro. Tadi kita makan cukup banyak."

"Aduhhh,, kepala ku sakit sekali sepertinya aku sangat butuh obat."

Bibi berpura-pura jatuh karena sakit kepala, ntah apa niat yang dia punya sekarang.

"Bibii? Aku akan membantu berdiri." Kata Sarocha sambil mulai memegangi Bibinya.

"Tidak, aku tidak mau bangun. Sepertinya yang dibutuhkan hanya obat saja, tapi aku tidak punya uang untuk beli."

My prince beckfreen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang